Chatterjee dan Hambrick (2006) mengatakan bahwa narsisme merupakan
suatu hal yang dikaitkan secara positif dengan harga diri (self-esteem) (Emmons,
1984; Morf dan Rhodewalt, 1993), peningkatan bias diri (biased selfenhancement) (John and Robins, 1994), intensitas afektif (mood swings)
(Emmons, 1987) dan penggunaan kata ganti personal saat berbicara (Raskin and
Shaw, 1988). Sebagai suatu karakteristik kepribadian, narsisme memiliki dua
elemen penting yaitu kognitif dan motivasi (Chatterjee dan Hambrick 2006).
Pada sisi kognitif, narsisme memerlukan adanya kepercayaan atas kualitas
unggul individu yang dimiliki. Pelaku narsis cenderung melakukan penilaian yang
tinggi atas dirinya sendiri, baik kecerdasan, kreativitas, kompetensi dan
kemampuan dalam memimpin (John dan Robins, 1994; Farwell dan WohlwendLloyd, 1998;. Hakim, et al , in press dalam Chatterjee dan Hambrick, 2006). Oleh
karena itu, pelaku narsis sangat yakin dan percaya diri atas kemampuan yang
mereka miliki dalam domain tugas (Campbell, et al., 2004).
Dari sisi motivasi,
narsisme memiliki kebutuhan yang kuat atas ketegasan orang lain terhadap
keunggulan yang dimiliki. Hal ini diperoleh baik dalam bentuk penguatan, tepuk
tangan, dan sanjungan (Wallace, 2002 dalam Chatterjee dan Hambrick, 2006).
Chatterjee dan Hambrick (2006) menyimpulkan bahwa narsisme
merupakan suatu hal yang menuntun seseorang dalam mengasumsikan posisi
kekuasaan (power) dan pengaruhnya (Kernberg, 1975). Selain itu, narsisme yang
berkaitan erat dengan harga diri, membantu seseorang dalam kemajuan
profesionalnya (Raskin, et al, 1991). Oleh karena itu, dengan adanya narsisme,
29
seseorang berusaha menciptakan image yang positif, yang juga akan
menimbulkan optimisme dan keyakinan yang kuat atas hasil yang diperoleh
nantinya.
Dalam konteks narsisme di atas, dapat dirumuskan bahwa narrative text
terhadap pelaporan keuangan dapat didesain sedemikian rupa sehingga mengarah
pada narsisme. Narsisme ini dibuat dan dilakukan oleh manajemen melalui
argumen, data dan angka tertentu. Hal ini diharapkan mampu meyakinkan
stakeholders bahwa aktivas perusahaan yang telah dijalankan dan dikelola dengan
benar dapat mengarah pada kepercayaan diri dalam laporan keuangan, sehingga
manajer dipandang berhasil dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Cara yang
dilakukan manajer dalam melakukan narsisme pada pelaporan keuangan adalah
melalui struktur dan penulisan kalimat (semiotik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar