Kamis, 01 Juli 2021

Perilaku Keuangan (skripsi dan tesis)

Keuangan keperilakuan merupakan suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana manusia menyingkapi dan bereaksi atas informasi yang ada
kemudian digunakan untuk mengambil keputusan yang dapat
mengoptimalkan tingkat pengembalian keputusan investasi dengan
memperhatikan risiko yang melekat di dalamnya (unsur sikap dan
tindakan manusia merupakan faktor penentu dalam berinvestasi). Untuk
memahami isu-isu yang berkaitan dengan perilaku keuangan setiap
individu, maka seseorang harus mengelola keuangan pribadinya dalam
satu cara atau berbeda cara (Aminatuzzahra, 2014;71). Perilaku keuangan
merupakan perilaku yang ditunjukkan terhadap uang (bagaimana uang itu
digunakan, ditabung, atau diinvestasikan) dan uang memainkan peranan
dalam kehidupan seseorang (Mendari, 2015; 244).
Perilaku keuangan sangat berperan dalam pengambilan keputusan
investasi. Pengambilan keputusan investasi akan sangat dipengaruhi oleh
informasi yang diperoleh serta pengetahuan investor tentang investasi.
Sedangkan tiap-tiap investor memiliki tingkat kemampuan dan
pengetahuan yang berbeda. Pengambilan keputusan investasi dipengaruhi
oleh sejauh mana keputusan investasi dapat memaksimalkan kekayaan dan
behavioral motivation, keputusan investasi berdasarkan aspek psikologis
investor (Lubis dan Zulam, 2016; 120)
Menurut Lubis (2016; 123), bias kognitif adalah sebuah proses
berfikir yang tidak didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional
dan tidak dilengkapi oleh alasan-alasan yang kuat. Bias kognitif dapat
disebabkan oleh banyak variabel perilaku yang menjadi penentu. Variabelvariabel
perilaku keuangan berperan dalam menimbulkan bias kognitif
dikelompok menjadi 3 yaitu:
a. Perilaku penyederhanaan proses pembuatan keputusan (Heuristic)
Heuristic adalah suatu proses pengambilan keputusan yang
menggunakan informasi terbatas, lebih banyak mengandalkan
pengalaman ditambah intuisi secukupnya. Menurut teori keuangan
knvensional seharusnya semua keputusan didasarkan pada
pertimbangan yang matang atas berbagai informasi, baik yang saat itu
sudah tersedia maupun tersembunyi. Dalam membuat keputusan,
seharusnya disertai dengan pertimbangan dan asumsi logis dan
pendekatan yang kuantitatif menggunakan rumus-rumus yang tersedia
serta memerlukan data yang lengkap untuk dianalisis dan dijadikan
dasar keputsan yang dibuat. Namun dalam kenyataannya, orang sering
menggunakan data, upaya, maupun analisis terbatas agar dapat
menghasilkan keputusan secepatnya. Perilaku penyederhanaan
Heuristic dilengkapi dengan kecenderungan menggunakan informasi
yang tersedia saja. Ada keengganan, terutama karena keterbatasan
waktu untuk mencari data atau informasi tambahan demi memperkuat
analisis. Seringkali data yang tersedia dipandang mencukupi dan dapat
dipakai seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
b. Bias reaksi terhadap informasi
Informasi adalah suatu objek yang dikirimkan oleh satu pihak dan
diterima oleh pihak lain. Kualitas informasi akan menjadi penentu
reaksi yang diberikan oleh penerimanya. Bisa saja penerima tidak
memebrikan reaksi apapun terhadap sebuah informasi kalau kualitas
informasi itu dinilainya rendah. Semakin baik infrastruktur
komunikasi dan teknologi informasi, bukan tidak mungkin menambah
kemudahan orang untuk memberikan reaksi yang berlebihan terhadap
informasi yang sebenarnya tidak terlalu relevan baginya. Perilaku
anchoring and adjustment adalah salah satu cara untuk melakukan
penilaian dalam ketidakpastian dengan berpegang erat pada informasi
tertentu yang dimiliki dan melakukan penyesuaian. Akibatnya perilaku
ini juga berpotensi menimbulkan bias atau kesalahan karena ada
kecenderungan untuk percaya berlebihan terhadap informasi jangkar
dan tidak peduli terhadap informasi lain.
c. Bias pemahaman informasi dan penyesuaian diri
Dalam kondisi tertentu kadang-kadang seseorang mengidap optimisme
dan rasa percaya diri yang berlebihan sehingga keputusan yang
dibuatnya cenderung berlebihan pula dari yang seharusnya. Ketika
mendengar suatu informasi maka akan merasa sangat optimis dan
sangat yakin bahwa dapat memanfaatkan informasi itu untuk
memperoleh keuntungan serta mampu untuk membuat keputusan
terbaik meskipun sebenarnya memerlukan pertimbangan yang lebih
banyak lagi. Dalam konsep mental accounting diasumsikan bahwa
manusia membagi uangnya ke dalam kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan tujuan pemanfaatan uang tersebut. Misalnya untuk
cadangan pension, membiayai kuliah anak di perguruan tinggi dan
untuk menikmati kemewahan tertentu di hari tua.
Aminatuzzahra (2014;75) mengungkapkan bahwa penggunaan
konsep manusia ekonomi (homo economicus) rasional terdapat dua alasan
utama:
a. Homo economicus membuat analisis ekonomi yang relatif sederhana.
Dan kebanyakan orang mungkin mempertanyakan bagaimana model
yang sederhana dapat berguna sederhana.
b. Homo economicus memungkinkan ekonom untuk mengukur temuan
mereka, membuat pekerjaan mereka lebih elegan dan lebih mudah
untuk dicerna. Jika manusia yang sangat rasional memiliki informasi
yang sempurna dan keuntungan pribadi yang sempurna, maka perilaku
mereka dapat diukur.
Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi financial behavior
seseorang menurut Suryanto (2017; 14) yaitu psikologi, sosiologi, dan
keuangan. Suryanto (2017; 15) juga mengungkapkan bahwa setiap
individu memiliki karakteristik dan kecenderungan perilaku keuangan
yang berbeda-beda sebagai akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
individu tersebut baik dari internal maupun eksternal individu tersebut.
Pengaruh psikologis seperti sifat dan karakter merupakan faktor terkuat
yang mempengaruhi perilaku keuangan seseorang. Selain itu terdapat
banyak sekali faktor eksternal yang mungkin saja mempengaruhi perilaku
keuangan seseorang antara lain pengetahuan keuangan (financial
knowledge), sikap keuangan (financial attitude), tingkat pedapatan, dan
lain sebagainya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
keuangan individu menurut Herdjiono dan Damanik (2016;238) adalah
lingkungan, pergaulan dan cara bersosialiasi, kontrol dari orang tua, faktor
kebiasaan, locus of control, perilaku impulsif,kepuasan hidup, stress,
materialism.
Menurut Prawirasasra dan Dialysa (2016; 31) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa teori perilaku keuangan yang mendasari keputusan
investor dalam melakukan investasi di masa pensiun adalah:
a. Lack of Firm Preferences
b. Framing Effects
c. Inertia and Procrastination
d. The Conundrum of Employer Stock
e. Reliance on Past Performance
f. Prospect Theory
g. Overconfidence
h. Loss Aversion and The Disposition Effect
i. Narrow Framing
Ada dua psikolog bernama Daniel Kahneman dan Amos Tversky,
mereka memperkenalkan konsep dari teori prospek (Prospect Theory)
untuk menganalisis pengambilan keputusan yang jauh dari risiko. Teori ini
dianggap melatarbelakangi perilaku keuangan. Teori tersebut menyoroti
bagaimana individu mengevaluasi untung atau rugi. Teori ini memiliki
tiga kunci yaitu (1) Orang-orang sering menunjukkan penolakan mereka
pada resiko dan menunjukan kemauannya mengambil risiko berdasarkan
pada prospeknya. Ini terjadi karena orang-orang tidak menginginkan
sesuatu yang hasilnya belum pasti dibandingkan sesuatu yang pasti. Ini
kemudian menghasilkan dua kubu, mereka yang enggan mengambil risiko
dengan hasil yang pasti dan mereka yang mau ambil resiko meski tingkat
kegagalannya besar. Ini juga bisa disebut sebagai efek kepastian, (2)
Orang lebih suka menetapkan nilai keuntungan atau kerugian
dibandingkan nilai asset akhir. Hal ini terjadi karena adanya proses editing
dan evaluasi. Ketika proses editing, prospeknya diurutkan berdasarkan
urutan aturan heuristik. Di proses evaluasi, poin referensinya dipakai
untuk melihat nilai basis relatif untuk menentukan untung/rugi. Referensi
poin ini juga termasuk dalam status quo, (3) Beban yang didapat dari
ketika mendapat kerugian lebih besar dibandingkan kepuasan ketika
mendapatkan keuntunan. Ini terjadi karena orang lebih sensitif pada
kerugian/kehilangan dibanding keberhasilan. Hal ini disebut dengan
penghindaran kerugian (Prosad, Kapoor, dan Sengupta, 2016; 7).

Tidak ada komentar: