Minggu, 06 November 2022

Stres Akademik Dalam Perspektif Islam (skripsi, tesis, disertasi)

Stres adalah respon tubuh terhadap tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah. Pada saat yang sama, stres akademik adalah stres yang disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk beradaptasi dengan tuntutan akademik yang dinilai menekan, yang dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan yang memicu perubahan fisik, psikologis, dan perilaku. Situasi yang dinilai menekan ini yang sulit untuk diatasi oleh individu yang bersangkutan. Pada dasarnya kehidupan manusia telah ditentukan oleh Allah SWT berdasarkan qada dan qadarnya. Salah satu perwujudan qada dan qadar manusia yang Allah SWT kehendaki berupa musibah, rejeki, dan hidup matinya manusia. Musibah merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan karena dipandang merugikan oleh para korban yang terkena musibah. Musibah dapat menimbulkan kepedihan maupun kesusahan bagi korbannya, terkadang dalam watu yang lama atau bahkan seumur hidup. Kondisi ini dapat disebut sebagai beban yang melebihi kapasitas kemampuan dalam kehidupannya di dunia ini sehingga beban yang cukup berat tersebut dapat menimbulkan stres bagi manusia (Zaharuddin, 2014). Dalam perjalanan hidup, manusia tidak lepas dari adanya ujian dan cobaan. Pada bagian ini akan membahas terkait dengan ujian dan cobaan terhadap anak yang sedang menempuh jenjang pendidikannya, maka anak tersebut juga telah diberikan amanah untuk menyelesainya. Allah SWT tidak akan membebani hamba-Nya diluar batas kemampuannya. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan, maka jalanilah pendidikan tersebut dengan hati yang lapang dan ikhlas. Dalam Al-Qur‘an telah menggunakan permisalan yang memakai prinsip mekanisme beban yang menggambarkan 20 masalah yang dihadapi manusia. Hal ini senada dengan yang tercantum dalam Qur‘an Surah Al-Insyirah ayat 1-8, Pada Qur‘an Surah Al-Insyirah ayat 1-8 tersebut jika dikaitkan dengan permasalahan pada pembahasan topik stres akademik sangat memiliki keterkaitan. Menurut tafsir AlMisbah oleh Quraish Shihab (2002) dalam surah Al-Insyirah ayat 1 diatas berbicara tentang kelapangan dada, kata lapang dada dalam Al-Qur‘an disebutkan sebanyak 22 kali diantaranya digunakan untuk memaafkan kesalahan dan gangguan orang lain serta melapangkan dada ketika sedang tertimpa masalah baik itu jasmani maupun rohani. Keadaan ini sangat diperlukan dalam kehidupan dengan kondisi ekonomi, pendidikan dan keadaan jiwa seseorang, ketenangan jiwa akan terasa jika semua keadaan dapat diselesaikan dan itu akan menjadi kesenangan tersendiri. Situasi yang menyenangkan dapat muncul karena faktor sosial, baik pribadi maupun kelompok. Contoh lain, mahasiswa yang sedang menghadapi kesulitan dalam “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, Yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.(Q.S. Al-Insyirah : 1-8) 21 akademik, ketika seorang mahasiswa mengetahui bahwa ia mendapatkan nilai yang rendah dalam perkuliahannya, karena tindakannya sendiri, maka kondisi jiwa seseorang langsung terpengaruh menjadi stres, khawatir bahkan frustasi. Kepribadian lapang dada ini muncul dari keberanian mahasiswa untuk mencapai tujuan. Kelapangan dada, keadaan psiko-psikologi yaitu keadaan yang terdapat pada diri seseorang yang berkaitan dengan perasaan dan perilaku sebagai makhluk Allah swt. Seseorang yang berlapang dada adalah seseorang yang menghadapi berbagai realitas kehidupan yang tidak menyenangkan adalah suatu ujian dari Allah swt. Dan orang yang lapang dada itu seseorang yang menghadapi serta melihat realitas kehidupan sebagai ujian. Disamping anugerah kemudahan, pada ayat 2-3 melanjutkan bahwa: Dan disamping itu kami juga telah menanggalkan darimu bebanmu yang selama ini engkau pikul dan yang engkau rasakan sangat memberatkan punggungmu. Dalam ayat ini untuk menggambarkan stres yang jelas yaitu menggunakan kata beban (pada punggung) untuk menggambarkan masalah berat yang dihadapkan manusia. Keyakinan akan kemampuannya menaggung beban, yaitu keyakinan bahwa kesulitan yang dialami tidak akan melebihi kemampuannya untuk menerima beban. Firman Allah swt ―Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya‖. Selanjutnya ayat keempat menegaskan anugerah Allah yang lain yakni: Dan disamping kemudahan dan keringanan beban, kami juga meninggikan bagimu sebutan yakni nama-mu. Ayat-ayat yang lalu menguraikan anugerah Allah Swt, pada ayat 5-6 bagaikan menyatakan: Jika engkau telah mengetahui dan menyadari betapa besar anugerah Allah itu, maka dengan demikian, menjadi jelas pula bagimu, bahwa sesungguhnya bersama atau sesaat sesudah kesulitan ada kemudahan yang besar, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan yang besar. Allah swt. Dalam ayat 5 dan 6 ini bermaksud menjelaskan salah satu sunnah-Nya yang ebrsifat 22 umum dan konsisten yaitu, ―setiap kesulitan pasti disertai atau disusul oleh kemudahan selama yang bersangkutan bertekat untuk menanggulanginya‖. Pada ayat 5 kata (العسر (al-„usr berbentuk definit (memakai alif dan lam) yang demikian pula kata tersebut pada ayat 6. Ini berarti bahwa kesulitan yang dimaksud pada ayat 5 sama halnya dengan kesulitan yang disebutkan pada ayat 6, berbeda dengan kata (يسرا (yusran (kemudahan). Kata tersebut tidak dalam bentuk definit, sehingga kemudahan yang disebut pada ayat 5 berbeda dengan kemudahan yang disebut pada ayat 6, hal ini menjadikan kedua ayat tersebut mengandung makna ―setiap satu kesulitan akan disusul/dibarengi dengan dua kemudahan‖. Khususnya mahasiswa yang sedang mengalami stres dalam bidang akademik dikarenakan banyaknya tekanan beban tanggung jawab serta kesulitan yang dialaminya, percayalah setiap kita mengalami suatu kesulitan dalam hidup ini walaupun hanya satu kesulitan, maka satu kesulitan itu tidak akan mengalahkan dua kemudahan. Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Setiap kesulitan selalu disusul atau dibarengi oleh kemudahan, demikian pesan ayat-ayat yang lalu. Kalau demikian, yang dituntut hanya kesungguhan bekerja dibarengi dengan harapan serta optimisme akan kehadiran bantuan Ilahi. Hal ini yang dipesankan oleh ayat 7-8 dengan menyatakan: Maka apabila engkau telah selesai yakni sedang berada di dalam keluangan setelah tadinya engkau sibuk maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh hingga engkau letih atau hingga tegak dan nyata suatu persoalan baru dan hanya kepada Tuhanmu saja tidak kepada siapa pun selain-Nya, hendaknya engkau berharap dan berkeinginan penuh guna memperoleh bantuan-Nya dalam menghadapi setiap kesulitan serta melakukan satu aktivitas. Berdasarkan pemaparan dalam Qur‘an Surah Al-Insyirah ayat 1-8, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia senantiasa selalu dihadapkan pada masalah dalam hidup, idealnya 23 manusia mengetahui bahwa kesulitan yang datang dari Allah swt. Adalah untuk menguji manusia. Berbagai jenis masalah yang dihadapi manusia, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan internal yang menyebabkan seseorang menjadi stres, khawatir dan depresi, serta gangguan kejiwaan lainnya. Ketika mengalami kesulitan, manusia sering mengeluh tanpa henti, jika seseorang mau berfikir, ia akan menemukan bahwa hanya dalam kondisi yang sulit ia bener-benar menjadi manusia. Jadilah manusia yang hidup, karena hanya manusia yang sudah mati yang tidak tahu beratnya hidup. Oleh karena itu, jangan takut dengan kesulitan, pencapaian hidup akan signifikan jika individu berhasil mengatasi tahapan kesulitan, jangan malas dalam menghadapi hidup ini karena kita tidak akan menemukan apa-apa. Kita, sebagai manusia biasa harus mampu menghadapi kesulitan seberat apapun dan meminta pertolongan kepada Allah swt. Hanya dengan ujian, hidup dapat membentuk sikap mental, kebesaran jiwa yang optimal, ujian akan menentukan keimanan dan kualitas hidup ini.

Tidak ada komentar: