Untuk memahami proses sosial, Habermas (1983a) mengatakan bahwa
harus ada perubahan paradigma dasar dari proses sosial. Teori komunikasi aksi
merupakan teori yang memandang masyarakat melalui paradigma komunikasi.
Habermas (1983a) mendefinisikan komunikasi aksi sebagai suatu interaksi yang
terjadi dalam membangun hubungan interpersonal,
the interaction of at least two subjects capable of speech and action who
establish interpersonal relations (whether by verbal or extra-verbal means).
(Habermas, 1983, p.86)
Habermas (2000, p.12) dalam Kernstock (2009) juga menyebutkan
komunikasi aksi sebagai suatu media interaksi simbolik (symbolically mediated
interaction). Komunikasi dari sudut pandang ini merupakan suatu proses multidimensi di mana setiap individu bebas mengekspresikan argumennya dalam
mencapai pemahaman antar individu. Habermas (dikutip oleh Meutia, 2010)
menyebutkan beberapa konsep fundamental yang dapat diterapkan dalam
komunikasi yaitu peran dari aktor manusia (human actors), rasionalitas dan cara
memandang proses sosial.
24
Dalam proses sosial, human actors memegang peranan dalam
mengkoordinasikan tindakannya. Semua pihak yang berpartisipasi mempengaruhi
proses pencapaian pemahaman dengan menjustifikasi alasannya. Rasionalitas
dalam teori komunikasi aksi, berhubungan dengan makna dari komunikasi aksi itu
sendiri. Tindakan sosial didasari oleh pemahaman dan kesepakatan yang
dimotivasi secara rasional (Sawarjuwono, 1995). Habermas menyebut ini sebagai
proses komunikasi secara rasional.
Konsep penting berikutnya yaitu cara memandang proses sosial. Menurut
Habermas (1983b), proses sosial dapat dilihat sebagai dua analisis konseptual,
yaitu lifeworld dan system mechanism. Lifeworld diartikan oleh Habermas
(1983b) sebagai suatu situasi bertemunya individu dengan individu yang lain
dalam melakukan hubungan timbal balik atas claim yang diberikan masingmasing individu, yang dapat mengkritisi dan mengkonfirmasi claim tersebut, serta
menyelesaikan perbedaan pendapat hingga mencapai adanya kesepakatan,
the transcendental site where the speaker and hearer meet, where they can
reciprocally raise claims that their utterances fit the world (Objective, social or
subjective), and where they can criticize and confirm those validity claims, settle
their disagreements and arrive at agreement. (Habermas, 1983:126)
Oleh karena itu, segala sesuatu kehidupan atau aktivitas manusia dapat dilihat
sebagai suatu interaksi yang mengikuti mekanisme lifeworld.
Efektivitas dan efisiensi diperlukan untuk mengendalikan kompleksitas
masyarakat.
Dari perspektif institusi, muncul sub-sistem sebagai hasil dari
kompleksitas masyarakat yaitu ekonomi dan administrasi. Sub-sistem ini
dikoordinasikan melalui uang (money) dan aturan (power) (Van Toledo, 1986
dalam Kernstock 2009). Money mempengaruhi keputusan dalam pertimbangan profit dan loss serta perhitungan ekonomis lain. Sementara power, mempengaruhi
interaksi melalui tekanan institusi ataupun administrasi dan birokrasi (Habermas,
1983b).
Dalam teorinya, Habermas (1983a) hanya membahas mengenai dua
tindakan dasar manusia yaitu tindakan rasional bertujuan (Instrumental action)
dan interaksi (Communicative action). Tindakan rasional bertujuan adalah
tindakan dasar dalam hubungan manusia dengan alamnya sebagai objek
manipulasi, sementara interaksi merupakan tindakan dasar dalam hubungan
manusia dengan sesamanya sebagai subjek. Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika menurut Habermas, money dan power adalah media yang mempengaruhi
kepentingan (interest).
Kepentingan (interest) merupakan suatu orientasi dasar yang berakar pada
kemampuan manusia, untuk melestarikan keberadaannya, dan untuk menentukan
serta mengkreasikan dirinya sendiri. Habermas (1983b) mengatakan bahwa
Interest hanya dipengaruhi oleh kedua hal ini, yaitu money dan power. Adanya
kepentingan yang dipengaruhi oleh money dan power tersebut mendorong
perusahaan untuk tetap berupaya menciptakan image positif dan menghindari
image negatif, yang dapat berujung pada pemerolehan legitimasi dari stakeholder
Tidak ada komentar:
Posting Komentar