Kesejahteraan merupakan satu konsep yang meluas digunakan,
tetapi belum dapat diertikan dengan jelas dalam kepustakaan sains sosial (Levy
& Guttman, 2005). Konsep tersebut mempunyai banyak dimensi yang
menjadikannya sukar dideļ¬nisikan. Hal inilah yang kemudian memebrikan pemahaman
berbeda mengenai kesehjateraan hidup itu sendiri karena masing-masing ahli
memiliki sudut pandang berbeda dalam mendefinisikan. Menurut Corsini (2002), pengertian well-being
adalah suatu keadaan subyektif yang baik, termasuk kebahagiaan, selfesteem, dan
kepuasan dalam hidup.
Menurut Diener (2000) menunjukkan bahwa Subjective well-being
(kesejahteraan subjektif) adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman
hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan
merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis. Dalam pemahaman Diener juga
menunjukkan adanya keterkaitan antar kesehjateraan hidup dengan kebahagiaan dimana
seseorang yang memiliki kesehjateraan hidup tinggi maka dianggap akan memiliki
kesetaraan pula dalam tingkat kebahagiaan hidup yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Ryff (1995), kesejahteraan psikologis
(psychological well-being) adalah suatu kondisi seseorang yang bukan hanya
bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi lebih dari itu
yaitu kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan menerima diri. Kesejahteraan psikologis dijelaskan sebagai
pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika
individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan
hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi
yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara
personal. Konsep Ry merumuskan pendekatan multidimensional dari teori-teori
yang mengungkapkan tentang fungsi positif individu dari beberapa tokoh, yaitu
teori aktualisasi diri (self actualization) dari Maslow, orang yang berfungsi
penuh (fully functioning person) dari pandangan Rogers, individuasi dari
pandangan Jung, dan kematangan dari Allport (Ry Singer dalam Snyder Lopez, 2002)
Dalam pemahaman lain juga disebutkan bahwa kesehjateraan
psikologis berkaitan dengana adanya gangguan mental yang dialami seorang
individu tersebut. Kesejahteraan psikologis pada individu tidak hanya dipandang
sebagai tidak adanya gang¬guan mental, tetapi juga kesadaran individu tersebut
tentang sumber daya psikologis yang positif yang dimilikinya (Christopher,
1999; Huppert, 2009; Moeenizadeh & Sala-game, 2010).
Dalam penelitian ini akan menggunakan pengertian Ry Singer
dimana seseorang memiliki kesehjateraan hidup apabila seseorang dapat melakukan
pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu
dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup,
mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang
mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar