Rabu, 30 September 2020

Ideologi Etika (Ethical Ideology) (skripsi dan tesis)

Menurut Forsyth (1980) dan Barnet et al. (1998) ideologi etika merupakan factor utama yang menjelaskan perbedaan-perbedan individu dalam melakukan penilaian etis. Forsyth (1980:175) mengatakan bahwa ideologi etika dikendalikan oleh dua karakteristik, yaitu:
 1. Idealisme Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Atau dapat dikatakan dalam setiap tindakan yang dilakukan harus berpijak pada nilai-nilai moral yang berlaku dan tidak sedikitpun keluar dari nilai-nilai tersebut (mutlak). 
2. Relativisme Relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku. Dalam hal ini individu masih mempertimbangkan beberapa nilai dari dalam dirinya maupun lingkungan sekitar. Meski terbagi atas dua karakteristik, akan tetapi konsep idealisme dan relativisme bukan merupakan hal yang bertolak belakang, tetapi lebih merupakan dua skala yang terpisah, yang terkadang masih saling mempengaruhi di dalam diri setiap individu. Kemudian Forsyth (1998) memberikan kategori ideologi etika ke dalam empat klasifikasi menggunakan matrik 2 x 2 (tabel 2.1) yang dapat dikategorikan menjadi empat klasifikasi ideologi etika : (1) Situasionis, mendukung analisis individual terhadap 16 tindakan dalam setiap situasi (2) Absolutis, menganggap bahwa hasil terbaik suatu tindakan bisa selalu dicapai dengan mengikuti aturan moral universal (3) Subyektivis, penilaian tindakan berdasarkan nilai-nilai dan perspektif pribadi dan (4) Eksepsionis, aturan moral universal memandu pertimbangan dalam bertindak, tetapi secara pragmatis terbuka pengecualian
Lebih lanjut Forsyth (1980) menunjukkan bahwa individu memiliki pendirian tertentu atas etika dan posisi yang mereka ambil tersebut akan memengaruhi dalam proses judgment yang mereka lakukan. Forsyth (1980) berargumen bahwa perbedaan-perbedaan di dalam filosofi klasik dapat secara sederhana direpresentasikan dalam dua dimensi yaitu, relativisme dan idealisme. Sebagai contoh, teleology dan deontology yang bersifat nonrelativistis dan mengembangkan prinsip moral universal. Teleologi didasarkan pada analisis atas kosekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkan dan deontology didasarkan pada kebenaran yang tidak bisa dipisahkan pada 17 tindakan-tindakan berdasar pada hukum alam. Berbagai cabang dari skeptisisme etis bersifat relativistis, yang secara umum menolak prinsipprinsip moral yang universal (Forsyth, 1980). Deontology adalah filosofi idealistis yang tidak hanya memperhatikan perilaku dan tindakan, namun lebih pada bagaimana orang melakukan usaha dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Teleology, sebaliknya, pragmatis secara alami, mempertimbangkan kemungkinan bahwa sebagian tindakan-tindakan pelanggaran dapat dianggap merupakan hal yang etis, jika tindakan tersebut menghasilkan hasil-hasil yang positif lebih besar dari pada hal negatif (Forsyth, 1980). Pemikiran teleology menekankan dalam maksimalisasi yang bermanfaat untuk masyarakat atau sebanyak-banyak orang

Tidak ada komentar: