Mobley (1978) menyatakan indikator pengukuran turnover intention terdiri
atas:
a. Adanya pikiran untuk keluar dari organisasi (thinking of quitting).
Mencerminkan individu untuk berpikir keluar dari pekerjaan atau tetap
berada di lingkungan pekerjaan. Diawali dengan ketidakpuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan, kemudian karyawan mulai berfikir untuk keluar dari
tempat bekerjanya saat ini.
b. Intensi mencari pekerjaan di tempat lain (intention to search for alternatives).
Mencerminkan individu berkeinginan untuk mencari pekerjaan pada
organisasi lain. Jika karyawan sudah mulai sering berpikir untuk keluar dari
pekerjaannya, karyawan akan mencoba mencari pekerjaan di luar perusahaannya
yang dirasa lebih baik.
c. Intensi untuk keluar meninggalkan perusahaan (intention to quit).
Mencerminkan individu yang berniat untuk keluar. Karyawan berniat keluar
apabila telah mendapat pekerjaan yang lebih baik dan nantinya akan diakhiri
dengan keputusan karyawan tersebut untuk tetap tinggal atau keluar dari
pekerjaannya.
Indikasi terjadinya turnover intention menurut Harnoto (dalam Alfiyah,
2013) adalah:
a. Absensi yang meningkat
Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya
ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab
pegawai dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Mulai malas bekerja
Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih
malas bekerja karena orientasi pegawai ini adalah bekerja di tempat lainnya
yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan pegawai
bersangkutan
c. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan
sering dilakukan pegawai yang akan melakukan turnover. Pegawai lebih sering
meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun
berbagai bentuk pelanggaran lainnya
d. Peningkatan protes terhadap atasan
Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering
melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan.
Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau
aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan pegawai.
e. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk pegawai yang karakteristik positif. Pegawai
ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan,
dan jika perilaku positif pegawai ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya
justru menunjukkan pegawai ini akan melakukan turnover.
Lichtenstein (dalam Mufidah, 2016) menyebutkan tiga aspek turnover
intention yaitu:
a) Adanya kesempatan untuk meninggalkan organisasi.
b) Ada keinginan untuk meninggalkan pekerjaan yang sekarang.
c) Berencana untuk mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa indikasi terjadinya
turnover intention adalah adanya pikiran untuk keluar dari perusahaan, adanya
keinginan untuk mencari pekerjaan ditempat lain, adanya keinginan untuk keluar
dari perusahaan, absensi yang meningkat, mulai malas kerja, naiknya keberanian
untuk melanggar tata tertib kerja, keberanian untuk menentang atau protes kepada
atasan, maupun perilaku positif yang berbeda dari biasanya, ada kesempatan untuk
meninggalkan organisasi, ada keinginan untuk meninggalkan pekerjaan sekarang
dan berencana untuk mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat.
Dari aspek-aspek di atas peneliti memilih aspek yang dikemukakan oleh
Mobley (1978) yaitu adanya pikiran untuk keluar dari perusahaan, adanya
keinginan untuk mencari pekerjaan ditempat lain dan adanya keinginan untuk
keluar dari perusahaan karena lebih jelas dalam menerangkan indikasi turnover
intention dan dapat sesuai dengan kondisi lapangan tempat melakukan peneltian.
Selain itu digunakan pada beberapa penelitian salah satunya “Pengaruh Kepuasan
Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Turnover Intention Pramuniaga di PT
Circleka Indonesia Utama Cabang Yogyakarta” oleh Retno Khikmawati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar