Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap
kehilangan. Teori yang dikemukan Kubler-Ross (1969 dalam Hidayat, 2009)
mengenai tahapan berduka akibat kehilangan berorientasi pada perilaku dan
menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:
.1. Fase penyangkalan (Denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah
syok, tidak percaya, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan
benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari orang yang
menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi
tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini
dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.
.2. Fase marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang
timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang
yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan,
bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respon fisik yang
sering terjadi, antara lain muka merah, deyut nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.
.3. Fase tawar menawar (Bargaining)
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan
secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat
dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar
dengan memohon kemurahan Tuhan.
.4. Fase depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri,
kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain, menolak makan, susah
tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain.
5. Fase penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan,
pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya
dan mulai memandang kedepan. Gambaran tentang objek yang hilang
akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.
Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi
kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
Bowlby (1980 dalam Videbeck, 2008) mendeskripsikan proses berduka
akibat suatu kehilangan yang terdiri dari 4 fase yaitu, fase pertama mati rasa dan
penyangkalan terhadap kehilangan, fase kedua kerinduan emosional akibat
kehilangan orang yang dicintai dan memprotes kehilangan yang tetap ada, fase
ketiga kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya sulit
melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan fase keempat reorganisasi dan
reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan hidupnya.
John Harvey (1998 dalam Videbeck, 2008) mendeskripsikan fase
berduka yaitu, fase pertama syok, menangis dengan keras, dan menyangkal, fase
kedua intrusi pikiran, distraksi, dan meninjau kembali kehilangan secara obsesif
dan fase ketiga menceritakan kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi
dan secara kognitif menyusun kembali peristiwa kehilangan.
Rodebaugh (1999 dalam Videbeck, 2008) memandang proses berduka
sebagai suatu proses melalui empat tahap yaitu pertama terguncang (Reeling)
klien mengalami syok, tidak percaya, atau menyangkal, kedua merasa (feeling)
klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa bersalah, kesedihan yang
mendalam, kemarahan, kurang konsentrasi, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan, ketidaknyamanan fisik yang umum, ketiga menghadapi
(dealing) klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan dengan melibatkan diri
dalam kelompok pendukung, terapi dukacita, membaca, dan bimbingan spiritual,
keempat pemulihan (healing), klien mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian
kehidupan dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti bahwa
kehilangan tersebut dilupakan atau diterima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar