Teori mengenai kesejahteraan psikologis pertama kali digagas oleh Ryff
(1989) yang berawal dari konsep kebahagiaan. Menurut Ryff (1989),
kesejahteraan psikologis adalah istilah untuk mendeskripsikan kesehatan
psikologis individu berdasarkan fungsi dari psikologi positif. Selanjutnya Ryff
(1989) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis terkait erat dengan
otonomi, penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, penguasaan
lingkungan, dan pertumbuhan pribadi. Peneliti menggunakan teori dari Ryff
karena teori ini telah menjabarkan kesejahteraan psikologis beserta aspek-aspek
yang ada dalam variabel penelitian ini.
Teori ini kemudian dijabarkan oleh Ryan dan Deci (2001) dengan
kebutuhan dasar psikologis hanya terkait tiga hal saja, yaitu kemandirian
(autonomy), kompetensi (competence), serta keterkaitan (relatedness). Ryan
dan Deci (2001) juga membuat klasifikasi kesejahteraan psikologis menjadi dua
pendekatan, yaitu pendekatan pertama berfokus pada kepuasan hidup serta
kebahagiaan (hedonic) dan kedua berfokus pada makna dan realisasi diri dan
mendefinisikan kesejahteraan dengan keberfungsian dalam hidup
(eudaimonic). Pandangan ini kemudian memunculkan perspektif yang tidak
19
jauh berbeda dengan teori sebelumnya yang dikemukakan oleh Ryff (1989)
yang menekankan bahwa kesejahteraan psikologis berasal dari kebahagiaan.
Keyes, Shmotkin dan Ryff (2002) menjelaskan bahwa kesejahteraan
psikologis tidak hanya berbicara tentang kepuasan hidup dan keseimbangan
perasan positif dan negatif namun juga menekankan pada potensi individu
dalam menghadapi tantangan. Sedangkan Wells (2010) juga berpendapat
bahwa kesejahteraan psikologis adalah sebuah keadaan seseorang yang sehat
secara psikologis sehingga berpengaruh secara positif terhadap kehidupannya
serta pikiran positif akan membuat orang menjadi bahagia. Kedua teori ini
memiliki kesamaan, yaiutu dimana kedua teori ini menekankan pada
kemampuan dan perasaan positif individu di dalam menyikapi berbagai
tantangan akan melahirkan sebuah kebahagiaan yang akan dirasakan oleh
individu tersebut.
Menurut Razulzada (2007) mendeskripsikan individu yang mempunyai
kesejahteraan psikologis akan memiliki kehangatan dan dapat dipercaya di
dalam hubungan interpersonalnya, merasa bahwa dirinya berkembang secara
individu, memiliki tujuan hidup yang jelas, merasa bahwa individu dapat
melakukan sesuatu dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri, dan sanggup melakukan suatu hal berdasarkan nilai-nilai internal yang
ada pada dirinya tanpa dipengaruhi oleh nilai-nilai dari orang lain. Teori ini
kemudian menjadi teori pendukung dari teori-teori sebelumnya yang
menyimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis adalah kemampuan individu di dalam mengatasi tantangan eksternal dengan nilai-nilai yang dimiliki yang akan
melahirkan sebuah kebahagiaan bagi individu tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar