Kobassa dalam Shapperd dan Kashani (1991: 748) menjelaskan bahwa proses
pengukuran hardiness mendasarkan pada tiga aspek, diantaranya adalah aspek
commitment, control dan challenges. Aspek diatas yang dalam penelitia (Shapperd
21
dan Kashani, 1991: 748) digunakan sebagai acuan utama dalam mengukur
hardiness. Kombinasi hasil pengukuran dari ketiga aspek diatas yang kemudian
digunakan untuk dasar generalisasi kondisi hardiness individu.
Konsep pengukuran hardiness juga dikemukakan oleh Bortone, Roland,
Picano dan Williams (2008: 78-81) yang menyebutkan bahwa pengukuran
hardiness dapat dilakukan dengan melihat tiga aspek dari individu yaitu
commitment, control dan challenges. Ketiga aspek tersebut yang mendasari
Bortone dkk, (2008: 78-81) dalam menyusun skala pengukuran hardiness.
Hasil penelitian analisis faktor yang dilakukan oleh Funk dalam Kardum,
Knezevic dan Krapic (2012: 490) mendapati bahwa untuk melihat dan mengukur
sejauh mana hardiness pada individu, dapat dilihat melalui tiga factor dari
individu yaitu commitment, control dan challenges. Ketiga aspek tersebut yang
mendasari Kardum, Knezevic dan Krapic (2012: 490) dalam menyusun skala
pengukuran hardiness, hasil pengukuran ini yang digunakan Kardum, Knezevic
dan Krapic untuk menguji hipotesis dan dasar generalisasi kondisi hardiness
individu.
Hardiness menurut Kobassa dalam Shapperd dan Kashani (1991: 748) dapat
diukur dengan melihat tiga aspek commitment, control dan challenges dalam
konteks individu yang menghadapi tekanan atau keadaan yang menimbulkan
stres. Kobassa menjelaskan bahwa hardiness individu dapat nko diukur melalui
penampilan tiga aspek commitment, control dan challenges yang termanifestasi
dari perilaku individu saat menemui situasi yang menimbulkan stres. Konteks penelitian yang dialkukan oleh Kobassa pada kondisi individu dalam setting
menghadapi tekanan kehidupan sehari-hari. Konteks pengukuran Kobassa
menjadi dasar acuan terhadap pengukuran hardiness selanjutnya.
Konteks penelitian yang dilakukan oleh Bortone dkk (2008 78-81) adalah
pada dunia militer. Bortone dkk, memandang anggota militer memiliki tekanan
dan kemungkinan stres yang tinggi karena setiap saat dihadapkan pada ancaman
bahaya yang ditimbulkan oleh pihak musuh atau pemberontak. Konteks penelitian
dalam bidang militer secara stimulus stres memang berbeda dengan yang
dilakukan peneliti, akan tetapi peniliti memandang koridor berkaitan ketahanan
menghadapi stress
Tidak ada komentar:
Posting Komentar