Semakin banyaknya pesaing yang menawarkan produk sejenis membuat para konsumen lebih selektif untuk memilih produk yang di butuhkan. Setiap perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang ditawarkan, sedangkan konsumen mencari produk yang terbaik. Hal tersebut menjadi faktor pendorong bagi setiap perusahaan untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan melakukan inovasi terhadap produk. Menurut Hubeis (2012: 76) inovasi ini diperlukan oleh perusahaan, agar tetap bertahan, atau menjadi lebih kompetitif. Inovasi produk meliputi berbagai kegiatan pengembangan produk - perbaikan produk, pengembangan yang seluruhnya baru, dan perluasan yang meningkatkan jangkauan atau jumlah lini produk yang dapat ditawarkan perusahaan (Kotler dan Amstrong,2008 : 603-604). Strategi tersebut merupakan suatu langkah yang dapat membuat produk menjadi lebih maju dibandingkan dengan produk pesaing, apalagi bila para pesaing tidak mengalami perubahan dan cenderung statis. Keadaan tersebut menguntungkan bagi perusahaan yang menerapkan strategi inovasi produk, karena akan menjadi nilai tambah bagi para konsumennya. Minat pembelian ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang (Kinnear & Taylor) dalam Saidani dan Arifin (2012). Menurut Ferdinand (2002: 25-26) dalam Saidani dan Arifin
(2012) minat beli ulang dapat didefinisikan melalui indikator-indikator yaitu minat transaksional, minat referensial, minat preferensial, dan minat eksploratif. Para konsumen melihat produk tersebut menarik dengan adanya perubahan yang terjadi pada produk yang akan mereka beli. Jadi, inovasi yang terdapat pada suatu produk mengidentifikasi siapa penjual atau pembuat barang tertentu untuk memberikan tampilan manfaat tertentu untuk pembeli. Konsumen memandang inovasi produk sebagai bagian yang penting dari suatu produk, karena itu penjual berusaha keras untuk merancang, menciptakan kemudian merealisasikan ide- ide menjadi sebuah produk yang inovatif dalam rangka menarik minat beli konsumen. Dalam penelitian Hwang, Min Woo (2005) menjelaskan:“There has been similar analysis that purchase intention and purchase action starts from customer satisfaction” (UnclesandLaurent; Sharp and Sharp 1997). Bahwa terdapat analisis serupa antara minat beli dan tindakan pembelian awal dalam kepuasan konsumen. Maka dari itu untuk mengukur seberapa besar inovasi produk yang dilakukan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan perlu mengukur minat beli ulang konsumen. Seperti yang dikatakan Hsun Ho dan Wo, (2011: pp 259-260) dalam penelitiannya bahwa minat beli untuk mengukur inovasi produk sudah sangat handal. Karena nilai-nilai dan inovasi yang diharapkan oleh konsumen dari barang ataupun jasa berpengaruh terhadap minat beli konsumen untuk melakukan pembelian ulang yang ditawarkan perusahaan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Yeh, Pei-jung (2008) antara inovasi dan minat beli ulang memiliki korelasi yang sangat positif bagi
konsumen dan memiliki pengaruh timbal balik terhadap keduanya. Dan didukung oleh penliti lain yaitu Wang Ke Yi (2010) yang menegaskan bahwa inovasi akan meningkatkan minat beli ulang pelanggan sampai batas tertentu. Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Naved, Tahir, et.,al (2010) yang menegaskan bahwa jika sebuah perusahaan ingin bertahan hidup untuk jangka panjang, harus bekerja untuk loyalitas pelanggan, dan inovasi dianggap sebagai elemen penting untuk menarik minat beli ulang pelanggan di masa yang akan datang. Rogers (1983) dalam Mascarenhas (2009)“Identifies six characteristics of innovations from the viewpoint of their diffusion or adoption by consumers:”1.Relative advantage, 2.Compatibility, 3.Trialability, 4.Observability, 5.Complexity, and 6.Perceived risk.The first four characteristics are positively related, while the latter two are negatively related, to innovation-adoption (Gatignon and Robertson: 1985).Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Cheng-Hsun Ho dan Wenchieh Wu (2011) yang menyatakan konsumen lebih cenderung untuk mengadopsi produk baru yang mereka anggap memiliki relative advantages, compatibility, trialability, dan observability. Berdasarkan penelitian tersebut maka hanya digunakan empat dari enam karakteristik inovasi dalam teori Roger tersebut yaitu Relative advantage, Compatibility, Trialability, Observability
engaruh Inovasi Produk terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Semakin banyaknya pesaing yang menawarkan produk sejenis membuat para konsumen lebih selektif untuk memilih produk yang di butuhkan. Setiap perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang ditawarkan, sedangkan konsumen mencari produk yang terbaik. Hal tersebut menjadi faktor pendorong bagi setiap perusahaan untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan melakukan inovasi terhadap produk. Menurut Hubeis (2012: 76) inovasi ini diperlukan oleh perusahaan, agar tetap bertahan, atau menjadi lebih kompetitif. Inovasi produk meliputi berbagai kegiatan pengembangan produk - perbaikan produk, pengembangan yang seluruhnya baru, dan perluasan yang meningkatkan jangkauan atau jumlah lini produk yang dapat ditawarkan perusahaan (Kotler dan Amstrong,2008 : 603-604). Strategi tersebut merupakan suatu langkah yang dapat membuat produk menjadi lebih maju dibandingkan dengan produk pesaing, apalagi bila para pesaing tidak mengalami perubahan dan cenderung statis. Keadaan tersebut menguntungkan bagi perusahaan yang menerapkan strategi inovasi produk, karena akan menjadi nilai tambah bagi para konsumennya. Minat pembelian ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang (Kinnear & Taylor) dalam Saidani dan Arifin (2012). Menurut Ferdinand (2002: 25-26) dalam Saidani dan Arifin
(2012) minat beli ulang dapat didefinisikan melalui indikator-indikator yaitu minat transaksional, minat referensial, minat preferensial, dan minat eksploratif. Para konsumen melihat produk tersebut menarik dengan adanya perubahan yang terjadi pada produk yang akan mereka beli. Jadi, inovasi yang terdapat pada suatu produk mengidentifikasi siapa penjual atau pembuat barang tertentu untuk memberikan tampilan manfaat tertentu untuk pembeli. Konsumen memandang inovasi produk sebagai bagian yang penting dari suatu produk, karena itu penjual berusaha keras untuk merancang, menciptakan kemudian merealisasikan ide- ide menjadi sebuah produk yang inovatif dalam rangka menarik minat beli konsumen. Dalam penelitian Hwang, Min Woo (2005) menjelaskan:“There has been similar analysis that purchase intention and purchase action starts from customer satisfaction” (UnclesandLaurent; Sharp and Sharp 1997). Bahwa terdapat analisis serupa antara minat beli dan tindakan pembelian awal dalam kepuasan konsumen. Maka dari itu untuk mengukur seberapa besar inovasi produk yang dilakukan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan perlu mengukur minat beli ulang konsumen. Seperti yang dikatakan Hsun Ho dan Wo, (2011: pp 259-260) dalam penelitiannya bahwa minat beli untuk mengukur inovasi produk sudah sangat handal. Karena nilai-nilai dan inovasi yang diharapkan oleh konsumen dari barang ataupun jasa berpengaruh terhadap minat beli konsumen untuk melakukan pembelian ulang yang ditawarkan perusahaan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Yeh, Pei-jung (2008) antara inovasi dan minat beli ulang memiliki korelasi yang sangat positif bagi konsumen dan memiliki pengaruh timbal balik terhadap keduanya. Dan didukung oleh penliti lain yaitu Wang Ke Yi (2010) yang menegaskan bahwa inovasi akan meningkatkan minat beli ulang pelanggan sampai batas tertentu. Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Naved, Tahir, et.,al (2010) yang menegaskan bahwa jika sebuah perusahaan ingin bertahan hidup untuk jangka panjang, harus bekerja untuk loyalitas pelanggan, dan inovasi dianggap sebagai elemen penting untuk menarik minat beli ulang pelanggan di masa yang akan datang. Rogers (1983) dalam Mascarenhas (2009)“Identifies six characteristics of innovations from the viewpoint of their diffusion or adoption by consumers:”1.Relative advantage, 2.Compatibility, 3.Trialability, 4.Observability, 5.Complexity, and 6.Perceived risk.The first four characteristics are positively related, while the latter two are negatively related, to innovation-adoption (Gatignon and Robertson: 1985).Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Cheng-Hsun Ho dan Wenchieh Wu (2011) yang menyatakan konsumen lebih cenderung untuk mengadopsi produk baru yang mereka anggap memiliki relative advantages, compatibility, trialability, dan observability. Berdasarkan penelitian tersebut maka hanya digunakan empat dari enam karakteristik inovasi dalam teori Roger tersebut yaitu Relative advantage, Compatibility, Trialability, Observability
Tidak ada komentar:
Posting Komentar