Kesediaan individu untuk memberikan hasil karya dan
prestasi kerjanya terhadap organisasi atau lembaga secara loyal
merupakan sebuah ikatan atau komitmen yang di miliki oleh
seorang individu tersebut. Ikatan atau komitmen dapat berasal
dari diri individu sendiri tanpa ada yang mempengaruhi, namun
ada juga komitmen yang di buat individu dipengaruhi orang lain
ataupun organisasi itu sendiri.
Menurut Schermerhorn, Hunt, Osborn dan Uhl-Bein dalam
Wibowo (2017 : 214) mengemukakan bahwa terdapat dua
dimensi komitmen organisasional, yaitu : Rational Comitment dan
Emotional Comitment. Ratioanl Commitment mencerminkan
bahwa pekerjaan memberikan pelayanan pada kepentingan
financial, pengembangan, dan professional individu. Sedangkan
Emotional Commitment mencerminkan perasaan bahwa apa yang
di lakukan seseorang adalah penting, berharga dan memberikan
manfaat nyata bagi orang lain.
Sedangkan menurut Newstrom dalam Wibowo (2017:215)
membedakan adanya tiga bentuk komitmen, dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Affective Commitment, suatu tingkat emosional positif di
mana pekerja ingin mendesak usaha dan memilih untuk tetap
dengan organisasi.
b. Normative Commitment, merupakan pilihan untuk tetap
terikat karena budaya yang kuat atau etika familial yang
mendorong mereka melakukan demikian. Mereka yakin harus
berkomitmen karena sistem keyakinan orang lain dan milik
mereka internalisasi norma dan perasaan sebagai kewajiban.
c. Continuance Commitment, mendorong pekerja tetap tinggal
karena investasi tinggi mereka dalam organisasi, dalam
waktu dan usaha, dan kerugian ekonomi dan social mereka
akan terjadi apabila mereka meninggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar