Menurut Weiss dalam Felman dan Arnold (1986) ada 20 (dua puluh) dimensi atau
faktor yang dapat dijadikan unsur untuk menilai perasaan puas atau tidak puasnya seorang
pegawai terhadap pekerjaannya, yaitu:
1. Ability Utilization (penggunaan kemampuan), yaitu kesempatan yang diperoleh pegawai
untuk menggunakan seluruh kemampuannya di tempat kerjanya. Apabila pegawai
berkesempatan menggunakan seluruh kemampuannya dalam bekerja, maka hal tersebut
akan menjadi sumber kepuasannya dalam bekerja.
2. Achiement (prestasi), yaitu kemampuan dari seorang pegawai untuk mencapai tujuan
dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat menantang. Keberhasilan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan akan menjadi sumber kepuasan pegawai dalam bekerja
.
3. Activity (aktivitas), yaitu kesibukan yang dilakukan pegawai setiap waktu sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukannya dengan mengunakan akal, pikiran, panca indra,
anggota badan, dan dengan atau tanpa menggunakan alat bantu. Jika kesibukan yang
dirasakan memadai maka hal tersebut akan menjadi sumber kepuasannya dalam bekerja.
4. Advancement (kemajuan), kemajuan yang diperoleh seseorang dalam bekerja akan
menjadi sumber kepuasannya dalam bekerja karena dengan kemajuan yang dicapai tersebut memungkinkan seorang pegawai dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi, yang
selanjutnya akan meningkatkan status sosial dan kompensasi yang diterimanya.
5. Authority (kewenangan), yaitu hak yang dimiliki untuk menentukan tindakan yang perlu
dilakukan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada seorang pegawai.
6. Company policies and practice (kebijakan dan peraturan perusahaan), yaitu berbagai
kebijakan dan peraturan yang diberlakukan. Untuk dapat melakukan suatu kebijakan dan
peraturan dengan baik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu kesejahteraan, ancaman,
ketegasan dalam pelaksanaan, sosialisasi, dan kemampuan. Apabila pegawai merasa
bahwa kebijakan dan peraturan yang ada memadai maka hal ini akan menjadi sumber
kepuasan kerja.
7. Compensation (kompensasi), kompensasi mempunyai peranan penting dalam menentukan
kepuasan kerja karena dapat digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan, simbol
dari prestasi, dan pengakuan karena mencerminkan penghargaan atas peran sertanya.
8. Coworkers (rekan kerja), yaitu kesempatan yang dimiliki pegawai untuk bekerja sama
dengan pegawai lainnya sehingga memiliki kesempatan bertukar pikiran dan
mendiskusikan masalah pekerjaan, sehingga masalah yang ada dalam pekerjaan bukan
menjadi penyebeb kebosanan dan menjadi tantangan yang harus dicarikan solusinya.
9. Creativity (kreativitas), yaitu kemampuan pegawai untuk mengembangkan ide atau
gagasan baru yang menunjang pencapaian hasil kerja.
10. Independence (kebebasan), yaitu kesempatan yang diperoleh pegawai untuk menggunakan
pertimbangannya sendiri untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Secara
psikologis hal ini akan menjadi sumber kepuasan kerja karena adanya kesempatan untuk
menggunakan minat dan kemampuan yang ada pada dirinya dalam menyelesaikan
pekerjaan.
11. Moral value (nilai moral), merupakan cara yang ditempuh pegawai untuk melengkapi
dirinya sendiri sehingga menjadi pegawai yang cakap dan berprestasi. Misalnya
mengikuti pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pekerjaan akan menjadi sumber
kepuasan kerja karena dengan nilai moral ini mereka akan mengembangkan wawasan
dan kemampuan kerja.
12. Recognation (pengakuan), pengakuan yang diperoleh seorang pegawai meliputi
pengahargaan, pujian, dan perhatian baik dari atasan, teman seprofesi, klien, maupun
dari masyarakat umum dalam lingkup pekerjaan yang dilakukannya. Hal tersebut akan
menjadi sumber kepuasan kerja pegawai yang bersangkutan karena pegawai tersebut
merasa bahwa apa yang terbaik yang dicapainya dihargai.
13. Responsibility (tanggung jawab), mencakup kewajiban dan otorita dari seorang pegawai
untuk melakukan pekerjaan tertentu atau melakukan pekerjaannya sendiri. Tanggung
jawab yang didapat seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan akan menjadi sumber
kepuasan kerjanya karena dengan tanggung jawab tersebut berarti pegawai diberi
kepercayaan dan dianggap mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut.
14. Job Security (keamanan kerja), yaitu indikasi – indikasi objektif yang menunjang rasa
aman pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya misalnya kestabilan perusahaan dan
jaminan hari tua. Rasa aman dalam bekerja tersebut akan menjadi sumber kepuasan kerja
karena pegawai merasa terlindungi masa depannya.
15. Social Service (pelayanan sosial), yaitu pelayanan sosial yang disediakan di tempat kerja
yang menyangkut fisik maupun mental, misalnya pelayanan kesehatan dan bimbingan
karir. Jika pelayanan sosial tersebut dirasa memadai maka hal itu akan menjadi sumber
kepuasan kerja.
16. Social Status (status sosial), status sosial ini bersumber dari pendidikan, jabatan,
kemampuan, jenis pekerjaan, usia, metode pembayaran gaji, dan kondisi kerja. Status
sosial yang dimiliki pegawai akan menjadi sumber kepuasan kerja karena dengan status
sosial ini seorang pegawai akan memperoleh gaji, jabatan, fasilitas, dan pelayanan yang
lebih baik.
17. Supervision Human Relation (hubungan atasan dan bawahan), yaitu bagaimana
hubungan antara atasan dengan bawahannya, adanya kerjasama yang baik akan menjadi
sumber kepuasan kerja bagi pegawai secara individual.
18. Technical Supervision (teknik pengawasan), yaitu teknik pengawasan yang digunakan
oleh seorang atasan untuk mengawasi pekerjaan bawahannya.
19. Variety (variasi kerja), melakukan pekerjaan dengan variasi yang memadai akan menjadi
kepuasan kerja, sebaliknya pekerjaan yang monoton atau terlalu variatif akan
menyebabkan tekanan psikologis yang menurunkan kepuasan kerja.
20. Working Condition (kondisi kerja), yaitu semua kondisi fisik , psikologis, dan segala
peraturan yang ada ditempat kerja.
Menurut Luthans (1992) indikator yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu
1. Pembayaran gaji atau upah; pegawai menginginkan sistem upah yang dipersepsikan adil,
tidak meragukan dan segaris dengan harapannya.
2. Pekerjaan itu sendiri; pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi
kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan ketrampilan, kebebasan serta umpan
balik. Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang
menantang akan menciptakan kebosanan. Namun pekerjaan yang terlalu menantang
dapat menyebabkan frustasi dan perasaan gagal.
3. Rekan kerja; bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja yang menyenangkan
dapat meningkatkan kepuasan kerja.
4. Promosi; pada saat dipromosikan pegawai pada umumnya menghadapi peningkatan
tuntutan keahlian, kemampuan serta tanggung jawab. Sebagian besar pegawai merasa
positif jika dipromosikan. Dengan promosi memungkinkan organisasi untuk
mendayagunakan kemampuan dan keahlian pegawai setinggi mungkin.
5. Penyelia (supervisi); supervisi mempunyai peran yang penting dalam suatu organisasi
karena berhubungan dengan pegawai secara langsung dan mempengaruhi pegawai dalam
melakukan pekerjaannya. Pada umumnya pegawai lebih suka mempunyai supervisi yang
adil, terbuka dan mau bekerja sama dengan bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar