Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Teori-teori kepemimpinan
menurut Thoha (2003):
1. Teori sifat (trait theory).
Teori ini menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada korelasi sebab
akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, pendapatnya itu merujuk pada hasil penelitian Keith Davis yang menyimpulkan ada empat sifat umum yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu :
a) Kecerdasan, pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
Namun demikian pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari
kecerdasan pengikutnya.
b) Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, para pemimpin cenderung
menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai
perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai
keinginan menghargai dan dihargai.
c) Motivasi dan dorongan prestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka berusaha
mendapatkan penghargaan yang instrinsik dibandingkan dari yang
ekstrinsik.
d) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak
kepadanya, dalam istilah penelitian Universitas Ohio, pemimpin itu
mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti istilah penemuan Michigan,
pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukan berorientasi pada produksi.
Menurut Mangkunegara (2013) seseorang yang dilahirkan sebagai
pimpinan karena memiliki sifat-sifat sebagai pimpinan. Namun pada dalam
teori ini juga tidak memungkiri bahwa sifat-sifat sebagai pimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, tetapi ada yang dicapai melalui pendidikan dan
14
pelatihan. Peran penganut teori sifat ini berusaha menggeneralisasikan sifatsifat umum yang dimiliki oleh pemimpinnya, seperti sifat fisik, mental dan
kepribadian. Dengan asumsi pemikiran, bahwa keberhasilan seseorang sebagai
pemimpin ditentukan oleh kualitas sifat atau karakteristik tertentu yang
dimiliki dalam diri pimpinan tersebut, baik berhubungan dengan fisik, mental,
psikologis, personalitas, dan intelektual. Beberapa sifat yang dimiliki seseorang
pimpinan antara lain taqwa, sehat, cakap, jujur, tegas, setia, cerdik, berani,
disiplin, berwawasan luas, komunikatif, berkemauan keras, tanggung jawab
dan sifat positif lainnya.
2. Teori kelompok.
Teori ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan
pengikut-pengikutnya. Teori kelompok ini dasar perkembangannya pada
psikologi sosial. Menurut Mangkunegara (2013) sering disebut dengan teori
perilaku dimana teori ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan merupakan interaksi antar pemimpin dengan pengikut, dan dalam interkasi
tersebut pengikutlah yang melakukan menganalisis dan mempersepsikan
apakah menerima atau menolak kepemimpinannya. Pendekatan perilaku
menghasilkan dua orientasi yaitu perilaku pimpinan yang berorientasi pada
tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas dan perilaku pemimpin
yang berorientas pada orang yang mengutamakan penciptaan hubunganhubungan manusiawi.
15
3. Teori situasional
Teori ini menyatakan bahwa beberapa variabel situasional mempunyai
pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan pelakunya
termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya. Beberapa variabel
situasional diidentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh situasional ini.
Menurut Rivai, Veithzal, Darmansyah, Ramly (2014) suatu pendekatan
terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami
perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu
gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk
memiliki ketrampilan diagnostik dalam perilaku manusia.
4. Teori kepemimpinan kontijensi
Model kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fielder sebagai hasil
pengujian hipotesa yang telah dirumuskan dari penelitiannya terdahulu. Model
ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut
ini:
a) Hubungan pimpinan anggota, variable ini sebagai hal yang paling menentukan dalam menciptakan situasi yang menyenangkan.
b) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan kedua dalam
menciptakan situasi yang menyenangkan.
c) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini
merupakan urutan ketiga dalam menciptakan situasi yang menyenangkan.
16
5. Teori jalan tujuan (Path-Goal theory).
Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Geogepoulos dan kawankawannya di Universitas Michigan. Pengembangan teori ini selanjutnya
dilakukan oleh Martin Evans dan Robert House. Secara pokok, teori path-goal
dipergunakan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan kerja bawahan. Ada dua
factor situasional yang telah diidentifikasikan yaitu sifat personal para
bawahan, dan tekanan lingkungan dengan tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh
para bawahan. Untuk situasi pertama teori path-goal memberikan penilaian
bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika para bawahan
melihat perilaku tersebut merupakan sumber yang segera bisa memberikan
kepuasan, atau sebagai suatu instrument bagi kepuasan masa depan. Adapun
faktor situasional kedua, path-goal, menyatakan bahwa perilaku pemimpin
akan bisa menjadi factor motivasi terhadap para bawahan, yang diperlukan
untuk mengefektifkan pelaksanaan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar