Kamis, 01 Juli 2021

Nilai Perusahaan (skripsi dan tesis)

Nilai perusahaan seringkali dikaitkan dengan nilai saham perusahaan. Sebuah perusahaan dapat dikatakan baik jika memiliki nilai yang baik juga termasuk kinerja perusahaan tersebut. Ketika nilai saham perusahaan tinggi, maka dapat disinyalir perusahaan tersebut memiliki nilai baik. Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Nilai perusahaan juga dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi para investor terhadap emiten yang bersangkutan. Jika nilai saham perusahaan tinggi maka persepsi para investor akan perusahaan itu akan tinggi pula, dan tidak ragu untuk menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut dengan pertimbanganpertimbangannya. Tetapi jika nilai saham perusahaan rendah maka persepsi para invesor akan negatif dan kemungkinan untuk menarik investasinya akan sangat mungkin untuk terjadi. Nilai saham yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki keuntungan yang tinggi dan kinerja yang baik. Menurut Harmono (2009 : 233) nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Menurut Harmono (2009 : 50) nilai perusahaan dapat diukur 19 melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga saham di pasar merupakan titik bertemunya kesepakatan antara permintaan dan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara emiten dan para investor. Menurut Van Horne (2007 : 243-245) pihak manajemen dapat dianggap sebagai agen dari para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham. Para pemegang saham akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen. Agar pihak manajemen dapat membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham, mereka tidak hanya mendapat insentif yang tepat, tetapi mereka akan diawasi juga. Pengawasan dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti pengikatan agen, audit laporan keuangan, dan secara eksplisit membatasi keputusan pihak manajemen. Para kreditor mengawasi perilaku pihak manajemen dan pemegang saham dengan membebankan perjanjian jaminan dalam kesepakatan pinjaman antara pihak peminjam dan pemberi pinjaman. Teori ini dikembangkan oleh Jensen dan Meckling yang menunjukkan bahwa siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham. Contohnya, para pemilik hutang, untuk mengantisipasi biaya pengawasan, akan membebankan biaya bunga yang lebih tinggi. Semakin besar kemungkinan biaya pengawasan maka semakin tinggi biaya bunga dan semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang sahamnya, jika yang lain dianggap tetap. Keberadaan biaya pengawasan akan berlaku sebagai 20 penerbitan hutang, terutama jika diatas jumlah yang moderat. Jumlah pengawasan yang disyaratkan oleh pemilik hutang akan naik sejalan dengan jumlah hutang yang belum dilunasi. Jika hanya sedikit hutang maka pemberi hutang dapat melakukan pengawasan terbatas, namun jika banyak hutang maka mereka dapat mendesak pengawasan yang ekstensif. Biaya pengawasan akan meningkat sejalan dengan leverage keuangan. Berikut ini beberapa penjelasan tentang indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah :
 1. Price Earning Ratio (PER) Menurut Putri Prihatin Ningsih, PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah : a. Tingkat pertumbuhan laba b. Dividen Payout Ratio (DPR) c. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal
2. Price Book Value (PBV) Menurut Mohamad Samsul (2006 : 171) PBV yaitu suatu metode estimasi harga saham yang menggunakan variabel nilai buku per saham dan suatu rasio.
 

Tidak ada komentar: