Banyak teori yang membahas tentang kepuasan kerja antara lain :
1. Teori Dua Faktor dari Herzberg (1986).
Dikembangkan oleh Frederick Herzberg bertitik tolak dari teori hierarkhi kebutuhannya
Abraham Maslow. Dua faktor yang menyebabkan rasa puas dan tidak puas yaitu; faktor
pemeliharaan (maintainance factors) dan faktor pemotivasian (motivation factors). Faktor
pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang
meliputi: administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan
pengawas, hubungan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status.
Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satifier, motivators, job content, intrinsic
factors yang meliputi: dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri,
kesempatan berkembang, tanggung jawab, Frederick Herzberg pada tahun 1950 melakukan survei tentang kepuasan kerja dengan mengidentifikasikan faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Faktor-faktor higienis merupakan faktor-faktor umum yang dikenali pada pegawai
yang tidak puas, yaitu kondisi kerja, pegawasan, gaji, keamanan pekerjaan dan status.
b. Faktor-faktor motivasional merupakan faktor-faktor umum yang dikenali pada
pegawai yang puas, yaitu pencapaian, tanggung jawab, pengakuan, kemajuan dan
pertumbuhan.
2. Teori pengharapan (expactancy theory), bahwa usaha seorang pegawai dipengaruhi oleh
hasil yang diharapkan atas usaha tersebut. Victor H.Vroom yang mengemukakan teori ini
menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu produk dari bagaimana seseorang
menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang memungkinkan aksi tertentu yang akan
menuntunnya:
a. Outcome, adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai, misalnya upah,
keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan kembali dan kesempatan untuk
berprestasi atau mengekspresikan diri.
b. Comparison person, adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seseorang
pegawai dalam organisasi yang berbeda dari dirinya dalam pekerjaan sebelumnya.
Menurut teori ini puas atau tidaknya seorang pegawai merupakan hasil dari perbandingan
antara input - outcome dirinya dengan input – outcome pegawai lain (sebagai comparison
person), Mangkunegara (2000) menjelaskan bahwa kepuasan kerja bergantung pada
perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai. Apabila yang
didapat oleh pegawai ternyata lebih besar dari apa yang diharapkan, maka pegawai
tersebut menjadi puas. Sebaliknya, jika yang didapatkan lebih rendah maka hal tersebut
menyebabkan pegawai tidak puas.
3. Teori perbedaan (Discrepancy theory) dikemukakan oleh Proter ini mengukur tingkat
kepuasan pegawai dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan
kenyataan yang dirasakan pegawai.
4. Teori pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment theory), Menurut teori ini kepuasaan kerja
bergantung terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas,
apabila mendapatkan apa yang dibutuhkannya, dan sebaliknya akan muncul ketidakpuasan
jika kebutuhannya tidak terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar