Senin, 31 Mei 2021

Penyebab Employee Engagement (skripsi dan tesis)

Employee engagement sebenarnya sudah cukup banyak
diteliti sehingga menghasilkan beragam pendapat dan hasil penelitian
mengenai kondisi apa yang dapat menyebabkan individu menjadi
terikat (engage) pada suatu organisasi. Dalam penilitian Saks (2006)
disebutkan beberapa variabel sebagai penyebab employee engagement,
seperti perceived organizational support (POS), reward, dan justice.
Perceive organizational support termasuk dalam dimensi
psychological safety yaitu adanya keinginan individu untuk
menunjukkan dan bersedia terikat dengan suatu organisasi tanpa adanya
ketakutan seperti konsekuensi negatif (Kahn, 1992). Kahn (1990)
menemukan bahwa dukungan dan kepercayaan dalam hubungan
interpersonal terlebih dengan adanya dukungan manajemen maka akan
lebih mengenal psychological safety. Anggota organisasi akan merasa
aman dalam lingkungan kerja dengan adanya keterbukaan dan
dukungan. Lingkungan yang mendukung akan diikuti dengan anggota
yang bersedia untuk mencoba suatu hal yang baru dan ketika gagal hal
tersebut bukan menjadi ketakutan tetapi sebuah pembelajaran (Kahn,
1990).
Reward atau hadiah, menurut Kahn (1990) individu memiliki
beragam persepsi mengenai fungsi mereka ketika terikat (engage)
dilihat dari keuntungan yang didapat dari peran mereka dalam suatu
organisasi. Dalam hal ini, adanya harapan dari para karyawan ketika
mereka terikat dengan sendirinya dalam pekerjaan, mereka memiliki
persepsi untuk adanya jumlah yang lebih dalam hal hadiah (upah,
insentif) dan juga pengakuan. Menurut Maslach (2001) kurangnya
hadiah atau pengakuan akan mengarah pada burnout. Sedangkan dalam
Social Exchange Theory, ketika karyawan menerima hadiah dan
pengakuan dari organisasi, mereka akan merasa memiliki kewajiban
untuk meningkatkan keterikatan mereka pada organisasi (Saks, 2006).
Pada dimensi psychological safety yang diidentifikasi oleh
Kahn (1990), melibatkan situasi sosial yang dapat diprediksi dan
bersifat konsisten. Hal tersebut menyangkut keadilan dari organisasi
seperti dalam penyaluran hadiah (reward) dan peraturan-peraturan yang
berlaku. Persepsi terhadap keadilan ini akan berhubungan dengan hasil
akhir organisasi seperti kepuasan kerja, komitmen, dan kinerja
(Colquitt, 2001).
Menurut Mokaya dan Kipyegon (2014) dengan adanya
pemenuhan secara sosial, psikologis, maupun materiil, memungkinkan
karyawan untuk bersedia tinggal dalam organisasi dan memberikan
kontribusinya untuk kesuksesan organisasi. Peran tersebut terdapat
dalam konsep motivasi Two Factor Theory yang terdiri dari faktor
ekstrinsik maupun intrinsik. Khan dan Iqbal (2013) menyatakan bahwa
karyawan memiliki faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mereka
butuhkan sehingga mengarahkan pada kondisi engagement. Hal ini
kemudian menjadi menarik ketika faktor-faktor tersebut ini dapat
mengembangkan kekuatan individu (Wubbolding, 1996).
Engagement diperkirakan juga dapat disebabkan oleh
beberapa variabel demografis. Menurut Swaminathan dan Ananth
(2009) ditemukan bahwa pengalaman masa kerja dan gaji bulanan
ternyata memiliki kontribusi terhadap meningkatkan perasaan terikat
(engage) pada karyawan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
karyawan yang sudah bekerja selama lebih dari 16 tahun akan merasa
lebih engage. Selain itu, karyawan yang pengalaman bekerja dibawah 6
tahun juga diketahui merasa engage dikarenakan karyawan yang
memilik pengalaman dibawah 6 tahun merasa masih membutuhkan
lebih banyak pembelajaran dan lebih stabil dalam meyelesaikan
pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang mendapatkan penghasilan
lebih tinggi dianggap lebih terpuaskan dalam segala aspek terutama
uang. Namun, dalam penelitian tersebut diketahui bahwa jenis kelamin,
usia dan jenjang pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap employee engagement

Tidak ada komentar: