Minggu, 06 November 2022

Respon Tubuh Terhadap Stres (skripsi, tesis, dan disertasi)

Cannon merupakan peneliti pertama yangmengembangkan konsep stres yangdikenal dengan “fight-or-flight response” pada tahun 1914 (Bartlett, 1998dalam Gaol, 2017: 2). Berdasarkan konsep yang diperkenalkan Cannon tersebut, “the fight-or-flight response”, stres diartikan sebagai respons tubuh terhadap sesuatu hal. Cannon menyatakan bahwa stres adalah sebagai ganguan homeostasis yang menyebabkan perubahan pada keseimbangan fisiologis yang dihasilkan dari adanya rangsangan terhadap fisik maupun psikologis.Namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahun dan bertambahnya penelitian di bidang stres, berbagai teori tentang stres pun bermunculan. Fight-or-flight response merupakan reaksi stres didalam tubuh yang mencakup meningkatnya detak jantung, pernafasan, tekanan darah, dan serum kolesterol. Filosofi dari “fight-or-flight response” ini adalah : saat berhadapan dengan suatu ancaman, tubuh mempersiapkan dirinya untuk ; apakah akan tetap berada ditempat dan menghadapi ancaman tersebut (fight), atau akan kabur atau lari menjauhi ancaman tersebut (flight) (Gaol, 2017: 2).Selye(1978 dalam Santrock, 2003: 559)mengemukakan konsep yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh disebut Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome/GAS). GAS sendiri terdiri dari tiga tahap : peringatandini, perlawanan, dan kelelahan.
 1.Tahap peringatan dini (alarm),Seseorang memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, dimana pertahanan stres ada dibawah normal. Seseorang tersebut menyadari keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot akan menjadi lemah, suhu tubuh dan tekanan darah menurun kemudian akan memunculkan countersback (pertahanan terhadap stres). Pada tahap alarm ini berlangsung singkat.Selye (1978 dalam Ekawarna, 2018 : 148) menambahkan tahap alarm ini merupakan awal dari reaksi tubuh terhadap adanya suatu stres. Umumnya, reaksi awal terjadi dalam bentuk suatu pesan biokimia, yang ditandai dengan adanya gejala seperti otot menegang, tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, dan lain-lain. Jika stres menjadi kronis maka selanjutnya muncul tahap kedua yaitu tahap perlawanan (resistance).2.Tahap perlawanan (resistance),Dimana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif dan semua upaya akandilakukan untuk melawan stres. Pada tahap ini, tubuh individu akan dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, suhu tubuh, detak jantung dan pernafasan akan meningkat.Tahap ini ditandai dengan munculnya gejala ketegangan, kegelisahan, kelesuan dan lain-lain yang menandakan seseorang sedang melakukan perlawanan terhadap stres.Jika upaya melawan stresberhasil maka akan kembali pada kondisi seimbang (homeostatis), tetapi jikagagal, seseorang tersebut akan memasuki tahap kelelahan (exhausted).
 3.Tahap kelelahan (exhausted),Seseorang yang memasuki tahap ini akan mengalamiberbagai macam penyakit dankerusakan tubuh yang semakin meningkat,seseorang akan dengan mudah terkena berbagai macam penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gula darah,seseorang tersebut mungkin akan jatuh pingsandan bahkan kengalami kematianpada tahap ini

Tidak ada komentar: