Herskovitch mendefinisikan resistensi terhadap perubahan sebagai perilaku
karyawan yang dimaksudkan untuk menghindari perubahan dan atau mengganggu
suksesnya penerapan perubahan dalam bentuk tertentu. (dalam Boohene & Williams,
2012). Pengertian lain tentang resistensi terhadap perubahan juga diartikan sebagai
sikap atau perilaku yang mengindikasikan tidak adanya keinginan untuk mendukung
atau membuat sebuah perubahan (Mullins; Schermerhorn; Hunt & Osborn dalam
Yilmaz & Kilicoglu, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi terhadap perubahan pada tataran
individu menurut Sembiring (2009) terdiri atas :
1. Kebiasaan kerja
Resistensi terjadi karena karyawan khawatir kebiasaan kerja yang ia praktikkan
selama ini yang sudah nyaman akan berubah menjadi kebiasaan kerja baru yang
mungkin bisa mengganggu atau merepotkan karyawan tersebut.
2. Keamanan
Perubahan dapat menimbulkan perasaan tidak aman, perasaan tidak aman muncul
karena karyawan merasa takut akan pemecatan, merasa khawatir apakah
karyawan tersebut masih memenuhi syarat untuk tetap menduduki jabatan atau
posisi yang dia pangku selama ini, atau apakah karyawan tersebut akan digantikan
oleh seseorang.
3. Ekonomi
Faktor ekonomi seperti gaji merupakan hal yang sering ditanyakan ketika terjadi
perubahan dalam organisasi. Setiap karyawan akan berharap bahwa perubahan
tidak berdampak pada menurunya gaji.
4. Sesuatu yang tidak diketahui
Karyawan akan berpandangan bahwa suatu perubahan akan membawa pada
perubahan berikutnya. Perubahan-perubahan tersebut merupakan hal yang tidak
diketahui karyawan.
5. Pemrosesan informasi
Resistensi seseorang terhadap perubahan dapat terjadi karena karyawan tidak
menerima informasi secara komprehensif. Kurangnya pemahaman akan informasi
tersebut dapat juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan menginterpretasikan
informasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar