Senin, 31 Mei 2021

Self Determinant Theory (SDT) (skripsi dan tesis)

Dalam Self Determinant Theory/SDT yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan pada tahun 1985, jenis motivasi dibedakan berdasarkan berbagai alasan atau tujuan yang menimbulkan suatu tindakan dari seseorang (Ryan & Deci, 2000:55). Pusat dari Self Determinant Theory/SDT adalah perbedaan antara motivasi otonom dan motivasi yang dikendalikan. Otonomi melibatkan suatu tindakan dengan rasa kemauan dan memiliki pengalaman untuk menentukan pilihan. Otonomi berarti mendukung tindakan seseorang pada tingkat tertinggi dari . Motivasi intrinsik adalah contoh motivasi otonom. Ketika seseorang terlibat dalam sebuah kegiatan karena mereka menemukan hal-hal menarik, dan mereka melakukan aktivitas sepenuhnya atas keinginan sendiri misalnya, seseorang bekerja karena pekerjaan yang ia lakukan menyenangkan. Sebaliknya, motivasi yang dikendalikan melibatkan suatu tindakan dengan rasa tekanan, dan perasaan harus terlibat dalam suatu tindakan. Penggunaan imbalan ekstrinsik dalam percobaan awal ditemukan untuk mendorong motivasi yang dikendalikan (Deci, 2005:333-334). SDT menjelaskan bahwa motivasi otonom dan motivasi yang dikendalikan merupakan hal yang berbeda. Baik dari segi proses regulasi yang mendasari dua hal tersebut dan pengalaman yang menyertai kedua hal tersebut. SDT selanjutnya menunjukkan bahwa perilaku dapat dicirikan dalam hal sejauh mana perilaku disebut otonom atau dikendalikan. Motivasi otonom dan motivasi yang dikendalikan merupakan hal yang disengaja, dan keduanya berdiri dalam konteks yang berbeda untuk memotivasi, yang melibatkan kurangnya niat dan motivasi (Deci, 2005: 334).  
Sebuah sub teori dalam SDT disebut sebagai Organismic Integration Theory (OIT) atau Teori Integrasi Organisme. OIT diperkenalkan secara rinci dalam berbagai bentuk motivasi ekstrinsik, dan faktor kontekstual yang mempromosikan atau menghalangi internalisasi dan integrasi peraturan untuk perilaku ini. 1. Amotivasi Amotivasi merupakan keadaan seorang individu yang kurang niat dalam bertindak. Ketika kurang termotivasi atau amotivasi, perilaku seseorang tidak memiliki kesengajaan dan rasa sebab pribadi. Amotivasi merupakan hasil dari perasaan individu yang tidak menghargai aktivitas, tidak merasa kompeten untuk melakukan suatu pekerjaan, dan tidak percaya akan menghasilkan hasil yang diinginkan. 2. Peraturan Eksternal Peraturan ekstrenal adalah kategori yang mewakili bentuk motivasi ekstrinsik yang paling tidak otonom. Individu melakukan tindakan untuk memenuhi permintaan eksternal atau mendapatkan sebuah kontingensi hadiah yang dipaksakan secara eksternal. Individu biasanya mengalami perilaku yang diatur dan dikendalikan secara eksternal. Sehingga tindakan yang mereka lakukan memiliki external perceived locus of causality atau lokus kausalitas eksternal yang dirasakan. 3. Peraturan yang dirujuk Tipe motivasi ekstrinsik yang kedua adalah peraturan yang dirujuk. Peraturan yang dirujuk/ introjeksi menggambarkan jenis regulasi internal yang masih cukup mengendalikan karena orang melakukan tindakan seperti itu dengan perasaan tertekan untuk menghindari rasa bersalah atau kecemasan atau untuk mencapai peningkatan atau kebanggaan ego. Bentuk klasik dari introjeksi adalah keterlibatan ego, di mana orang melakukan tindakan untuk meningkatkan atau menjaga harga diri.  4. Peraturan yang teridentifikasi Bentuk motivasi ekstrinsik yang lebih otonom yaitu melalui peraturan teridentifikasi. Dalam peraturan teridentifikasi, seorang individu telah mengidentifikasi dengan kepentingan pribadi dari sebuah perilaku dan kemudian ia menerima peraturannya sebagai peraturannya sendiri. 5. Peraturan terpadu Bentuk motivasi ekstrinsik yang paling otonom adalah peraturan terpadu/ terintegrasi. Integrasi terjadi ketika peraturan yang teridentifikasi telah sepenuhnya menyesuaikan dengan diri. Hal ini terjadi melalui pemeriksaan diri dan membawa peraturan baru menjadi sesuai dengan nilai dan kebutuhan seseorang. 6. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah tipe motivasi yang ditentukan oleh aktivitas sendiri dari seorang individu. Namun tidak dapat dikatakan bahwa peraturan ekstrinsik apabila lebih terinternalisasi akan berubah menjadi motivasi intrinsik.

Tidak ada komentar: