1.
Persediaan
Persediaan (inventory)
adalah pos-pos yang dimiliki oleh perusahann untuk dijual dalam operasi bisnis
normal, atau barang yang digunakan atau barang yang dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual. Perusahaan manufaktur biasanya mempunyai 3 akun
persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi (Baridwan, 2004).
a.
Persediaan
Bahan Baku (Raw Material Inventory)
Biaya yang dibebankan kebarang dan bahan baku yang ada
ditangan tetapi belum dialihkan ke produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan
baku.
b.
Persediaan
Barang Dalam Proses (Work in Process
Inventory)
Pada
setiap titik dalam proses produksi yang berkelanjutan, ada sejumlah unit yang
belum selesai diproses sepenuhnya. Biaya bahan baku untuk produk yang telah
dibuat tetapi belum selesai, ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung yang
diaplikasikan secara khusus ke bahan baku ini dan biaya overhead yang diaplikasikan, merupakan persediaan dalam proses.
c.
Persediaan
Barang Jadi (Finished Goods Inventory)
Biaya yang
berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum terjual pada akhir
periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi.
Metode Pencatatan Persediaan Barang (Baridwan, 2004):
a. Metode Fisik
Penggunaan metode ini mengharuskan adanya perhitungan
barang yang masih ada pada tanggal penyususnan laporan keuangan. Perhitungan
persediaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada
kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan
barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam
akun pembelian.
b. Metode Buku (Perpetual)
Dalam
metode ini setiap jenis persediaan dibuat akun sendiri yang merupakan buku
pembantu persediaan. Akun yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang
dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap
perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam akun persediaan
sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom
saldo dalam akun persediaan.
Metode Pencatatan Harga Pokok
Persediaan (Baridwan, 2004):
Untuk menghitung
harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir bisa menggunakan
berbagai cara yaitu:
a. Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan
bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan
tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok
bisa diketahui.
b. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan
urutan kejadiannya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka
harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul
yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.
c. Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk
produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga
pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan
kuantitasnya.
d. Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan
dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk
sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama
dan berikutnya.
2.
Depresiasi
Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aset
tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi beban setiap periode
akuntansi. Aset tetap yang dapat disusutkan adalah aset yang (Baridwan, 2004):
a)
Diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
b)
Memiliki
masa manfaat yang terbatas.
c)
Dimiliki
oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau pemasok barang atau
jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
Metode
Perhitungan Depresiasi:
1)
Metode
Garis Lurus (Straght Line Method)
Metode
ini merupakan metode yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini
beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali bila ada
penyesuaian-penyesuaian).
Depresiasi
=
2)
Metode
Jam Jasa (Service Hours Method)
Dalam
cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban
depresiasi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai
(digunakan).
Depresiasi
=
3)
Metode Hasil Produksi (Productive Outout Method)
Beban
depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi
tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi.
Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aset itu dimiliki untuk
menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk
yang dapat dihasilkan.
Depresiasi
=
4)
Metode
Beban Berkurang (Reducing Charge Methods)
Ada
empat cara meghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun, yaitu:
a.
Metode
Angka Tahun (Sam of Years Digits Methods)
Didalam
metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang
setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi residu. Bagian
pengurangan ini dihitung sebagai berikut:
Pembilang = Bobot untuk tahun yang bersangkutan
Penyebut
= Jumlah angka tahun selama umur ekonomis aset atau jumlah angka bobot
b.
Metode
Saldo Menurun
Dalam
cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang
tetap dengan nilai buku aset karena nilai buku aset ini setiap tahun selalu
menurun maka beban depresiasinya setiap tahunnya juga selalu menurun.
c.
Double Declining Balance Method
Dalam
metode ini beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban
depresiasi yang selalu menurun, dasar yang dugunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase
ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aset tetap.
Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
d.
Metode
Tarif Menurun (Declining Rate on Cost
Method)
Tarif (%) setiap periode dikalikan dengan harga perolehan.
Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang
pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena
tarifnya setiap periode selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu
menurun.
e.
Metode-metode
Khusus
Pembebanan
depresiasi bisa dilakukan tidak dengan dasar alokasi harga perolehan, tetapi
dengan menggunakan dasar-dasar yang lain. Metode ini dapat diterima jika
terdapat kesulitan-kesulitan untuk menghitung depresiasi dengan cara yang
biasa. Biasanya metode-metode khusus ini dipakai untuk membebankan depresiasi
alat-alat kerja yang dimiliki dalam jumlah yang besar. Metode penghitungan
depresiasi yang khusus adalah sebagai berikut:
1)
Sistem
Penilaian Persediaan
Dalam
cara ini akun aset didebit dengan harga perolehan (cost) aset. Setiap periode aset tersebut dinilai dan akun aset
dikurangi sampai jumlah penilaian tersebut. Pengurangannya dibebankan sebagai
depresiasi.
2)
Sistem
Pemberhentian
Dalam
cara ini akun aset didebit dengan harga perolehan (cost) aset. Pada akhir periode akun aset itu dikredit dengan jumlah
harga perolehan aset yang dihentikan penggunaaanya selama periode tersebut dan
dibebankan sebagai beban depresiasi.
3)
Sistem
Penggantian
Dalam
cara ini akun aset didebit dengan harga perolehan (cost) aset. Pembebanan sebagai biaya dilakukan apabila aset
tersebut diganti. Jadi harga perolehan aset baru dikurangi nilai sisa aset lama
dibebankan sebagai depresiasi.
3.
Metode
Harga Pokok Produksi (Process Cost
Method)
Process Cost Method adalah metode pengumpulan harga pokok produksi dimana
biaya dikumpulkan dalam satuan waktu atau periode tertentu. Metode ini
digunakan oleh perusahaan yang menggunakan karakteristik sebagai berikut
(Mulyadi, 2001):
a.
Produk
yang dihasilkan dalam jumlah relatif besar (produk masal) dan pada umumnya berupa produk standar dengan
variasi produk relatif kecil.
b.
Proses
produksi berlangsung terus menerus, tidak tergantung pada ada atau tidak
pesanan dari pembeli, karena tujuannya adalah untuk menghasilkan produk yang
siap dijual.
Karakteristik Metode Harga Pokok Produksi (Muladi,
2001):
a.
Biaya
produksi dikumpulkan dan dicatat dalam setiap departemen produksi yang ada
untuk jangka waktu tetentu.
b.
Harga
pokok produk dihitung pada akhir periode tertentu.
c.
Produk
yang belum selesai pada akhir periode dicatat kedalam akun persediaan produk
dalam proses.
d.
Pada
akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi, yang berisi harga pokok
produk yang telah selesai dan masih dalam proses.
e.
Biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak perlu dipisahkan.
Elemen-elemen yang membentuk harga pokok produksi
yaitu:
a.
Biaya
Bahan Baku: adalah harga perolehan dari seluruh bahan baku yang akhirnya
menjadi produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
b.
Biaya
Tenaga Kerja Langsung: adalah harga yang dibebankan atau terjadi untuk
digunakan membayar upah pekerja dibagian produksi.
c.
Biaya
Overhead Pabrik: adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung atau biaya produksi yang tidak ada hubungannya langsung dengan
proses produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar