Penggunanaan laporan keuangan berkepentingan atas
laporan laba rugi perusahaan karena laporan tersebut dapat
memberi gambaran mengenai kinerja perusahaan di masa lalu
maupun memprediksi arus kas masa depan (Wiryandari dan
Yulianti, 2009). Oleh sebab itu, pengguna laporan keuangan
harus dapat menilai kualitas laba suatu perusahaan (Purwanti,
2010). Suatu laba dianggap berkualitas tinggi ketika laba
tersebut dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable
earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual
dan kas dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan
yang sesungguhnya (Penman, 2001 dalam Wijayanti, 2006). Untuk menentukan prediksi laba tersebut, para pengguna
laporan keuangan perlu melakukan penilaian atas persistensi
laba (Fanani, 2010).
Persistensi laba merupakan laba yang mempunyai
kemampuan sebagai indikator laba periode mendatang yang
dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang dalam jangka
panjang (Sunarto, 2008 dalam Sulastri, 2014). Menurut Fanani
(2010) Persistensi laba adalah kondisi bahwa laba periode
sekarang adalah refleksi dari periode masa depan ataupun
periode sekarang. Persistensi laba merupakan revisi laba yang
diharapkan di masa depan yang tercermin dari laba tahun
berjalan (Meythi, 2006). Menurut Scot (2009) dalam Asma
(2013) persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di
masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasikan
oleh laba tahun berjalan (current earning) yang dihubungkan
dengan perubahan harga saham. Semakin permanen laba dari
waktu ke waktu semakin tinggi earnings response
coefficientnya. Hal ini mengindikasikan laba yang diperoleh
perusahaan tersebut meningkat terus menerus. Sedangkan
menurut Menurut Wijayanti (2006), laba yang persisten adalah
laba yang memiliki sedikit atau tidak mengalami gangguan
(noise) dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan
yang sebenarnya.
Persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan
kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari
karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas
dan Blanchet, 2002 dalam Persada dan Martani, 2010).
Persistensi diukur dengan menggunakan koefisien dari regresi
antara laba akuntansi periode sekarang dengan periode yang
akan datang (Wijayanti, 2006).
Berdasarkan pengertian persistensi laba dari beberapa
peneliti terdahulu dapat disimpulkan bahwa persistensi laba
merupakan properti laba yang menjelaskan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba saat ini dan laba
masa mendatang yang dihasilkan oleh perusahaan secara
berulang-ulang dalam jangka panjang. Semakin persisten laba
maka semakin tinggi harapan peningkatan laba di masa
mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar