Menurut Forsyth (1980) dan Barnet et al. (1998) ideologi etika
merupakan factor utama yang menjelaskan perbedaan-perbedan individu
dalam melakukan penilaian etis. Forsyth (1980:175) mengatakan bahwa
ideologi etika dikendalikan oleh dua karakteristik, yaitu:
1. Idealisme
Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu
dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak
melanggar nilai-nilai moral. Atau dapat dikatakan dalam setiap
tindakan yang dilakukan harus berpijak pada nilai-nilai moral yang
berlaku dan tidak sedikitpun keluar dari nilai-nilai tersebut (mutlak).
2. Relativisme
Relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral
yang absolut dalam mengarahkan perilaku. Dalam hal ini individu
masih mempertimbangkan beberapa nilai dari dalam dirinya
maupun lingkungan sekitar.
Meski terbagi atas dua karakteristik, akan tetapi konsep idealisme dan
relativisme bukan merupakan hal yang bertolak belakang, tetapi lebih
merupakan dua skala yang terpisah, yang terkadang masih saling
mempengaruhi di dalam diri setiap individu. Kemudian Forsyth (1998)
memberikan kategori ideologi etika ke dalam empat klasifikasi menggunakan
matrik 2 x 2 (tabel 2.1) yang dapat dikategorikan menjadi empat klasifikasi
ideologi etika : (1) Situasionis, mendukung analisis individual terhadap
16
tindakan dalam setiap situasi (2) Absolutis, menganggap bahwa hasil terbaik
suatu tindakan bisa selalu dicapai dengan mengikuti aturan moral universal
(3) Subyektivis, penilaian tindakan berdasarkan nilai-nilai dan perspektif
pribadi dan (4) Eksepsionis, aturan moral universal memandu pertimbangan
dalam bertindak, tetapi secara pragmatis terbuka pengecualian
Lebih lanjut Forsyth (1980) menunjukkan bahwa individu memiliki
pendirian tertentu atas etika dan posisi yang mereka ambil tersebut akan
memengaruhi dalam proses judgment yang mereka lakukan. Forsyth (1980)
berargumen bahwa perbedaan-perbedaan di dalam filosofi klasik dapat secara
sederhana direpresentasikan dalam dua dimensi yaitu, relativisme dan
idealisme. Sebagai contoh, teleology dan deontology yang bersifat
nonrelativistis dan mengembangkan prinsip moral universal. Teleologi
didasarkan pada analisis atas kosekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkan
dan deontology didasarkan pada kebenaran yang tidak bisa dipisahkan pada
17
tindakan-tindakan berdasar pada hukum alam. Berbagai cabang dari
skeptisisme etis bersifat relativistis, yang secara umum menolak prinsipprinsip moral yang universal (Forsyth, 1980).
Deontology adalah filosofi idealistis yang tidak hanya memperhatikan
perilaku dan tindakan, namun lebih pada bagaimana orang melakukan usaha
dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran untuk
mencapai tujuannya. Teleology, sebaliknya, pragmatis secara alami,
mempertimbangkan kemungkinan bahwa sebagian tindakan-tindakan
pelanggaran dapat dianggap merupakan hal yang etis, jika tindakan tersebut
menghasilkan hasil-hasil yang positif lebih besar dari pada hal negatif
(Forsyth, 1980). Pemikiran teleology menekankan dalam maksimalisasi yang
bermanfaat untuk masyarakat atau sebanyak-banyak orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar