Selasa, 21 April 2020

Pengertian Grief Pasca Perinatalloss (skripsi dan tesis)

Kematian perinatal (perinatal loss) adalah kematian janin dalam rahim pada usia kehamilan > 20 minggu dan berat janin > 500 gram (kamus kebidanan, 2014). Menurut Manuaba (2007) perinatal loss adalah kematian janin sejak berumur di atas 20 minggu dalam uterus, kematian bayi baru lahir serta kematian bayi yang berumur 7 hari di luar kandungan. Menurut American Academy of Family Physician (2007) mengemukakan bahwa perinatal loss merupakan kehamilan yang berakhir secara tiba-tiba ditandai dengan kematian fetus. Kematian perinatal (perinatal loss) dibagi atas 4 macam penyebab secara etiologi yaitu (a) Fetal, penyebabnya 25-40% seperti anomali atau malformasi kongenital mayor, kelainan kromosom, janin yang hiperaktif, serta adanya infeksi akibat virus maupun bakteri; (b) Placental, penyebabnya 25-35% seperti abruption, kerusakan tali pusat, infeksi plasenta serta selaput ketuban, plasenta previa, pendarahan janin ke ibu; (c) Maternal, penyebab 5-10%nya seperti diabetes melitus, hypertensi, ruptus uterus dan adanya trauma pada ibu, epelepsi, anemia berat; (d) Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan. Krakovsky (2006) mengemukan bahwa kehamilan tidak berhasil sampai ke persalinan hampir selalu menimbulkan shock. Peristiwa tersebut dapat menimbulkan trauma fisik maupun psikologis. Menurut Khon &Moffit (2002) , perinatal loss dapat membuat individu shock, denail, stres, cemas, grief serta depresi . Ibu dengan kasus perinatal loss akan mengalami fase grief. Grief merupakan istilah yang mengindikasikan reaksi alamiah yang terjadi pada individu akibat kehilangan (baik berupa primary losses/actual losses maupun secondary losses/symbolic losses) yang meliputi reaksi fisik, psikologis (emosi dan kognisi), perilaku, sosial dan spiritual (Harvey dalam Fahransha, 2008). Kondisi objektif individu yang mengalami kehilangan seseorang yang berharga bagi individu tersebut dikenal dengan istilah bereavement sedangkan mourning/grief work adalah respon kehilangan dan duka cita sebagai usaha mengatasinya dan respon untuk belajar hidup dengan apa yang telah terjadi (Nabe & Corr, 2009). Dalam pernyataan lain disebutkan bahwa grief atau rasa berduka cita merupakan reaksi terhadap kehilangan seseorang dimana individu tersebut mengalami penderitaan emosional akibat sesuatu atau seseorang yang dicintai atau memiliki harapan besar telah menghilang (Smith dalam Lim, 2013). Konsep grief telah seringkali dibahas pada berbagai literatur yang berhubungan dengan berbagai peristiwa kehilangan dalam hidup seseorang, seperti kematian dan pemutusan ikatan emosional yang penting. Menurut Santrock (2007), duka cita (grief) adalah kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih, dan kesepian yang menyertai disaat individu kehilangan orang yang dicintai. Grief, menurut Papalia dkk (2008) ialah kehilangan, karena kematian seseorang yang dirasakan dekat dengan yang sedang berduka dan proses penyesuaian diri kepada kehilangan. Grief menurut Chaplin (2014) adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan disertai rasa menderita, dikutin dengan sedu sedan serta tangisan

Tidak ada komentar: