Senin, 06 April 2020

Political Influence Behavior (skripsi dan tesis)

 Berdasarkan perspektif interaksional, individu yang berkepribadian proaktif mempertimbangkan kemungkinan bahwa individu mampu menciptakan lingkungan mereka sendiri dengan lebih leluasa. Pada saat individu mampu menciptakan lingkungan, maka individu tersebut diasumsikan memilki kapasitas. Salah satu kapasitas tersebut adalah untuk mempengaruhi orang lain yang disebut power. Dalam konteks organisasional, power secara informal digunakan untuk meningkatkan atau melindungi self-interest, dan biasanya mengorbankan tujuan bersama organisasi. Kondisi ini kemudian dikenal dengan istilah ‘politik organisasional’. Dalam penelitian yang dilakukan Cook, et al. (1999), ditemukan bahwa politik organisasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja dengan dimoderasi oleh 38 political behavior. Artinya, ketika situasi politik organisasional yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang cenderung meningkat, maka akan berpengaruh langsung dan negatif terhadap kepuasan kerja. Pengaruh langsung ini akan lebih kuat ketika ada unsur political nfluence behavior yang memoderasi. Kapasitas individu untuk mengubah perilaku atau sikap orang lain untuk menunjukkan self-interest disebut politik. Beberapa praktisi dan peneliti telah menguji aspek politik organisasional dan political behavior dan belum ditemukan perbedaan secara jelas antara kedua konstrak tersebut, meskipun penelitian di akhir dekade ini kemudian berkembang bahwa politik organisasional dan political behavior adalah dua konstrak yang terpisah. Perilaku politik untuk mempengaruhi lingkungan dalam penelitian ini kemudian dikenal dengan political influence behavior. Political influence behavior didefinisikan sebagai perilaku yang tidak ada sanksinya secara organisasional yang sebenarnya kemungkinan dapat saja merugikan organisasi dalam mencapai tujuan atau menunjukkan rasa senang pada orang lain dalam organisasi (Ferris, Rush, dan Fandt, 1989; Gantz dan Murray, 1980).
 Sedangkan menurut Judge dan Bretz (1989), political influence behavior didefinisikan sebagai proses pengaruh sosial dan perilaku yang secara strategik didisain untuk memaksimumkan self-interest baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sesuai dengan penelitian  Cook, et al (1999), political influence behavior dalam penelitian ini memiliki dua indikator, yakni self promotion dan ingratiation. 
1. Self promotion Self promotion merupakan perilaku yang berfokus pada ‘attention getting’. Mereka berperilaku di hadapan orang lain agar mendapat perhatian. Individu yang melakukan self promotion dipandang lebih dari sekedar perilaku ramah. Tujuan mereka adalah untuk memberikan menunjukkan kompetensinya melalui ekspresi percaya diri, secara langsung menaruh perhatian pada penyempurnaaan tujuannya, atau dengan memberi contoh perilaku yang mengasumsikan target secara individu. Individu pelaku self promotion berupaya melakukan perilaku spesifik untuk membangun image bahwa pelaku politik sebagai seorang pekerja yang memiliki kompetensi, cerdas, dan atau pekerja yang berdedikasi (Cook, et al., 1999). Supervisor-focused tactics merupakan manifestasi dari strategic ingratiation behavior. Sedangkan job-focused tactics merupakan manifestasi dari strategic self-promotion (Judge & Bretz, 1994). Menurut Ferris dan Judge (1991), self promotion adalah tindakan yang ditimbulkan untuk memperjelas prestasi, karakteristik dan kualitas kepribadian seseorang dalam upayanya untuk menunjukkan dirinya sendiri dengan cara atau gaya yang baik. Individual yang melakukan self promotion cenderung memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya, yakni agar terlihat cakap dalam pekerjaannya. 
 Dalam literatur psikologi, self promotion seringkali menimbulkan bias, yaitu selfserving bias. Bias ini mengarah pada kecenderungan individu untuk menghubungkan kesuksesan hasil, misalnya kesuksesan dalam menjalankan tugas/pekerjaan dengan dirinya sendiri. Dengan membuat pernyataan menyesal atau permintaan maaf atas suatu kejadian negatif, individu secara aktif mempromosikan penilaian mengenai kualifikasi, kebaikan atau jasa, dan kinerja mereka kepada sasaran/target.
 2. Ingratiation Ingratiation merupakan perilaku politik yang berupa perilaku verbal mamupun non verbal dan bersifat reaktif, Mereka memiliki tujuan meraih target/sasaran dan respon dari sasaran/obyeknya. Fokus perilaku ingratiation adalah pada ‘attention giving’. Mereka berperilaku di hadapan orang lain dengan memberi banyak perhatian, melalui lebih menyetujui pendapat target/sasaran, mengekspresikan diri dengan melakukan penyesuaian diri terhadap nilai sasaran/target (Cook, et al., 1999). Perilaku ingratiaon diwujudkan dengan memberi pujian, pengungkapan niat baik, berlaku rendah hati, dan bersikap bersahabat sebelum mengajukan permintaan. 
Di samping itu, ingratiation didefinisikan sebagai perilaku mempengaruhi yang bertujuan untuk lebih disukai oleh, atau mirip dengan target individual (Judge & Bretz, 1994). Perilaku ingratiation merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk membuat dirinya lebih menarik di mata orang lain (Linden & Mitchell, 1988). Definisi tersebut memberikan makna lebih luas, yakni perilaku ingratiation selalu  sopan/baik didorong oleh usaha untuk menggunakan pengaruh dan/atau mendapatkan keuntungan politik. Meskipun perilaku ingratiation kemungkinan tidak selalui melibatkan metode yang berliku-liku untuk memanipulasi orang lain, dalam kenyataannya beberapa individu secara tidak ada telah menggunakan perilaku ingratiation (Liden & Mitchel, 1988). Liden & Mitchel (1988) menyatakan bahwa individu yang memiliki keperibadian proaktif akan akan bertindak mengarah pada political influence behavior melalui self promotion dan ingratiation karena kecakapan yang mereka miliki.

Tidak ada komentar: