Minggu, 26 September 2021

Aspek-Aspek Penyesuaian Diri (skripsi dan tesis)


Dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, terdapat
beberapa aspek didalamnya. Menurut Schneiders (dalam Agustiani, 2006)
aspek-aspek penyesuaian diri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ketiadaan emosi yang berlebihan
Penyesuaian yang normal dapat diidentifikasi dengan tidak
ditemukannya emosi yang berlebihan. Individu yang merespon masalah
dengan ketenangan dan kontrol emosi memungkinkan individu untuk
memecahkan kesulitan secara inteligen. Adanya kontrol emosi membuat
individu mampu berpikir jernih terhadap masalah yang dihadapinya dan
memecahan masalah dengan cara yang sesuai. Ketiadaan emosi tidak
berarti mengindikasikan abnormalitas tapi merupakan kontrol dari emosi.
b. Ketiadaan mekanisme psikologis
Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan tidak ditemukannya
mekanisme psikologis. Ketika usaha yang dilakukan gagal, individu
mengakui kegagalannya dan berusaha mendapatkannya lagi merupakan
penyesuaian diri yang baik dibandingkan melakukan mekanisme seperti
rasionalisasi, proyeksi, kompensasi. Individu dengan penyesuaian diri yang
buruk berusaha melakukan rasionalisasi dengan menimpakan kesalahan
pada orang lain.
c. Ketiadaan perasaan frustrasi pribadi
Penyesuaian yang baik terbebas dari perasaan frustrasi pribadi.
Perasaan frustrasi membuat sulit bereaksi normal terhadap masalah.
Misalnya, seorang siswa yang merasa frustrasi dengan hasil akademiknya
yang terus merosot menjadi sulit untuk mengorganisasikan pikiran, perasaan, tingkah laku efisien pada situasi dimana ia merasa frustrasi. Individu
yang merasa frustrasi akan mengganti reaksi normal dengan mekanisme
psikologis atau reaksi lain yang sulit dalam menyesuaikan diri seperti
sering marah tanpa sebab ketika bergaul dengan orang lain.
d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)
Karakteristik menonjol dari penyesuaian normal adalah
pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. Karakteristik ini
dipakai dalam tingkahlaku sehari-hari untuk mengatasi masalah ekonomi,
hubungan sosial, kesulitan perkawinan. Kemampuan individu meng-hadapi
masalah, konflik, frustrasi meng-gunakan kemampuan berpikir secara
rasional dan mampu mengarahkan diri dalam tingkah laku yang sesuai
mengakibatkan penyesuaian normal.
e. Kemampuan untuk belajar
Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan belajar terusmenerus dalam memecahkan masalah yang penuh dengan konflik, frustrasi
atau stress. Misalnya orang yang belajar menghindari sikap egois agar
terjadi keharmonisan dalam keluarga.
f. Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu
Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu merupakan usaha
individu untuk belajar dalam menghadapi masalah. Penyesuaian normal
membutuhkan peng-gunaan pengalaman masa lalu. Penga-laman masa
lampau yang menguntungkan seperti belajar berkebun diperlukan agar
individu dapat menggunakannya untuk pengalaman sekarang ketika
menghadapi kesulitan keuangan dengan membuka usaha menjual tanaman.
g. Sikap realistik dan objektif
Penyesuaian yang normal berkaitan dengan sikap yang realistik dan
objektif. Sikap realistik dan objektif berkenaan dengan orientasi individu
terhadap kenyataaan, mampu menerima kenyataan yang dialami tanpa
konflik dan melihatnya secara objektif. Sikap realistik dan objektif
berdasarkan pada belajar, pengalaman masa lalu, pertimbangan rasional,
dapat menghargai situasi dan masalah. Sikap realistik dan objektif
digunakan untuk menghadapi peristiwa penting seperti orang yang
kehilangan pekerjaan tetap memiliki motivasi sehingga dapat menerima
situasi dan berhubungan secara baik dengan orang lain.
Albert dan Emmons (Kumalasari & Ahyani, 2012) juga
mengungkapkan beberapa aspek dalam penyesuaian diri, yakni sebagai
berikut:
a. Self knowledge dan self insight
Self knowledge dan self insight yaitu kemampuan mengenal
kelebihan dan kekurangan diri. kemampuan ini harus ditunjukkan dengan
emosional insight, yaitu kesadaran diri akan kelemahan yang didukung
oleh sikap yang sehat terhadap kelemahan tersebut.
b. Self objectivity dan self acceptance
Self objectivity dan self acceptance yaitu apabila individu telah
mengenal dirinya, ia bersikap realistik yang kemudian mengarah pada
penerimaan diri.
c. Self development dan self control
Self development dan self control yaitu kendali diri yang berarti
mengarahkan diri, regulasi pada impuls-impuls, pemikiran-pemikiran,
kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai. Kendali diri bisa
mengembangkan kepribadian kearah kematangan, sehingga kegagalan
dapat diatasi dengan matang.
d. Satisfaction
Satisfaction adanya rasa puas terhadap segala sesuatu yang telah
dilakukan, menganggap segala sesuatu yang telah dilakukan, menganggp
suatu pengalaman dan bila keinginannya terpenuhi maka ia akan
merasakan suatu kepuasan dalam dirinya.
Berdasarkan gambaran aspek-aspek penyesuaian diri di atas, penelitian
ini menggunakan aspek penyesuaian diri Schneiders yang terdiri dari
ketiadaan emosi yang berlebihan, ketiadaan mekanisme psikologis, ketiadaan
perasaan frustrasi pribadi, pertimbangan rasional dan kemampuan
mengarahkan diri, kemampuan untuk belajar, kemampuan menggunakan masa
lalu, dan sikap realistik dan objektif.
Peneliti memilih aspek-aspek penyesuaian diri yang dikemukakan oleh
Schneiders karena konsepnya lebih komprehensif dibandingkan dengan aspekaspek yang dikemukakan oleh Albert dan Emmons. Aspek-aspek penyesuaian
diri dari Schneiders lebih terperinci untuk menjelaskan permasalahan dalam
penelitian. Sedangkan aspek penyesuain diri Albert dan Emmons lebih terlihat
general.

Tidak ada komentar: