Kamis, 07 Oktober 2021

Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Intensi Turnover (skripsi dan tesis)


Pada teori ini terdapat aspek-aspek kepuasan kerja, yaitu kepuasan
terhadap upah, promosi, supervisi, tunjangan, pengakuan, kebijakan, rekan
kerja, pekerjaan itu sendiri, dan komunikasi. Kepuasan terhadap upah
yakni merupakan aspek penting dalam kebutuhan pekerja untuk memenuhi
kebutuhannya. Manusia memiliki target dalam hidupnya begitupun dengan
dunia pekerjaan, tentu sangatlah penting dalam bekerja berharap untuk
mendapatkan imbalan agar dapat terpenuhinya kebutuhan atau target
tersebut, tidak hanya itu seperti halnya untuk memiliki sesuatu, keinginan
akan kepuasan dan keinginan akan pengakuan. Hal ini dikuatkan oleh
penyataan Gomez (1995) yang mana tingkat turnover yang terjadi pada
karyawan pusat kesehatan dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan,
sehingga merasa tidak puas.
Kepuasan terhadap rekan kerja merupakan indikator yang
melibatkan orang-orang untuk mendukung dalam keberlangsungan
bekerja. Oleh karena itu, terciptanya kepuasan kerja yang meningkat
disebabkan karena adanya rekan dalam satu kerjaannya yang berprilaku
ramah, saling menghormati, dan menghargai sehingga seseorang itu
merasa puas terhadap rekan kerja. Kepuasan akan aspek-aspek tersebut
membuat seseorang merasakan kepuasan dalam bekerja. Maka semakin
merasakan kepuasan dalam bekerja pada individu, maka semakin baik pula
perilaku yang ditunjukkan individu terhadap pekerjaanya.
Merupakan menjadi suatu titik fokus bahwa puas atau tidaknya
seorang individu terhadap pekerjaannya yaitu merupakan hal yang penting
dalam sebuah pekerjaan. Hal ini dikarenakan kepuasan kerja akan
mempengaruhi cara individu dalam bersikap terhadap pekerjaan maupun
perusahaannya. Kepuasan kerja merupakan hasil dari sekumpulan
tingkatan rasa suka atau tidak sukanya pekerja terhadap berbagai aspek
dari kerjaan itu sendiri. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah sikap positif
karyawan terhadap pekerjaannya yang timbul karena sesuai dengan
harapannya (Sari, dkk. 2015).
Robbins mengartikan kepuasan kerja yaitu sebagai sikap umum
individu terhadap pekerjaannya. Sikap kepuasan kerja yang tinggi tentu
memiliki dampak positif pada pekerjaannya, namun sebaliknya ketika
pekerja merasakan ketidakpuasan maka pekerja itu akan menimbulkan
sikap negatif terhadap pekerjaannya. Dari pengertian tersebut, penulis
dapat menarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja dapat berimbas pada
hasil akhir yaitu positif atau negatif dalam pekerjaannya. Menurut Mawei
(2016) dapat dilihat dari berbagai efek positif yang ditimbulkan dari
kepuasan kerja adalah para pekerja lebih semangat dan sering masuk kerja,
namun sebaliknya jika ketidakpuasan pada pekerja seringkali berujung
pada keinginan untuk keluar dari perusahaan (intention to quit). Hal ini ses
uai dengan pendapat Robbins mengatakan bahwa “a happy worker is a
productive worker”. Pada pernyataan tersebut bahwa para pekerja akan
lebih produktif saat meraka merasa senang dengan pekerjaanya.
Seperti apa yang dikatakan di atas tadi bahwa ketika seseorang itu
merasa tidak puas dengan pekerjaannya, maka dia akan cenderung
melakukan hal-hal yang akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
Robbins (Munandar, 2006) mengatakan bahwa ketidakpuasan pada tenaga
kerja dapat diungkapkan ke dalam berbagai macam cara, misalnya selain
meninggalkan pekerjaannya, karyawan dapat mengeluh, membangkang,
menghindari sebagaian dari tanggungjawabnya, dan lain sebagainya.
Alkahtani (2015) juga mengatakan tentang faktor-faktor terkait pengaruh
intensi turnover karyawan, yaitu ditemukan adanya bebrapa penyebab
yang sangat berhubungan dengan intensi turnover karyawan yakni
kepuasan kerja, serta adapun faktor yang berkaitan dengan kepuasan
terhadap intensi turnover seperti persepsi, dukungan organisasi, dukungan
supervisor, iklim organisasi, tunjangan, kesempatan karyawan, komitmen
organisasi, dan keadilan organisasi. Hal ini dapat menjadi suatu penyebab
kepuasan kerja yang tidak dirasakan oleh karyawan apabila dari faktorfaktor tersebut merasa tidak diperhatikan. Penyataan di atas dikuatkan oleh
Mobley dkk., (Munandar, 2001) menjelaskan bahwa intensi
turnover adalah suatu model yang menunjukan bahwa setelah dari hasil
akhir karyawan menjadi tidak puas dikarenakan adanya suatu hal,
misalnya seperti berpikir untuk keluar/ meninggalkan pekerjaan. Hal ini
terjadi karena sebelum pengambilan keputusan terkait meninggalkan
pekerjaan itu sendiri. Adapun tindakan yang dihasilkan oleh karyawan itu
sendiri bahwa tingkat dari kepuasan kerja dapat berujung pada pemikiranpemikiran untuk menginggalkannya pekerjaan.
Menurut Mahdi dkk., (2012) intensi turnover yang terjadi adalah
merupakan keinginan dari karyawan itu sendiri untuk berhenti dari
pekerjaannya. Oleh karena itu, sumber daya manusia tentu menjadi
sasaran utama dalam sebuah organisasi. Sangatlah penting untuk
diperhatikan apabila organisasi tidak dapat menjaga dengan baik para
pekerjanya atau yang biasa dikatakan sebagai karyawan. Karyawan yang
dimaksudkan adalah seseorang yang bekerja pada suatu lembaga atau
seseorang tergabung di organisasi dengan mendapatkan gaji (upah).
Kepuasan kerja pada dasarnya adalah sikap positif karyawan
terhadap pekerjaannya yang timbul karena sesuai dengan harapannya
(Sari, dkk. 2015). Tidak hanya sikap positif yang akan menimbulkan
kesesuaian, persepsi juga dapat mempengaruhi pekerjaannya dan
menimbulkan perasaan menyenangkan sehingga karyawan dapat
mengaktualisasi dirinya. Menurut Luthans (2011) terdapat lima dimensi
atau faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu perkerjaan itu
sendiri, gaji, kesempatan untuk maju, pengawasan, dan hubungan dengan
rekan kerja yang baik. Oleh karena itu, jika faktor-faktor tersebut dapat
terpenuhi, maka karyawan akan merasa puas di tempat kerjanya.
Karyawan akan merasa nyaman ketika situasi pada tempat kerjanya
merasa nyaman, senang dan puas. Kepuasan kerja yang tinggi akan
membuat karyawannya lebih berpartisipasi dalam setiap aktifitas ataupun
kegiatan untuk tercapainya tujuan organisasi. Dalam kondisi ini tentu
perusahan perlu memperhatikan karyawannya, apabila perusahaan tidak
dapat memperhatikan karyawan seperti membuat rasa nyaman di tempat
kerja, maka karyawan akan cenderung berhenti (meninggalkan pekerjaan)
dan mencari pekerjaan lain. Hal ini yang dapat mengakibatkan turnover
pada perusahaan. Maka untuk tidak terjadinya tingkat turnover pada
karyawan, perusahaan perlu melakukan cara, yang mana lebih
memperhatikan terhadap kepuasan kerja karyawannya.
Oleh karena itu, karyawan yang puas pada pekerjaannya akan
terlihat berbicara positif mengenai organisasinya, membantu karyawan
lainnya, serta melebihi dari ekspektasi normal dalam bekerja. Sehingga,
karyawan yang merasa puas dalam pekerjaannya tentu akan menunjukan
sikap yang baik di tempat kerjanya. Berdasarkan pembahasan diatas
bahwa dapat menunjukan kepuasan kerja saling berkaitan dengan intention
turnover.

Tidak ada komentar: