Kamis, 30 April 2020

Membangun Budaya Berubah (skripsi dan tesis)

Membudayakan perubahan berarti memanfaatkan seluruh sumberdaya dan potensi organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis atau menjadikan organisasi memiliki bargaining power sehingga memiliki kekuatan untuk proactive to change. Membudayakan perubahan berarti rnenjadikan setiap individu dalam organisasi bernilai dan menjadikannya sebagai sumber perubahan yang penting, membudayakan perubahan juga berarti menanamkan paradigma bahwa setiap orang adalah agen perubah dan memiliki peran yang strategis untuk pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Budaya organisasi yang di dalamnya terdapat nilai-nilai perubahan akan lebih mudah untuk menghadapi dinamisasi lingkungan dengan menghasilkan kreativitas dan inovativitas yang barn. Pada intinya membudayakan perubahan adalah menanamkan spirit of the change pada setiap individu dalam organisasi. Semangat perubahan dapat dilakukan dengan melakukan sharing knowledge, memberikan penghargaan kepada setiap individu (appreciating capabilities), dan melakukan setiap aktivitas untuk kepentingan organisasi.
 1. Sharing knowledge 
Pengetahuan merupakan informasi yang relevan, dapat diaplikasikan dan sebagian didapatkan melalui pengalaman (Leonard dan Sensiper), pengetahuan dapat berbentuk nyata (explicit) dan abstrak (implicit). Pengetahuan yang berbentuk abstrak dinamakan tacit knowledge yaitu pengetahuan atau informasi yang sukar untuk diartikulasikan atau dinyatakan secara verbal, biasanya didapatkan melalui pengalaman (Lubit, 2001; Berman et.al, 2002). Berman et.al (2002) menyatakan bahwa tacit knowledge merupakan sumberdaya penting bagi banyak organisasi untuk mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Organisasi harus memiliki knowledge yang bersifat khusus dan sukar untuk ditiru oleh organisasi lain dan dalam waktu yang bersamaan harus menghasilkan pengetahuan yang baru agar dapat unggul dari para pesaingnya (lubit, 2001). Tacit knowledge memiliki karakter yang sulit ditiru karena terbentuk dari pengalaman individu. Tacit knowledge hanya dapat dirasakan rnanfaatnya dengan melakukan interaksi (sharing) antar individu dalam waktu yang tidak pendek. Interaksi antar individu penting untuk dilakukan karena masing-masing orang merniliki tacit knowledge yang berbeda-beda, hal ini bisa menjadi sebuah keunggulan organisasi bila tacit knowledge mampu dijadikan kompetensi inti sebuah organisasi. Lubit 129 (2001) menyebutkan tiga cara untuk mengubah tacit knowledge menjadi kompetensi inti sebuah organisasi yaitu dengan melakukan kerjasama dengan para pakar dan pe1atih dalam pekerjaan, membangun jaringan dalam organisasi dan bekerja berdasarkan tim atau kelompok, dan melakukan pencatatan terhadap tacit knowledge yang telah terjadi pada masa sebelumnya. Knowledge merupakan salah satu sumberdaya perubahan yang melekat pada ciri seseorang dan dapat dijadikan alat untuk membudayakan perubahan dalam organisasi karena knowledge dapat melahirkan inovasi dan kreativitas baru yang dapat mendorong organisasi untuk berubah. Sharing knowledge mendorong individu untuk selalu berinteraksi satu sama lain sehingga masing-masing individu dapat meningkatkan knowledge-nya. Setiap individu harus memainkan perannya sebagai knowledge broker yang mampu memberikan informasi dan pengetahuan pada pihak-pihak yang belum mendapatkannya. Sharing knowledge merupakan interaksi antar individu yang dapat merubah cara pandang seseorang tentang pentingnya perubahan dan menumbuhkembangkan semangat untuk berubah. Sarana yang paling tepat untuk sharing knowledge adalah dengan membentuk tim dalam organisasi, sehingga sharing knowledge bisa terjadi antara individu atau antara tim. Tim merupakan sarana yang tepat karena terdiri dari berbagai individu dengan knowledge yang berbeda dan diharapkan dari interaksi di dalam tim tersebut tercipta ide-ide baru yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan perubahan lingkungan ekstemal. Hitt (2000) menyebutkan bahwa multicultural work teams merupakan sarana yang sesuai untuk menciptakan budaya yang inovatif karena tim ini terdiri dari individu dengan pendekatan pemecahan masalah yang beragam. Metode pengajaran (teaching) dilakukan oleh Ford Motor Company dibawah kepemimpinan Jacques Nasser sebagai sarana untuk sharing knowledge (Wetlaufer, 1999). Setiap individu dapat menjadi teacher dengan menuangkan segala ide dan gagasan yang dapat memajukan organisasinya, karena pada dasarnya setiap individu memiliki potensi untuk memberikan masukan kepada organisasi tentang bagaimana organisasi harus berubah dan melakukan perubahan. Tentu saja ide dan gagasan yang diberikan dicurahkan tersebut sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing individu. Pengalaman adalah guru pada masing-masing individu dan akan bermanfaat bila diajarkan kepada orang lain sehingga menjadi sebuah pengalaman baru yang lama- kelamaan akan terakumulasi menjadi knowledge yang bernilai. 
2. Memberikan penghargaan kepada individu 
Perusahaan mobil BMW merupakan salah satu organisasi dengan tingkat inovativitas yang tinggi karena setiap orang dituntut untuk terus berkreasi. Pekerja di BMW memiliki semangat yang tinggi untuk menghasilkan inovasi karena mereka merasa bahwa setiap bagian dari mobil BMW merupakan hasil dari karyanya. Appreciating, itulah kuncinya sehingga inovasi yang dihasilkan tidak pemah berhenti. Setiap individu terus berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baru, mereka terbiasa dengan perubahan karena tanpa berubah mereka akan kalah oleh pesaingnya. Kreativitas dapat lahir bila organisasi memberikan tantangan kepada individu, selain itu organisasi juga harus memberikan kebebasan, mendukung dengan sumberdaya yang dimiliki, dan melibatkannya dalam sebuah tim (Amabile, 1998). Appreciating berarti manajemen tingkat atas harus melakukan interaksi 130 dengan pekerja di tingkat bawah. Pimpinan harus menyadari bahwa sumber perubahan bisa berasal dari setiap lapis an organisasi. Menanyakan sesuatu kepada individu sesuai dengan kapasitas dan keahliannya merupakan salah satu cara untuk menghargai keberadaannya dan langkah yang efektif untuk membudayakan perubahan. Ide-ide yang berasal dari setiap individu dalam organisasi merupakan sumber perubahan yang sangat berharga, karena ide-ide tersebut berasal dari kalangan bawah yang biasanya menggambarkan keadaan organisasi sesungguhnya. Memberikan penghargaan kepada individu karena kontribusinya terhadap organisasi berarti juga memberikan motivasi untuk bekerja lebih baik lagi sehingga dapat menghasilkan kreativitas baru.
 3. Melakukan aktivitas untuk kepentingan organisasi 
Membudayakan perubahan dapat dilakukan dengan merubah cara pandang setiap individu dalam melakukan aktivitasnya. Rasa kepemilikan organisasi harus ditanamkan dalam setiap pikiran orang (sense of belonging for organization), bahwa setiap aktivitas yang dilakukan adalah untuk kepentingan dan kemajuan organisasi. Penanaman paradigma ini sangat penting untuk menghindari kecenderungan status quo yang dapat menghinggapi pikiran setiap individu. Rasa kepemilikan yang besar terhadap organisasi akan menciptakan individu yang cerdas dan kreatif karena mereka akan berusaha sesuai dengan peran dan kemampuannya untuk menghasilkan ide dan gagasan yang dapat menjadikan organisasi tumbuh dan berkembang. Selain itu mereka juga akan mempersiapkan generasi penerus yang dapat melanjutkan kehidupan organisasi pada masa mendatang. Rasa kepemilikan yang tinggi terhadap organisasi akan melahirkan toxic handler yaitu individu yang mampu dan bersedia berkorban untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam organisasi (Frost dan Robinson, 1999). Toxic handler selalu berusaha untuk meringankan permasalahan yang terjadi dalam organisasi dengan mendengarkan secara empati, memberikan solusi, memberikan kepercayaan diri pada orang lain dan mampu untuk mempermudah permasalahan dengan bahasa yang sederhana. Toxic handler memainkan peran yang penting pada proses perubahan yang dilakukan, terutama untuk menghadapi pihak-pihak yang menolak perubahan. Membudayakan perubahan berarti menciptakan toxic handler agar dampak dari perubahan tidak terlalu menyakitkan bagi organisasi. Selain itu, rasa kepemilikan terhadap organisasi juga akan menghasilkan perilaku politik yang dimaksudkan untuk kepentingan bersama, bukan semata untuk kepentingan individu. Political skill merupakan keahlian individu yang mengkombinasikan kesadaran sosial dengan kemampuan berkomunikasi dengan baik. Individu dengan political skill yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya dan mudah melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosial yang berbeda (Ferris et.al, 2000). Political skill berkaitan dengan kebanggaan individu terhadap nilai-nilai yang ada dalam organisasi dan kepekaan sosial dari interaksi yang dilakukan antar individu. Hal ini menunjukan bahwa membangun budaya perubahan dapat dilakukan bila aktivitas politik yang dilakukan setiap individu dilakukan untuk kepentingan organisasi dan mempertimbangkan interaksi dengan individu lainnya.

Tidak ada komentar: