Jumat, 29 Oktober 2021

Pecking Order Theory (skripsi dan tesis)


Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan akan menerbitkan
sekuritas berdasarkan urutan dari yang paling menguntungkan. Pecking Order
Theory juga memberikan gambaran bahwa perusahaan akan lebih memilih untuk
menggunakan pendanaan internalnya terlebih dahulu dibandingkan menggunakan
pendanaan eksternal, sehingga perusahaan yang menggunakan pendanaan internal
memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang menggunakan pendanaan eksternal (Myers dan Majluf, 1984 dalam Sugiarto
2009; 123). Pemilihan pendanaan eksternal dilakukan berdasarkan tingkat risiko
yang paling rendah terlebih dahulu yang akan dipilih. Pendanaan eksternal yang
akan dipilih terlebih dahulu adalah laba ditahan (retained earnings), hutang
(debt), kemudian risky debt, convertible securities, preffered stock, dan yang
terakhir common stock.
Pecking Order Theory didasari oleh asumsi manajer perusahaan memiliki
pengetahuan yang lengkap mengenai kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya, asumsi kedua adalah manajer akan bertindak sesuai dengan
tindakan yang sebaik-baik mungkin untuk kepentingan investornya. Pecking
Order Theory memiliki dua bentuk, yaitu (1) strong form dan (2) semi strong atau 
weak form. Strong form, mengatakan bahwa perusahaan tidak akan menggunakan
ekuitas pada struktur pendanaan jangka panjangnya,perusahaan akan
menggunakan pendanaan internalnya dan atau menggunakan hutang untuk
membiayai proyek yang akan dijalankan. Lain halnya dengansemi-strong, yang
mensyaratkan bahwa perusahaan boleh menggunakan ekuitas (saham) pada
struktur pendanaan jangka panjangnya. Penggunaan ekuitas (saham) pada struktur
pendanaan jangka panjang dilakukan pada dua kondisi, yaitu: (1) pada saat
perusahaan membutuhkan pendanaan untuk masa depan yang belum bisa
diramalkan; (2) pada saat tidak ada lagi asymmetricinformation untuk beberapa
alasan yang muncul dan membiarkan perusahaan untuk mengambil keuntungan
dari ini dan menerbitkan saham baru pada fairprice adalah mungkin; dan (3) saat
perusahaan yang kapasitas hutangnya berkurang berarti tidak mungkin meminjam
lagi sehingga pilihan lainnya adalah mengeluarkan saham untuk membiayai
proyeknya (karena debtcapacity merupakan batasan utama dalam
berhutang).Kelemahan dari Pecking Order Theory adalah tidak mampu
menjelaskan bagaimana pajak, bankruptcy cost, biaya penerbitan saham bisa
mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menentukan besarnya
hutang(leverage) yang akan digunakan oleh perusahaan. Selain itu Pecking
OrderTheory juga mengesampingkan agency problem yang mungkin timbul
ketika perusahaan akan menggunakan besarnya hutang (leverage) dalam struktur
modal perusahaan

Tidak ada komentar: