Karyawan yang proaktif akan menunjukkan perilaku yang bersifat selfdirected, antisipatif, dan fokus pada masa depan dengan tujuan untuk membawa
perubahan baik bagi situasi yang dihadapinya, dirinya sendiri, orang lain,
kelompok, maupun organisasi. Perilaku ini mengubah serta membantu karyawan
untuk mencapai potensi yang maksimal dan menghasilkan tingkat kinerja yang
lebih baik (Bass dan Avolio, dalam Dvir, dkk., 2002). Perilaku proaktif dapat
diketahui dari karakteristik-karakteristik yang diungkapkan oleh Covey (2001), yaitu kebebasan memilih respon, kemampuan untuk mengambil inisiatif, dan
kemampuan untuk bertanggung jawab.
Covey (2001), menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
proaktif, terutama yang berkenaan dengan paradigma diri sendiri atau faktor
internal, yaitu kepercayaan, motivasi, kebiasaan, dan sikap yang memunculkan
persepsi gaya kepemimpinan transformasional terhadap atasannya sendiri. Gaya
kepemimpinan transformasional akan memicu pemimpin untuk lebih
meningkatkan kinerja karyawan agar karyawan dapat menggali potensinya
masing-masing dan lebih memajukan perusahaan. Karakteristik gaya
kepemimpinan transformasional menurut Yukl (2005), yaitu: pengaruh ideal,
motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian indvidual.
Pengaruh ideal merupakan pemimpin yang memperhatikan karyawannya,
memberi visi, serta menanamkan rasa bangga pada karyawannya (Bass, 1990).
Kepemimpinan transformasional menyangkut bagaimana mendorong orang lain
untuk berkembang dan menghasilkan performa melebihi standar yang diharapkan
(Bass, 1990). Pimpinan yang memiliki gaya transformasional mampu
menginspirasi orang lain untuk melihat masa depan dengan optimis,
memproyeksikan visi yang ideal, dan mampu mengkomunikasikan bahwa visi
tersebut dapat dicapai (Benjamin dan Flyinn, dalam Haryati, 2014). Ketika
karyawan melihat pemimpinnya menggunakan pendapat–pendapat atau kalimat–
kalimat yang positif saat berkomunikasi, menanamkan rasa bangga terhadap
produk yang dijual, dan pekerjaan yang dilakukan saat ini, karyawan menilai bagaimana perilaku pemimpin dan hal ini memunculkan rasa hormat, percaya
pada pemimpinnya, serta rasa percaya diri (Bass, 1990).
Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar yang
dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri sendiri (internal) maupun
hal–hal dari luar (eksternal) individu yang bersangkutan (Dariyo, 2004).
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan memberikan
motivasi sederhana yang dapat mendorong karyawan untuk mencapai tujuannya
dan lebih meningkatkan kinerjanya. Bass dan Avolio (1994) dan Burns (1978)
berargumen bahwa kepemimpinan transformasional lebih proaktif dan lebih
efektif dalam hal memotivasi bawahan untuk mencapai performa yang lebih baik.
Melalui motivasi yang menginspirasi ini, karyawan bisa mencapai tujuannya dan
menjadi proaktif dalam berperilaku di perusahaan, serta memiliki kemampuan
inisiatif untuk menyelesaikan persoalan (Bass dan Avolio, 1994 dan Burns, 1978).
Perusahaan yang ada pada masa-masa saat ini juga harus mengikuti
perkembangan jaman. Perusahaan harus mengikuti era teknologi yang semakin
berkembang pesat dan sumber daya manusianya pun harus bisa mengikuti,
menerapkan, serta mengembangkan hal-hal tersebut agar perusahaannya semakin
maju. Begitu juga pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan
selalu berupaya menciptakan iklim yang kondusif agar karyawannya bisa
mengembangkan ide-ide yang lebih kreatif. Efek dari gaya kepemimpinan
transformasional diharapkan akan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi
pemahaman serta visi, misi, dan sasaran-sasaran, serta tingkat penerimaan
bawahan yang lebih baik (Bersona dan Avolio, dalam Haryati, 2014). Perbedaan
41
pendapat sering terjadi antara pimpinan dan karyawan perusahaan, namun hal
tersebut dipandang sebagai hal yang biasa terjadi, karena melalui perbedaan
pendapat tersebut akan memunculkan ide-ide baru untuk kemajuan perusahaan.
Melalui kondisi iklim yang kondusif ini, karyawan merasa dilibatkan dalam
campur tangan kemajuan perusahaan, karyawan tidak lagi menjadi seperti
bawahan namun menjadi rekan kerja, sehingga karyawan dapat lebih memberikan
ide-ide nya untuk perusahaan.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan memberikan
perhatian pada bawahannya secara personal, menghargai perbedaan setiap
individu, memberi nasehat serta penghargaan (Bass, 1990). Perhatian secara
personal merupakan identifikasi awal terhadap potensi para bawahan, sedangkan
monitoring karyawan dan pengarahan merupakan bentuk perhatian secara
personal yang diaplikasikan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntunan
yang diberikan oleh pemimpin transformasional (Bass, 1990). Para pimpinan
transformasional lebih mampu dan lebih sensitif merasakan lingkungannya, dan
untuk selanjutnya membentuk sasaran-sasaran strategis yang mampu menangkap
perhatian serta minat para bawahannya (Bersona dan Avolio, dalam Haryati,
2004).
Para pengikut pimpinan transformasional memperlihatkan tingkat
komitmen yang lebih tinggi terhadap misi organisasi, kesediaan untuk bekerja
lebih keras, kepercayaan yang lebih tinggi terhadap pimpinan, dan tingkat kohesi
yang lebih tinggi (Avolio, 1999). Melalui perhatian individual ini, karyawan
merasa lebih mengenal dan akan menaruh respek pada pimpinannya.
42
Dalam konteks ini pemimpin sebenarnya memiliki peran penting yang
mendukung perilaku proaktif tersebut, yaitu dengan menunjukkan dukungannya
secara umum terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh bawahannya, mendorong
otonomi dan memberdayakannya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih
seperti yang ditunjukkan dalam penelitian Avolio, dkk., (1999). Ketika dipimpin
oleh pemimpin yang menampilkan gaya kepemimpinan transformasional,
karyawan akan memiliki kepribadian proaktif (aktif mengusulkan cara baru
menyelesaikan pekerjaan), menjadi lebih yakin untuk berfikir dan bertindak
“diluar kotak” (out of the box) karena pemimpin menantang karyawan untuk
melawan status quo. Hal ini memberikan isyarat jika tindakan proaktif tersebut
diinginkan di dalam organisasi.
Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional akan
mendorong karyawan agar lebih responsif dan termotivasi untuk aktif mencari dan
mengambil peluang dalam bekerja bahkan melebihi harapan pekerjaannya. Selain
itu, karyawan juga akan terdorong untuk selalu mencari cara baru dalam
menyelesaikan masalah yang rumit. Kepemimpinan transformasional memberikan
pengaruh positif dengan memperluas dan mendukung tujuan karyawan sehingga
membuat karyawan lebih percaya diri untuk tampil melebihi harapan yang
ditentukan (Dvir, dkk., 2002). Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Hartog
dan Belschak (2012) yang menunjukkan bahwa persepsi gaya kepemimpinan
transformasional berhubungan secara positif dan signifikan dengan perilaku
proaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar