Senin, 12 Desember 2016

Proses Penyusunan Anggaran (skripsi dan tesis)


Penyusunan anggaran adalah suatu proses dalam pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan moneter dan dalam satuan kuantitaif lainnya. Menurut Mulyadi (2001) proses penyusunan anggaran merupakan tahap akhir proses perencanaan, yang dilaksanakan melalui empat tahap yaitu filosofi dan misi, penetapan tujuan dan strategi, programming dan budgeting. Dalam penyusunan anggaran terdapat proses yang harus dilalui, dimulai dari perencanaan strategi yang didalamnya terdapat proses penetapan tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan yang dipilih, kemudian penyusunan program-program untuk  mencapai tujuan yang diitetapkan dalam perencanaan strategi. Faktor dominan yang terdapat dalam proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran adalah tujuan dan target yang hendak dicapai, ketersediaan sumber daya, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran  (Mardiasmo, 2005).
Di dalam penyusunan anggaran, terdapat tujuan proses penyusunan anggaran, yaitu :
1.      Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
2.      Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
3.      Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR atau MPR dan Masyarakat.
4.      Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
Untuk menyusun anggaran, terdapat proses tahapan yang harus dilalui. Tahapan tersebut yaitu :
1.      Tahapan Persiapan Anggaran.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Masalah yang sering muncul pada tahapan ini adalah munculnya senjangan anggaran (Budgetarry Slack) dan rendahnya tingkat partisipasi dalam proses anggaran.
2.      Tahapan Ratifikasi.
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus memiliki political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karna dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif. Dalam tahap ini, masalah yang sering muncul adalah lemahnya peran dewan legislatif dalam pengesahan anggaran.
3.      Tahap Implementasi atau Pelaksanaan Anggaran.
Dalam tahap ini, yang paling penting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan adalah dimilikinya sistemsystemmasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Permasalahan yang sering muncul pada tahap ini adalah terjadinya revisi anggaran atau mungkin juga dilakukannya virement (perubahan jumlah nominal pos-pos dalam anggaran namun tidak mengubah jumlah total anggaran)
4.      Tahap Pelaporan dan Evaluasi.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah. Dalam tahap ini, masalah yang sering muncul adalah tidak adanya indikator kinerja yang memadai untuk mengukur kinerja. Selain itu, belum dihasilkannya laporan keuangan yang komprehensif, yang ada hanya berupa nota perhitungan anggaran dan laporan surplus dan deficit. Permasalahan lain adalah orientasi pelaporan pertanggungjawaban yang bersifat vertical reporting, dan belum bersifat horizontal reporting.
Ada dua pendekatan di dalam penyusunan anggaran, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan kinerja. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan tradisional  ini. Ciri pertama adalah cara penyusunan berdasarkan pos-pos belanja. Anggaran dengan pendekatan tradisional menampilkan anggaran dalam prespektif sifat dasar (nature) dari sebuah pengeluaran atau belanja. Ciri kedua dari pendekatan ini adalah penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat kenaikan tertentu.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan tradisional memiliki beberapa kelebihan , yaitu :
1.      Pendekatan ini telah lama digunakan, berbentuk sederhana dan mudah dipersiapkan serta dimengerti oleh orang yang berkepentingan.
2.      Pendekatan ini cocok dengan pola akuntansi pertanggungjawaban.
3.      Hampir semua program memiliki sifat dasar kesinambungan.
4.      Hamper semua pengeluaran memiliki sifat tidak terhindarkan.
5.      Pendekatan tradisional ini tidak menghalangi pemberian data perencanaan dan evaluasi yang biasanya berhubungan dengan pendekatan penyusunan anggaran yang lain sebagai suplemen untuk data yang digunakan untuk menyusun anggaran dengan pendekatan ini.
6.      Karena aktivitas merupakan dasar dari unit organisasi, biaya dari setiap aktivitas akan terakumulasi sebagai biaya dari unit organisasi yang bersangkutan.
Adapun beberapa kelemahan yang terdapat dalam pendekatan tradisional ini, yaitu :
1.      Tidak menyediakan dasar informasi yang memadai bagi pembuat keputusan.
2.      Terlalu berorientasi pada pengendalian dan kurang memerhatikan proses perencanaan dan evaluasi.
3.      Keputusan perencanaan penting cenderung diawali di tingkat manajemen terbawah di organisasi dan kemudian naik di tingkat di atasnya. Padahal tujuan dan kebijakan seharusnya muncul di tingkat manajemen atas dan turun ke tingkat-tingkat dibawahnya.
4.      Perencanaan mungkin kurang diperhatikan karena anggaran didasarkan pada besarnya dan pola dari pengeluaran yang telah ada.
5.      Lebih mendorong pada pengeluaran daripada penghematan.
Pendekatan kedua yaitu pendekatan kinerja. Pendekatan kinerja ini disusun untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional, khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Ada beberapa karakteristik di dalam pendekatan kinerja, yaitu :
1.      Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktifitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
2.      Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3.      Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut. Total anggaran untuk suatu lembaga adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan pada periode yang akan datang.
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah merupakan pedoman pelaksanaan program atau kegiatan. Proses penyusunan RKA-KL menurut Peraturan Menteri Keuangan No 105/2008 dalam Listiyowati (2009) adalah sebagai berikut :
1.      RKA-KL yang memuat uraian tentang visi, misi, tujuan, kebijakan, program, hasil, kegiatan dan keluaran yang diharapkan oleh Kementerian Negara/Lembaga disusun setelah menerima Surat Edaran keuangan.
2.      RKA=KL disusun dengan memprioritaskan kebutuhan anggaran yang bersifat mengikat, program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran prioritas Kementerian Negara/Lembaga, kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak (multi years).
3.      Untuk pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang standar biaya khususnya belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan, maka lembaga mengajukan pengalokasian dananya dengan Kerangka Acuan dan Rincian Anggaran Biaya.
4.      Penyusunan RKA-KL pada suatu Satuan Kerja adalah penyusunan informasi berupa rencana kegiatan dan rincian belanjanya, pandapatan yang diterima Satuan Kerja, dan rencana penarikan alokasi anggarannya. Rencana kegiatan dan rincian belanja berisi :
a.       Menyusun atau menyajikan nama dank ode Satuan kerja, unit organisasi.
b.      Menyusun atau menyajikan fungsi atau sub fungsi dan program beserta sasarannya.
c.       Menyusun atau menyajikan nama kegiatan dan indikatornya.
d.      Subkegiatan, grouping dan header dalam MAK/Akun Belanja.
e.       Merinci detil biaya dalam Kertas Kerja RKA-KL.

Tidak ada komentar: