Selasa, 08 September 2020

Masalah dalam Persediaan (skripsi dan tesis)

Mengelola persediaan tidak lepas dari berbagai permasalahan yang muncul baik dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Permasalahan tersebut menyebebabkan sistem persediaan pada seluruh jaringan rantai pasok tidak efektif. Perusaahaan sering kali dihadapi dengan permasahan yang bervariasi terkait dengan perilaku individu maupun organisasi. Beberapa hambatan dalam mengelola persediaan diseluruh jaringan rantai pasok dan memiliki peluang besar untuk meningkatkan pengaturan serta pengawasan yaitu sebagai berikut (Lee & Billington, 1992) :
 1. Tidak ada metrik yang jelas Kinerja rantai pasok banyak terkait dengan persediaan, misalnya tingkat perputaran inventory (inventory turn rate), rata-rata lama permintaan atau kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh persediaan (inventory days of supply), banyaknya persediaan yang kadaluwarsa, dan sebagainya. Walaupun ukuranukuran tersebut relatif jelas definisi dan cara mengukurnya, namun untuk memilih mana yang pas dan berapa target yang harus dicapai bukan hal yang mudah di kondisi nyata. Ukuran kinerja harus bisa mencerminkan kepentingan pemasok dan juga pelanggan yang sebisa mungkin didefinisikan bersama dengan target yang sama pula. 
2. Tidak memadainya pelayanan pelanggan Kinerja rantai pasok pada akhirnya harus diukur dengan tingkat tanggapannya terhadap pelanggan. Namun, ada perbedaan tanggapan terhadap pelayangan pelanggan pada setiap perusahaan. Sebagian perusahaan mengukur pelayanannya dengan tingkat persediaan barangnya dimana permintaan pelanggan dapat dipenuhi sebelum waktu yang disepakati. Perusaahaan lain dengan memenuhi pesanan pelanggan meskipun tidak sekaligus misalnya ketika ada pelanggan yang memesan komputer, printer, aksesoris dan software dalam sekali order sedangkan saat itu agen hanya memiliki beberapa diantaranya, maka ia akan memenuhi pesanan yang kosong setelah mendapatkannya dari agen/distributor. 3. Status pesanan tidak akurat Ketika pelanggan memesan suatu produk ke pemasok, mereka berharap bisa mendapatkan informasi kapan pesanan tersebut bisa dipenuhi dan bagaimana perkembangan pesanan mereka dari waktu ke waktu terutama untuk barang yang memiliki nilai tinggi. Namun sering terjadi supplier tidak mampu memberikan informasi akurat yang mengakibatkan perasaan ketidakpastian tinggi dan mendorong pelanggan untuk menyimpan cadangan persediaan yang lebih banyak. 
 4. Sistem informasi tidak handal Perusahaan tidak akan bisa memberikan informasi status pesanan jika sistem informasi antar bagian didalam perusahaan maupun sistem yang bisa menghubungkan perusahaan dengan pelanggan tidak handal. Sering kali tiap bagian tidak memiliki informasi yang sama karena belum saling terintegrasi sehingga terkadang jumlah persediaan di gudang dengan catatan penjualan berbeda. 
5. Mengabaikan dampak ketidakpastian Banyak sumber ketidakpastian dalam rantai pasok, beberapa diantaranya yaitu lead time supplier dan performansi pengiriman, kualitas bahan baku, waktu proses produksi (termasuk downtimes mesin dan reworks), waktu transit dan jumlah permintaan. Untuk mengurangi dampak ketidakpastian, manajer rantai pasok harus memahami sumbernya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Namun, sering kali mereka tidak memiliki dokumen dan catatan mengenai hal tersebut sehingga yang terjadi persediaan sebuah barang berlebihan sedangkan barang yang lain mengalami kekurangan atau salah memperhitungkan lead time yang dibutuhkan untuk perpindahan material di sepanjang jaringan supply chain.
 6. Kebijakan persediaaan terlalu sederhana Memahami dan mencatat sumber ketidakpastian adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum membuat sebuah kebijakan. Banyak model persediaan yang menggunakan berbagai asumsi dan tidak bisa diterapkan di lapangan. Perusahaan sering menyamaratakan kebijakan persediaan untuk semua item yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada yang lead time tinggi namun permintaan relatif stabil, ada yang kebutuhannya sangat fluktuatif namun bisa diprediksi. Kebijakan safety stock, reorder point, dan kebijakan lainnya harus disesuaikan dengan itemnya. 7. Diskriminasi terhadap pelanggan internal Produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah terintegrasi dengan perusahaan lain, mengirim produknya langsung ke perusahaan tersebut karena mendapat keuntungan lebih dibandingkan menjualnya langsung. Sudah  menjadi rahasia umum bahwa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan yang membeli langsung ke mereka tidak sebaik ke pelanggan yang membeli melalui mitra perusaahaan. Ketika pelanggan yang membeli langsung, maka perusahaan akan menundanya dan menyebabkan backorder. 
8. Koordinasi yang buruk Pelanggan yang ingin memesan berbagai macam produk dari beberapa pemasok yang berbeda dalam satu kali pemesanan, maka perusahaan akan melakukan kordinasi untuk memenuhi pesanan tersebut. Produk yang dipesan akan dikirim secepat mungkin ke pelanggan ketika tiba. Koordinasi yang baik antar pemasok sangat penting dan memberikan target waktu. Namun, target waktu yang dibuat tanpa pertimbangan pada akhirnya tidak berguna dan sering terlupakan. Akibat dari buruknya kordinasi menyebabkan keterlambatan, pelayanan yang buruk, meningkatnya persediaan, dan pada akhirnya menyebabkan kerugian. 
9. Analisis metode pengiriman yang tidak lengkap Mengganti moda transportasi dapat memberikan efek yang signifikan pada biaya investasi dan performansi pelayanan. Meskipun memilih moda transportasi berdasarkan pertimbangan ekonomis, transportasi juga merupakan faktor yang penting. Memilih moda transportasi harus disesuaikan dengan jenis dan nilai barang yang diangkut. Ketika perusahaan mencari solusi untuk meminimalkan lead time pengiriman yang panjang, transportasi udara biasanya tidak masuk sebagai pertimbangan, padahal ini tidak selalu benar. Perusaahan yang melakukan analisis transportasi ternyata bisa meminimalkan biaya pengiriman dari transportasi laut ke udara. Untuk produk yang relatif kecil volumenya dan membutuhkan kecepatan respon yang tinggi, ongkos transportasi yang mahal bisa dibayar dengan penghematan dari berkurangnya tumpukan persediaan. 
10. Biaya-biaya persediaan yang tidak sesuai Analisis biaya-biaya dan investasi dalam persediaan menjadi hal sangat penting dalam pengambilan keputusan. Banyak variasi biaya yang berbedabeda bahkan dalam perusahaan yang sama. Hal ini terjadi karena tidak ada  standar yang jelas untuk menentukan mana yang paling berpengaruh dalam peningkatan biaya. Sebagian besar perusahaan hanya memasukkan biaya modal, pergudangan dan penyimpanan. Padahal, komponen biaya persediaan termasuk biaya kerusakan bagi produk yang memiliki siklus hidup pendek sehingga semakin lama disimpan akan semakin menurunkan nilainya dan biaya akibat pemrosesan kembali untuk produk yang mengalami kerusakan atau cacat dan bisa diolah kembali.
 11. Hambatan dalam organisasi Beberapa eselon dalam rantai pasok memiliki iklim dan budaya organisasi yang berbeda-beda, dimana setiap organisasi memiliki ukuran performansi dan evaluasi reponsibilitas masing-masing. Hambatan organisasi mungkin bisa mengganggu kordinasi pengawasan persediaan, termasuk perbedaan dalam objek dan metrik performansi, ketidaksetujuan pada penanggung jawab persediaan, dan ketidakinginan untuk berkomitmen saling membantu. Sebagian besar yang memiliki struktur organisasi tidak terpusat dan beberapa diantaranya sering mengalami hambatan dalam pengawasan persediaan
. 12. Proses desain produk tanpa kordinasi dengan jaringan supply chain Desain produk baru terjadi dengan cepat dan ketepatan produksi serta perakitan adalah hal yang kritis untuk efektivitas biaya dan kualitas, namun implikasinya bagi persediaan dalam rantai pasok sering tidak dipahami dengan baik. Hal itu mengakibatkan persediaan meningkatkan biaya distribusi dan penyimpanan. Sama halnya dengan memperkenalkan produk tanpa dukungan perencanaan rantai pasok yang jelas menyebabkan masalah ketidaktersedianya produk dan panjangnya waktu lead time yang akan berakibat pada kesuksesan suatu produk.
13. Keputusan rantai pasok yang tidak terintegrasi Ketika perusahaan menempatkan pabrik atau pusat distribusi dalam jaringan rantai pasok akan berimplikasi pada biaya operasional tetap dan biaya logistik. Akibat perubahan jaringan pada operasional, jaringan yang terletak jauh dari perusahaan sering kali mengalami keterlambatan pelayanan, keterlambatan pengiriman produk, lead time yang panjang, dan resiko lain yang terjadi pada saat proses pengiriman produk. 
14. Rantai pasok yang belum tuntas Memaksimalkan kinerja internal rantai pasok dengan melibatkan supplier ekternal dan konsumen akan meningkatkan operasional internal. Beberapa perusahaan yang hanya mengutamakan kepentingan pelanggan langsungnya seperti retail dan perusahaan lain sebagai jaringan terakhir dalam rantai pasok mereka. Perusahaan dengan hirarki pusat distribusi menjadi perhatiannya hanya memperhatikan biaya persediaan dan pelayanan hanya pada pusat distribusi utama. Mereka mengutamakan pelayan yang diberikan kepada dealer yang menjadi pelanggan, bukan kepada end user. Pemberian pelayana yang baik kepada dealer bukan berarti memberikan pelayanan yang baik pula kepada end user

Tidak ada komentar: