Senin, 06 April 2020

Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Perilaku Proaktif pada Karyawan (skripsi dan tesis)

Karyawan yang proaktif akan menunjukkan perilaku yang bersifat selfdirected, antisipatif, dan fokus pada masa depan dengan tujuan untuk membawa perubahan baik bagi situasi yang dihadapinya, dirinya sendiri, orang lain, kelompok, maupun organisasi. Perilaku ini mengubah serta membantu karyawan untuk mencapai potensi yang maksimal dan menghasilkan tingkat kinerja yang lebih baik (Bass dan Avolio, dalam Dvir, dkk., 2002). Perilaku proaktif dapat diketahui dari karakteristik-karakteristik yang diungkapkan oleh Covey (2001), yaitu kebebasan memilih respon, kemampuan untuk mengambil inisiatif, dan kemampuan untuk bertanggung jawab. Covey (2001), menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku proaktif, terutama yang berkenaan dengan paradigma diri sendiri atau faktor internal, yaitu kepercayaan, motivasi, kebiasaan, dan sikap yang memunculkan persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap atasannya sendiri. Gaya kepemimpinan transformasional akan memicu pemimpin untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan agar karyawan dapat menggali potensinya masing-masing dan lebih memajukan perusahaan. Karakteristik gaya kepemimpinan transformasional menurut Yukl (2005), yaitu: pengaruh ideal, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian indvidual. Pengaruh ideal merupakan pemimpin yang memperhatikan karyawannya, memberi visi, serta menanamkan rasa bangga pada karyawannya (Bass, 1990). Kepemimpinan transformasional menyangkut bagaimana mendorong orang lain untuk berkembang dan menghasilkan performa melebihi standar yang diharapkan (Bass, 1990). Pimpinan yang memiliki gaya transformasional mampu menginspirasi orang lain untuk melihat masa depan dengan optimis, memproyeksikan visi yang ideal, dan mampu mengkomunikasikan bahwa visi tersebut dapat dicapai (Benjamin dan Flyinn, dalam Haryati, 2014). Ketika karyawan melihat pemimpinnya menggunakan pendapat–pendapat atau kalimat– kalimat yang positif saat berkomunikasi, menanamkan rasa bangga terhadap produk yang dijual, dan pekerjaan yang dilakukan saat ini, karyawan menilai  bagaimana perilaku pemimpin dan hal ini memunculkan rasa hormat, percaya pada pemimpinnya, serta rasa percaya diri (Bass, 1990). Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri sendiri (internal) maupun hal–hal dari luar (eksternal) individu yang bersangkutan (Dariyo, 2004). 
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan memberikan motivasi sederhana yang dapat mendorong karyawan untuk mencapai tujuannya dan lebih meningkatkan kinerjanya. Bass dan Avolio (1994) dan Burns (1978) berargumen bahwa kepemimpinan transformasional lebih proaktif dan lebih efektif dalam hal memotivasi bawahan untuk mencapai performa yang lebih baik. Melalui motivasi yang menginspirasi ini, karyawan bisa mencapai tujuannya dan menjadi proaktif dalam berperilaku di perusahaan, serta memiliki kemampuan inisiatif untuk menyelesaikan persoalan (Bass dan Avolio, 1994 dan Burns, 1978). Perusahaan yang ada pada masa-masa saat ini juga harus mengikuti perkembangan jaman. Perusahaan harus mengikuti era teknologi yang semakin berkembang pesat dan sumber daya manusianya pun harus bisa mengikuti, menerapkan, serta mengembangkan hal-hal tersebut agar perusahaannya semakin maju. Begitu juga pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan selalu berupaya menciptakan iklim yang kondusif agar karyawannya bisa mengembangkan ide-ide yang lebih kreatif. Efek dari gaya kepemimpinan transformasional diharapkan akan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi pemahaman serta visi, misi, dan sasaran-sasaran, serta tingkat penerimaan bawahan yang lebih baik (Bersona dan Avolio, dalam Haryati, 2014). Perbedaan 41 pendapat sering terjadi antara pimpinan dan karyawan perusahaan, namun hal tersebut dipandang sebagai hal yang biasa terjadi, karena melalui perbedaan pendapat tersebut akan memunculkan ide-ide baru untuk kemajuan perusahaan. Melalui kondisi iklim yang kondusif ini, karyawan merasa dilibatkan dalam campur tangan kemajuan perusahaan, karyawan tidak lagi menjadi seperti bawahan namun menjadi rekan kerja, sehingga karyawan dapat lebih memberikan ide-ide nya untuk perusahaan. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan memberikan perhatian pada bawahannya secara personal, menghargai perbedaan setiap individu, memberi nasehat serta penghargaan (Bass, 1990). Perhatian secara personal merupakan identifikasi awal terhadap potensi para bawahan, sedangkan monitoring karyawan dan pengarahan merupakan bentuk perhatian secara personal yang diaplikasikan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntunan yang diberikan oleh pemimpin transformasional (Bass, 1990). Para pimpinan transformasional lebih mampu dan lebih sensitif merasakan lingkungannya, dan untuk selanjutnya membentuk sasaran-sasaran strategis yang mampu menangkap perhatian serta minat para bawahannya (Bersona dan Avolio, dalam Haryati, 2004).
 Para pengikut pimpinan transformasional memperlihatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi terhadap misi organisasi, kesediaan untuk bekerja lebih keras, kepercayaan yang lebih tinggi terhadap pimpinan, dan tingkat kohesi yang lebih tinggi (Avolio, 1999). Melalui perhatian individual ini, karyawan merasa lebih mengenal dan akan menaruh respek pada pimpinannya. 42 Dalam konteks ini pemimpin sebenarnya memiliki peran penting yang mendukung perilaku proaktif tersebut, yaitu dengan menunjukkan dukungannya secara umum terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh bawahannya, mendorong otonomi dan memberdayakannya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih seperti yang ditunjukkan dalam penelitian Avolio, dkk., (1999). Ketika dipimpin oleh pemimpin yang menampilkan gaya kepemimpinan transformasional, karyawan akan memiliki kepribadian proaktif (aktif mengusulkan cara baru menyelesaikan pekerjaan), menjadi lebih yakin untuk berfikir dan bertindak “diluar kotak” (out of the box) karena pemimpin menantang karyawan untuk melawan status quo. Hal ini memberikan isyarat jika tindakan proaktif tersebut diinginkan di dalam organisasi. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional akan mendorong karyawan agar lebih responsif dan termotivasi untuk aktif mencari dan mengambil peluang dalam bekerja bahkan melebihi harapan pekerjaannya. Selain itu, karyawan juga akan terdorong untuk selalu mencari cara baru dalam menyelesaikan masalah yang rumit. Kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif dengan memperluas dan mendukung tujuan karyawan sehingga membuat karyawan lebih percaya diri untuk tampil melebihi harapan yang ditentukan (Dvir, dkk., 2002). Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Hartog dan Belschak (2012) yang menunjukkan bahwa persepsi gaya kepemimpinan transformasional berhubungan secara positif dan signifikan dengan perilaku proaktif

Tidak ada komentar: