Grant dan Ashford (2008) memaparkan perilaku proaktif merupakan bentuk
tertentu dari perilaku motivasi kerja. Motivasi adalah serangkaian kekuatan yang
menyebabkan orang untuk terlibat dalam suatu perilaku (Moorhead & Griffin,
2013:86). Tindakan proaktif adalah sebuah proses yang dapat diterapkan untuk
setiap set melalui tindakan mengantisipasi, perencanaan, dan berusaha untuk
memiliki dampak (Grant & Ashford, 2008). Hal ini sejalan dengan pandangan
historis pada motivasi yang menyatakan bahwa karyawan termotivasi oleh
)
kebutuhan akan perasaan berguna dan penting,
2) kebutuhan sosial yang kuat,
3)
keinginan berkontribusi dan mampu benar-benar memberikan kontribusi
(Moorhead & Griffin, 2013:88).
Parker et al. (2010) memaparkan bahwa tindakan proaktif adalah tindakan
yang termotivasi, sadar, dan memiliki tujuan yang terarah. Wu dan Parker (2011)
menyatakan bahwa motivasi merupakan dasar dari perilaku proaktif. Parker et al.
(2010) mengidentifikasi pernyataan motivasi can do dan reason to sebagai
dorongan perilaku proaktif. Can do digambarkan pada expectancy theory,
seseorang berperilaku proaktif untuk memenuhi tujuan hidup yang penting atau
nilai-nilai yang penting bagi dirinya. Selain hal tersebut, seseorang akan mengejar
tujuan proaktif karena mereka menyadari dan memiliki gambaran bahwa perubahan
terhadap hasil masa depan penting untuk diri sendiri dan/atau untuk orang lain.
Reason to digambarkan pada self-determination theory dimana berdasarkan definisi
dinyatakan bahwa perilaku proaktif merupakan otonom bukan diatur secara
ekternal oleh ketidakpastian orang lain (Parker et al., 2010)
Expectancy theory adalah sebuah teori dimana kekuatan seseorang untuk
kecenderungan bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan harapan
seseorang bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang diberikan dan
pada daya tarik dari hasil itu untuk individu. Karyawan akan termotivasi untuk
mengerahkan usaha tinggi ketika mereka percaya hal tersebut akan menyebabkan
penilaian kinerja yang baik; bahwa penilaian yang baik akan menyebabkan
penghargaan organisasi seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi; dan bahwa
penghargaan akan memuaskan tujuan pribadi karyawan (Robbins & Judges,
2013:224).
Teori ini berfokus pada tiga hubungan diantaranya:
1. Hubungan usaha - kinerja. Probabilitas dirasakan oleh individu yang
mengerahkan usaha akan mengakibatkan kinerja.
2. Hubungan kinerja - penghargaan. Tingkat dimana individu percaya tampil
ditingkat tertentu akan mengarah pada pencapaian hasil yang diinginkan.
3. Hubungan penghargaan - tujuan pribadi. Tingkat dimana penghargaan
organisasi memenuhi tujuan pribadi individu atau kebutuhan dan daya tarik
akan potensi penghargaan individu.
Individu ingin dan perlu menjadi proaktif atau melihat nilai yang terkait
dengan menjadi proaktif untuk mencapai masa depan yang berbeda (Parker et al.,
2010)
. Hal tersebut sejalan dengan Bateman and Crant (1993) yang memaparkan
bahwa individu proaktif, aktif menciptakan perubahan lingkungan. Seperti yang
disampaikan oleh Parker et al. (2010) proaktif memiliki tiga atribut kunci yaitu
dimulai dari diri sendiri, berorientasi perubahan, dan fokus pada masa depan.
Self-determination theory adalah sebuah teori dari motivasi yang peduli
dengan efek dari motivasi instrinsik dan efek berbahaya dari motivasi ekstrinsik.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa, seseorang lebih memilih untuk merasa memiliki
kendali atas tindakannya, sehingga apapun yang membuat tugas yang dinikmati
sebelumnya menjadi suatu kewajiban daripada aktivitas yang dipilih secara bebas
akan melemahkan motivasi (Robbins & Judges, 2013:208). Self-determination
theory menyatakan berbagai jenis motivasi otonom dapat mendorong tujuan proses
proaktif. Parker et al. (2010) menguraikan dalam beberapa alasan. Pertama,
seseorang akan lebih mungkin mengatur dan berusaha untuk tujuan proaktif saat
seseorang merasakan pekerjaan mereka menyenangkan, ketertarikan instrinsik.
Self-determination theory mengusulkan seseorang termotivasi untuk
mempertahankan tingkat optimal ransangan dan hal tersebut merupakan kebutuhan
11
dasar individu yaitu kompetensi, otonomi, dan hubungan keterkaitan. Menjadi
proaktif dapat meningkatkan tantangan, hal tersebut menjadi pemenuhan dasar
kebutuhan individu yaitu kompetensi dan otonomi. Kedua, alasan untuk mengatur
dan berusaha untuk tujuan proaktif adalah memenuhi tujuan hidup penting atau
mengekspresikan nilai penting bagi diri. Alasan ketiga, individu akan mengejar
tujuan proaktif karena mereka menyadari bahwa perubahan terhadap bayangan
hasil masa depan merupakan hal penting untuk diri sendiri dan/atau untuk orang
lain (Parker et al., 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar