Pemberdayaan merupakan istilah untuk mendorong dan mengijinkan karyawan
dalam mengambil tanggung jawab personal untuk meningkatkan kinerja dari tugas
yang diberikan sambil berkontribusi terhadap pencapaian objektif organisasi secara
keseluruhan (Degago, 2014).
Pemberdayaan sumber daya manusia merupakan sebuah pendekatan modern dari
motivasi pekerjaan internal menjadi bakat, kemampuan dan kompetensi karyawan.
Pemberdayaan dimulai dari kepercayaan, ide dan perilaku karyawan. Mereka harus
memiliki kepercayaan bahwa mampu mengerjakan tugas dengan baik. Pemberdayaan
merupakan membuat orang-orang merasa bernilai dengan melibatkan mereka dalam
mengambil keputusan, menyuruh mereka untuk berpartisipasi dalam proses
perencanaan, menghargai mereka dan menyediakan pelatihan dan dukungan yang cukup secara berkelanjutan. Hal tersebut memberikan karyawan kesempatan untuk
berkontribusi dalam kesuksesan perusahaan secara menyeluruh. Tidak menggunakan
kemampuan karyawan dengan optimal dalam banyak organisasi dapat mengakibatkan
penurunan produktivitas (Degago, 2014).
Pemberdayaan psikologis sebagai motivasi intrinsik yang diwujudkan kedalam
empat kognisi, yang mencerminkan orientasi seseorang terhadap peran pekerjaan.
Empat kognisi ini adalah meaning, competence, self-determination dan impact.
Secara bersama-sama, keempat kognisi pemberdayaan psikologis mencerminkan
perilaku proaktif yang berorientasi pada peran kerja seseorang. Dengan kata lain,
karyawan yang diberdayakan tidak melihat situasi kerja mereka melainkan sesuatu
yang dapat dibentuk melalui aktivitas mereka sendiri.
Pemberdayaan psikologis merupakan pengalaman karyawan terhadap
pemberdayaan di tempat kerja (Degago, 2014). Pemberdayaan psikologis menurut
Tetik (2016) adalah tingkat pemberdayaan bahwa karyawan percaya tentang arti dari
pekerjaan, kemampuan mereka dalam bekerja, memotivasi diri dan kemandirian
dalam mempengaruhi hasil pekerjaan. Pemberdayaan psikologis membuat individu
sebagai bagian dari pengambil keputusan dan permasalahan organisasi dengan
memberikan pengawasan dan kebebasan kepada mereka. Pemberdayaan psikologis
sebagai tingkat pemberdayaan bahwa karyawan merasa bagian dari perusahaan
(Karavardar, 2014). Karyawan yang diberdayakan menjadi aktif memecahkan
masalah yang berkontribusi pada perencanaan dan eksekusi tugas.
Pemberdayaan psikologis karyawan merupakan hasil dari perilaku pemimpin
yang memberdayakan bawahannya. Tenaga kerja yang tidak diberdayakan memiliki
visi personal yang kurang dan merasa putus asa. Pemberdayaan karyawan dapat
meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan berkontribusi terhadap tujuan
organisasi (Degago, 2014).
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan psikologis merupakan motivasi intrinsik karyawan terhadap
orientasi peran kerjanya yang meliputi arti dari pekerjaan, kemampuan mereka dalam
bekerja, memotivasi diri dan kemandirian dalam mempengaruhi hasil pekerjaan.
Karyawan yang diberdayakan, lebih aktif dan produktif dari pada karyawan yang
tidak diberdayakan. Karyawan yang diberdayakan memiliki pengetahuan yang
lengkap tentang pekerjaan mereka sehingga mereka dapat merencanakan,
menjadwalkan pekerjaan mereka, mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah pekerjaan.
Pemberdayaan psikologis merupakan proses yang memungkinkan peningkatan
tugas dan kegigihan karyawan. Jika pemberdayaaan di manajemen terlaksana dengan
baik, dapat mengakibatkan komitmen organisasi dan mengurangi pergantian
karyawan. Pemberdayaan dapat meningkatkan produktivitas, kinerja dan kepuasan
kerja. Pemberdayaan psikologis dapat membangkitkan komitmen karyawan terhadap
organisasi karena pekerjaan yang berarti menyediakan kecocokan antara yang
dibutuhkan dan tujuan aturan kerja organisasi dan sistem nilai seseorang. Seseorang yang diberdayakan secara psikologis memiliki rasa keyakinan akan kemampuan yang
tinggi, memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dan melihat diri
mereka sebagai diri yang inovatif (Degago, 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar