Sugiyanto,PhD, 2005
mengemukakan bahwa pada tahun 2004, jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah
di Provinsi DIY berjumlah 114.961 unit usaha. Jumlah unit UMKM di DIY tersebut,
didominasi oleh Industri Kecil Menengah (IKM) yang pada tahun 2004 berjumlah
78.609 unit usaha atau 68,37% dari total UKM DIY. Industri pangan mendominasi
jumlah unit industri kecil menengah diikuti dengan industri kerajinan, industri
kimia dan bahan bangunan. Sementara
itu indusri yang paling sedikit diusahakan adalah industri logam dan industri
sandang dan kulit. Di luar sektor IKM, jenis usaha yang banyak diminati
masyarakat adalah usaha perdagangan dan jenis aneka usaha/aneka jasa. Sekarang Propinsi DIY dalam mengelola UMKM sudah dibantu
dengan adanya web www.umkm-yogya.com yang memiliki:
Members: 173
News: 29
Web Links: 8
SMSE: 1005
Visitors: 225235
News: 29
Web Links: 8
SMSE: 1005
Visitors: 225235
sampai Kamis
12 Nopember 2009.
Berdasarkan penelitian
Sugiyanto, PhD, 2005 lokasi unit usaha UMKM Propinsi DIY terutama berada di
Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta relatif
memiliki jumlah unit usaha UKM yang relative lebih sedikit dibanding wilayah
lainnya. Sedangkan berdasarkan daya serap angkatan kerja dari UMKM di DIY
ditentukan oleh perkembangan jumlah unit UMKM di DIY, dengan jumlah tenaga
kerja yang dapat diserap pada tahun 2003 mencapai 241.321 orang.
Dilihat menurut
wilayahnya, Kabupaten Bantul menempati urutan pertama dalam penyerapan tenaga kerja
di sektor UMKM kemudian Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman dan Kota Yogyakarta. Sektor
yang memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi adalah sektor pertanian,
perdagangan, jasa dan industri pengolahan. Sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah sektor
listrik, gas dan air. Kontribusi UMKM dalam PDRB DIY dapat diukur dari jumlah
penyerapan tenaga kerja oleh usaha kecil lebih besar dibandingkan dengan usaha
besar.
Nilai investasi
UMKM di Provinsi DIY masih terpusat di dua wilayah yaitu Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman. Sedangkan untuk ketiga wilayah lainnya masih relatif sedikit
jumlahnya, meskipun jumlah UKM-nya relatif banyak dibanding Kota Yogyakarta dan
Sleman. Pada skala mikro, rata-rata total investasi UMKM yang ditanamkan adalah
sebesar Rp. 129,287 juta atau Rp. 141,719 juta termasuk tanah dan bangunan
(selain sektor perhotelan). Rata-rata modal investasi dan modal kerja yang
dibutuhkan dalam kegiatan UMKM adalah Rp.207,775 juta (tanah), Rp.112,957 juta
(bangunan), Rp.183,250 juta (peralatan), Rp.172,124 juta (modal kerja), dan Rp.
6,056 juta (biaya lainnya). Menurut daerah penelitian, rata-rata modal
investasi UMKM (termasuk tanah dan banguan) tertinggi terdapat di Kota
Yogyakarta kemudian diikuti Kabupaten Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kulon
Progo.
Kebutuhan investasi
UMKM sebagian besar menggunakan modal sendiri, diikuti modal keluarga dan
kredit sedangkan penggunaan kredit untuk investasi masih relatif kecil. Pola
pemanfaatan keuntungan, menunjukkan kemampuan pengusaha kecil di Provinsi DIY
untuk menjaga kelangsungan usahanya sudah cukup baik. Pemanfaatan keuntungan
yang diperoleh sebagian besar digunakan untuk penambahan modal (48,24%),
pemenuhan kebutuhan sehari-hari/konsumsi (33,49%), cicilan kredit (7,66%),
tabungan (6,57%), pemenuhan kebutuhan lain (4,03%). Kebijakan Pemerintah dalam
mendukung pengembangan UMKM melalui berbagai program bantuan baik yang bersifat
teknis (pelatihan-pelatihan), bantuan pemasaran maupun bantuan modal sudah
cukup baik. Kondisi produksi dan permintaan di tikat pengusaha UMKM di semua
wilayah penelitian menunjukkan pada kondisi yang baik dilihat dari proses
produksi maupun ketersediaan bahan baku.
Pemasaran produk
UMKM di Provinsi DIY lebih banyak langsung ke konsumen dibandingkan ke pedagang
perantara/pengecer. Wilayah pemasaran produk UMKM ke Provinsi DIY masih
bersifat regional. Cakpan daerah pemasaran produk di wilayah satu Kecamatan
persentasenya mencapai 24,57%, antar Kecamatan 18,65%, antar Kabupaten 28,50%,
antar Provinsi 24,88% sedangkan pemasaran produk ke luar negeri atau ekspor
pengusaha UMKM di DIY baru mencapai 3,40% dari todal produk dipasarkan. Nilai
rata-rata keterkaitan langsung kebelakang tiap sektor di Provinsi DIY adalah
sebesar 0,3147, sedangkan nilai rata-rata keterkaitan ke depan tiap sektor
sebesar 1, 6536. Keterkaitan pada skala UMKM, menunjukkan bahwa keterkaitan
kedepan produk UMKM masih rendah. Akan tetapi jika dilihat dari keterkaitan
kebelakang nilainya sangat baik yakni penggunaan bahan baku dari sektor lain. Aksesibilitas
kredit perbakan UMKM di Provinsi DIY masih rendah. Pengetahuan pengusaha UMKM
mengenai fasilitas kredit usaha masih belum baik. Pengusaha UMKM DIY masih
mengalami hambatan dalam memperoleh kredit bank utamanya berkaitan dengan
ketentuan dan persyaratan kredit yang dirasa menyulitkan pengusaha.
Sebagian pengusaha
UMKM tidak pernah mengajukan kredit ke bank, dengan alasan keberatan dengan
prosedur dan persyaratan bank seperti jaminan yang terlalu berat untuk
dipenuhi. Sebagian besar pengusaha UMKM tidak berminat mengajukan kredit lagi
dengan alasan adanya jaminan/agunan yang berat, bunga bank yang terlalu tinggi
serta kesulitan memenuhi ketentuan dari bank untuk membuat kelayakan proyek. Tingkat
pendidikan pengusaha UMKM di Provinsi DIY sebagian besar sudah sangat bagus
serta telah banyak yang pernah mengikuti pelatihan baik yang diselenggarakan
oleh Pemerintah maupun swasta. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh
sebagian besar pengusaha kecil tidak jauh berbeda dari kegiatan yang dlakukan
oleh orang tua mereka. Sedangkan jika
dilihat dari status kepemilikan sebagian besar merupakan
usaha milik sendiri. Sebagian besar pengusaha UMKM di Provinsi DIY telah
memiliki sikap kewirausahaan yang baik. Dari 16 sikap mental yang harus
dimiliki oleh pengusaha UMKM, sebagian besar pengusaha UMKM DIY termasuk dalam kriteria yang
baik kecuali untuk sikap dalam keberanian dalam mengambil resiko yang masih
termasuk dalam kriteria kurang baik.
Dilihat per wilayahan,
tidak terdapat kesenjangan mengenai kemampuan kewirausahaan di lima
Kabupaten/kota di DIY. Kondisi
manajerial pengusaha UMKM di Provinsi DIY sudah tergolong baik. Dari keseluruhan
aspek manajerial, terdapat tiga aspek yang memiliki nilai baik yaitu aspek
manajemen produksi, aspek keuangan, serta aspek manajemen personalia dan tenaga
kerja. Untuk aspek administrasi, sebagian besar UKM DIY tergolong cukup baik,
akan tetapi untuk aspek organisasi termasuk dalam criteria yang kurang baik. Komoditi
potensial masing-masing daerah Kabupaten/Kota menurut pendapat instansi/dinas
terkait sebagian besar merupakan komoditi yang masih berbasis pada sumber daya
lokal.
Hambatan yang
dihadapi instansi dalam pembinaan UMKM pada umumnya di semua Kabupaten/Kota
adalah sulitnya validasi data/penggalian data potensi UKM sebagai sumber
identifikasi permasalahan dan perencanaan program yang valid dan tepat sasaran.
Dari sisi potensi internal yaitu kemampuan kewirausahaan dan manajerial, UMKM
di Propinsi DIY layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Hanya saja kelemahan
kewirausahaan yang harus mendapatkan perhatian untuk diupayakan lebih baik
yaitu sikap yang kurang berani dalam mengambil resiko.
Selain faktor
internal, faktor eksternal yang juga cukup mendukung dalam pengembangan UMKM
lebih lanjut diantaranya adalah kebijakan pemerintah, perkembangan UMKM, sumber
daya manusia, dukungan sarana dan prasarana serta kemudahan akses untuk UMKM.
Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pengusaha UMKM DIY sudah sangat
baik, terutama untuk sarana dan prasarana transportasi. Akses pengusaha UMKM
terhadap informasi yang berkaitan dengan perubahan lingkungan usaha akibat
adanya otonomi daerah masih rendah. Otonomi daerah berpengaruh terhadap
kegiatan UMKM utamanya dalam hal kenaikan pajak serta retribusi.
Kenaikan harga BBM
berpengaruh terhadap kegiatan produksi usaha UMKM yaitu pada kenaikan harga baku
dan biaya transportasi. Pengusaha UMKM di DIY, sebanyak 74 responden pengusaha
UMKM telah melakukan kemitraan dengan usaha besar dan tersebar di semua
Kabupaten/Kota. Dari jumlah kemitraan tersebut, masih sedikit yang melibatkan
pihak bank dalam program kemitraan. Prospek program kemitraan terpadu di DIY
sangat bagus yang tercermin dari banyaknya pengusaha UMKM yang berminat
mengadakan kemitraan. Jenis kemitraan yang banyak diinginkan berturut-turut
adalag Dagang Umum, Subkontrak, Jenis Lain-lain, Keagenan, Inti Plasma, dan
Waralaba (Sugiyanto, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar