Minggu, 22 Oktober 2023

  Pengertian Kepuasan Kerja


Menurut Steve, M.Jex (dalam Sinambela, 2012) mendefinisikan bahwa
kepuasan kerja sebagai tingkat afeksi positif seorang pekerja terhadap pekerjaan
dan situasi pekerjaan, kepuasan kerja selalu berkaitan dengan sikap pekerja atau
pekerjaannya. Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan aspek
perilaku.Aspek kognitif kepuasan kerja adalah kepercayaan pekerja tentang
pekerjaan dan situasi pekerjaan.
Weihrich (dalam Sinambela, 2012) menyatakan bahwa kepuasan merujuk
pada pengalaman kesenangan atau kesukaan yang dirasakan oleh seseorang ketika
apa yang diinginkannya tercapai. Menurut Luthans (1998:243), yang menyatakan
bahwa kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa
baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Menurut Michell dan
Larson (dalam Sinambela 2012), setidaknya terdapat dua alasan untuk
mengetahui kepuasan dan akibatnya, yaitu:
1. Bersumber dari faktor organisasi, kepuasan adalah suatu hal yang dapat
mempengaruhi perilaku kerja, kelambanan berkerja, ketidakhadiran dan
keluar masuknya pegawai,
2. Bersumber dari sumber daya dan penyebab kepuasan karena kepuasaan
sangat penting untuk meningkatkan kinerja perorangan.
a. Menurut Greenberg dan Baron (dalam Sinambela 2012), kepuasan kerja
adalah sikap positif atau negative yang dilakukan individu terhadap
pekerjaannya.
b. Menurut Mangkunegara (dalam Sinambela 2012) bahwa kepuasan kerja
adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri
pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi
dirinya.
c. Menurut Davis dan Newstrom (dalam Sinambela 2012) berpendapat
bahwa kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang
menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang
relatif.Selain itu kepuasan kerja adalah perasaan seorang terhadap pekerjaannya
yang dihasilkan oleh usahanya sendiri (internal) dan yang didukung olej hal-hal
yang dari luar dirinya (eksternal), atas keadaan kerja, hasil kerja, dan kerja itu
sendiri. Apabila pegawai bergabung dalam suatu organisasi, ia membawa serta
seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang
menyatu membentuk harapan kerja. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian
antara harapan seseorang yangtimbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,
jadi kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan, perjanjian psikolog,
dan motivasi (Sinambela, 2016).
Kepuasan kerja memiliki banyak dimensi, ia dapat mewakili sikap secara
menyeluruh, atau mengacu pada bagian pekerjaan seseorang. Sebagai contoh,
meskipun kepuasan kerja Steven secara umum mungkin tinggi dan ia menyukai
promosi itu, ia mungkin tidak puas dengan jadwal liburannya. Studi kepuasan
kerja sering kali berfokus pada hal-hal itu dan memilahnya menjadi hal-hal yang
langsung berkaitan dengan isi pekerjaan (perasaan Steven tentang lingkungan
tugasnya, pengawas, rekan kerja dan organisasi). Sebagai sekumpulan perasaan,
kepuasan kerja bersifat dinamik. Para manajer tidak dapat menciptakan kondisi
yang dapat menimbulkan kepuasan kerja sekarang dan kemudian mengabaikannya
selama beberapa tahun. Kepuasan kerja dapat menurun secepat timbulnya, bahkan
terkadang lebih cepat dari pada saat timbulnya sehingga para manajer harus
memperhatikannya setiap saat (Sinambela, 2016).
Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Sifat lingkungan
seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan.
Demikian juga halnya, karena pekerjaan merupakan bagian penting dalam
kehidupan, kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Hasilnya
terdapat dampak bolak balik (spillover effect) yang terjadi antara kepuasan kerja
dan kepuasan hidup. Konsekuensinya, para manajer mungkin tidak hanya perlu
(Sinambela, 2016).

Tidak ada komentar: