Selasa, 21 April 2020

Koping terhadap peristiwa kedukaan (skripsi dan tesis)

 Pengalaman kehilangan yang begitu nyata terutama melibatkan kematian dari orang yang dikasihi pada waktu yang tidak diharapkan (untimely), menimbulkan gangguan dalam pola hidup sehari-hari. Kematian yang tidak diharapkan dari orang yang dikasihi dapat digolongkan sebagai non-normative life events yang merupakan sumber stress bagi orang yang mengalaminya.
 Rasa kehilangan membawa rasa sakit secara psikis, namun dukungan yang didapatkan pada masa kedukaan dan bagaimana seseorang menghadapi serta menyesuaikan diri terhadap kehilangan tersebut, merupakan bagian mendasar dari pertumbuhan sebagai individu. Oleh karena itu ada yang disebut sebagai proses koping terhadap rasa duka yang dialami akibat kematian orang yang dikasihi.\Koping yang dilakukan dalam menghadapi kedukaan tidak sekedar untuk mengatasi masalah yang ada, tetapi lebih untuk bagaimana melewati masa kedukaan dan kembali ke fungsi yang lebih efektif. Tujuan yang ingin dicapai ialah agar individu yang mengalami kedukaan bisa sampai pada tahap resolusi. Ada 3 proses untuk mencapai tahap resolusi, yakni : 1) Penerimaan kognitif Proses ini merupakan usaha dari individu yang berduka untuk mengembangkan penjelasan yang memuaskan\ mengenai penyebab dari kehilangan mereka. Penjelasan yang memuaskan ini lebih bersifat subyektif dan tidak harus bersifat objektif. Jika penjelasan yang memuaskan belum tercapai, maka kemungkinan besar individu yang berduka akan terus merasa cemas dan penasaran untuk mencari jawabannya. 2) Penerimaan emosional Dalam proses ini, individu yang berduka berusaha untuk mencapai netralisasi dari memori dan asosiasi sehingga kemunculan ingatan mengenai individu yang meninggal atau hal apapun yang diasosiasikan dengannya tidak lagi dirasa mengganggu. Salah satu cara untuk mencapai penerimaan emosional ialah dengan mengulang serangkaian skenario yang mungkin dapat mencegah kematian secara kompulsif. Serangkaian pemikiran “Seandainya….” Ini harus sedemikian rupa diusahakan untuk menjadi netral seiring juga dengan ingatan dan asosiasi yang menyakitkan. 3) Perubahan identitas Perubahan identitas merupakan hal yang penting bagi individu untuk mengembangkan citra diri mereka yang baru, sehingga keterikatan mereka terhadap individu yang sudah meninggal dapat dilihat sebagai bagian dari masa lalu. Jika tahap ini terselesaikan, maka individu yang bersangkutan harus mulai membuat komitmen untuk menjalin relasi yang baru, 4namun hal ini lebih mungkin terjadi bagi mereka yang mengalami kehilangan pasangan dan hampir tidak mungkin bagi mereka yang mengalami kematian anak

Tidak ada komentar: