Jensen and Meckling (1976); Morck, dkk (1988) dan Cheng dan
Warfield (2005) dalam Rahmawati (2012:103) menyatakan kepemilikan
manajerial adalah sebagai berikut:
“Kepemilikan manajerial adalah sebuah mekanisme penting untuk
meluruskan insentif manajer dengan para pemegang saham”.
Wahidahwati (2002:5) dalam Rustendi dan Jimmi (2008) menyatakan
kepemilikan manajerial sebagai berikut:
“Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial diukur
dari jumlah prosentase saham yang dimiliki manajer”.
Kepemilikan manajerial menurut Machmud & Djakman (2008) dalam
Tita Djuitaningsih (2012) adalah sebagai berikut:
“Kepemilikan saham manajerial adalah tingkat kepemilikan saham pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan”.
Berdasarkan ketiga definisi di atas menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen
dalam perusahaan dan ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Salah satu cara untuk meningkatkan kepemilikan adalah melalui ESOP,
yakni program kompensasi yang berdasarkan saham. Ketika seseorang manajer
diberi opsi, opsi tersebut biasanya tidak dapat digunakan sampai tiga atau empat
tahun kemudian. Ketika opsi menjadi dapat digunakan (vested), manajer dapat
memilih untuk menaham exercisable options atau menggunakan opsi dan
daripada menahan saham (untuk membiayai penggunaan opsi, manajer pada
umumnya menjual saham yang diterima dari penggunaan opsi). Manajer juga
diberikan restricted stock, seperti option grants, tidak dapat diperdagangkan
sampai setelah tiga atau empat tahun (Rahmawati, 2012:103).
Jensen dan Mecking (1976) dalam Herawaty (2008) menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah
keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer
dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan
manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan
saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba
untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat
(Shleifer dan Vishny 1986 dalam Herawaty 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar