Stres adalah respon tubuh terhadap tuntutan dari luar diri
individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi
tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah. Pada
saat yang sama, stres akademik adalah stres yang disebabkan
oleh ketidakmampuan individu untuk beradaptasi dengan
tuntutan akademik yang dinilai menekan, yang dapat
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan yang memicu
perubahan fisik, psikologis, dan perilaku. Situasi yang dinilai
menekan ini yang sulit untuk diatasi oleh individu yang
bersangkutan.
Pada dasarnya kehidupan manusia telah ditentukan oleh
Allah SWT berdasarkan qada dan qadarnya. Salah satu
perwujudan qada dan qadar manusia yang Allah SWT
kehendaki berupa musibah, rejeki, dan hidup matinya
manusia. Musibah merupakan suatu pengalaman yang tidak
menyenangkan karena dipandang merugikan oleh para korban
yang terkena musibah. Musibah dapat menimbulkan
kepedihan maupun kesusahan bagi korbannya, terkadang
dalam watu yang lama atau bahkan seumur hidup. Kondisi ini
dapat disebut sebagai beban yang melebihi kapasitas
kemampuan dalam kehidupannya di dunia ini sehingga beban
yang cukup berat tersebut dapat menimbulkan stres bagi
manusia (Zaharuddin, 2014).
Dalam perjalanan hidup, manusia tidak lepas dari adanya
ujian dan cobaan. Pada bagian ini akan membahas terkait
dengan ujian dan cobaan terhadap anak yang sedang
menempuh jenjang pendidikannya, maka anak tersebut juga
telah diberikan amanah untuk menyelesainya. Allah SWT
tidak akan membebani hamba-Nya diluar batas
kemampuannya. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah
satu usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai
kebaikan, maka jalanilah pendidikan tersebut dengan hati
yang lapang dan ikhlas.
Dalam Al-Qur‘an telah menggunakan permisalan yang
memakai prinsip mekanisme beban yang menggambarkan
20
masalah yang dihadapi manusia. Hal ini senada dengan yang
tercantum dalam Qur‘an Surah Al-Insyirah ayat 1-8, Pada Qur‘an Surah Al-Insyirah ayat 1-8 tersebut jika
dikaitkan dengan permasalahan pada pembahasan topik stres
akademik sangat memiliki keterkaitan. Menurut tafsir AlMisbah oleh Quraish Shihab (2002) dalam surah Al-Insyirah
ayat 1 diatas berbicara tentang kelapangan dada, kata lapang
dada dalam Al-Qur‘an disebutkan sebanyak 22 kali
diantaranya digunakan untuk memaafkan kesalahan dan
gangguan orang lain serta melapangkan dada ketika sedang
tertimpa masalah baik itu jasmani maupun rohani. Keadaan ini
sangat diperlukan dalam kehidupan dengan kondisi ekonomi,
pendidikan dan keadaan jiwa seseorang, ketenangan jiwa akan
terasa jika semua keadaan dapat diselesaikan dan itu akan
menjadi kesenangan tersendiri.
Situasi yang menyenangkan dapat muncul karena faktor
sosial, baik pribadi maupun kelompok. Contoh lain,
mahasiswa yang sedang menghadapi kesulitan dalam
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, Yang
memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu, Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap”.(Q.S. Al-Insyirah : 1-8)
21
akademik, ketika seorang mahasiswa mengetahui bahwa ia
mendapatkan nilai yang rendah dalam perkuliahannya, karena
tindakannya sendiri, maka kondisi jiwa seseorang langsung
terpengaruh menjadi stres, khawatir bahkan frustasi.
Kepribadian lapang dada ini muncul dari keberanian
mahasiswa untuk mencapai tujuan. Kelapangan dada, keadaan
psiko-psikologi yaitu keadaan yang terdapat pada diri
seseorang yang berkaitan dengan perasaan dan perilaku
sebagai makhluk Allah swt. Seseorang yang berlapang dada
adalah seseorang yang menghadapi berbagai realitas
kehidupan yang tidak menyenangkan adalah suatu ujian dari
Allah swt. Dan orang yang lapang dada itu seseorang yang
menghadapi serta melihat realitas kehidupan sebagai ujian.
Disamping anugerah kemudahan, pada ayat 2-3
melanjutkan bahwa: Dan disamping itu kami juga telah
menanggalkan darimu bebanmu yang selama ini engkau pikul
dan yang engkau rasakan sangat memberatkan punggungmu.
Dalam ayat ini untuk menggambarkan stres yang jelas yaitu
menggunakan kata beban (pada punggung) untuk
menggambarkan masalah berat yang dihadapkan manusia.
Keyakinan akan kemampuannya menaggung beban, yaitu
keyakinan bahwa kesulitan yang dialami tidak akan melebihi
kemampuannya untuk menerima beban. Firman Allah swt
―Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya‖. Selanjutnya ayat keempat menegaskan
anugerah Allah yang lain yakni: Dan disamping kemudahan
dan keringanan beban, kami juga meninggikan bagimu
sebutan yakni nama-mu.
Ayat-ayat yang lalu menguraikan anugerah Allah Swt,
pada ayat 5-6 bagaikan menyatakan: Jika engkau telah
mengetahui dan menyadari betapa besar anugerah Allah itu,
maka dengan demikian, menjadi jelas pula bagimu, bahwa
sesungguhnya bersama atau sesaat sesudah kesulitan ada
kemudahan yang besar, sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan yang besar. Allah swt. Dalam ayat 5 dan 6 ini
bermaksud menjelaskan salah satu sunnah-Nya yang ebrsifat
22
umum dan konsisten yaitu, ―setiap kesulitan pasti disertai atau
disusul oleh kemudahan selama yang bersangkutan bertekat
untuk menanggulanginya‖.
Pada ayat 5 kata (العسر (al-„usr berbentuk definit
(memakai alif dan lam) yang demikian pula kata tersebut pada
ayat 6. Ini berarti bahwa kesulitan yang dimaksud pada ayat 5
sama halnya dengan kesulitan yang disebutkan pada ayat 6,
berbeda dengan kata (يسرا (yusran (kemudahan). Kata tersebut
tidak dalam bentuk definit, sehingga kemudahan yang disebut
pada ayat 5 berbeda dengan kemudahan yang disebut pada
ayat 6, hal ini menjadikan kedua ayat tersebut mengandung
makna ―setiap satu kesulitan akan disusul/dibarengi dengan
dua kemudahan‖. Khususnya mahasiswa yang sedang
mengalami stres dalam bidang akademik dikarenakan
banyaknya tekanan beban tanggung jawab serta kesulitan
yang dialaminya, percayalah setiap kita mengalami suatu
kesulitan dalam hidup ini walaupun hanya satu kesulitan,
maka satu kesulitan itu tidak akan mengalahkan dua
kemudahan. Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, maka
alangkah dekatnya jalan kemudahan itu.
Setiap kesulitan selalu disusul atau dibarengi oleh
kemudahan, demikian pesan ayat-ayat yang lalu. Kalau
demikian, yang dituntut hanya kesungguhan bekerja dibarengi
dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Ilahi.
Hal ini yang dipesankan oleh ayat 7-8 dengan menyatakan:
Maka apabila engkau telah selesai yakni sedang berada di
dalam keluangan setelah tadinya engkau sibuk maka
bekerjalah dengan sungguh-sungguh hingga engkau letih atau
hingga tegak dan nyata suatu persoalan baru dan hanya
kepada Tuhanmu saja tidak kepada siapa pun selain-Nya,
hendaknya engkau berharap dan berkeinginan penuh guna
memperoleh bantuan-Nya dalam menghadapi setiap kesulitan
serta melakukan satu aktivitas.
Berdasarkan pemaparan dalam Qur‘an Surah Al-Insyirah
ayat 1-8, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia senantiasa
selalu dihadapkan pada masalah dalam hidup, idealnya
23
manusia mengetahui bahwa kesulitan yang datang dari Allah
swt. Adalah untuk menguji manusia. Berbagai jenis masalah
yang dihadapi manusia, baik secara ekonomi, sosial, budaya
dan internal yang menyebabkan seseorang menjadi stres,
khawatir dan depresi, serta gangguan kejiwaan lainnya. Ketika
mengalami kesulitan, manusia sering mengeluh tanpa henti,
jika seseorang mau berfikir, ia akan menemukan bahwa hanya
dalam kondisi yang sulit ia bener-benar menjadi manusia.
Jadilah manusia yang hidup, karena hanya manusia yang
sudah mati yang tidak tahu beratnya hidup. Oleh karena itu,
jangan takut dengan kesulitan, pencapaian hidup akan
signifikan jika individu berhasil mengatasi tahapan kesulitan,
jangan malas dalam menghadapi hidup ini karena kita tidak
akan menemukan apa-apa. Kita, sebagai manusia biasa harus
mampu menghadapi kesulitan seberat apapun dan meminta
pertolongan kepada Allah swt. Hanya dengan ujian, hidup
dapat membentuk sikap mental, kebesaran jiwa yang optimal,
ujian akan menentukan keimanan dan kualitas hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar