Jeff Cartwright dalam Syamsir Torang (2014:107) membagi empat bentuk
budaya yang dipandang sebagai siklus budaya, yaitu sebagai berikut :
1. “Monoculture
2. Superordinate culture
3. Divisive Culture
4. Disjunctive Culture”
Dari bentuk-bentuk budaya tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
1. Monoculture
Iindividu atau kelompok berpikir sama sesuai dengan norma
budaya yang sama, dicirikan ekstren (fanatik dan fundamentalis)
2. Superordinate culture
Subkultur terkoordinasi (setiap individu bergerak dengan
keyakinan dan nilai-nilai, gagasan dan sudut pandang sendiri,
namun bekerja dalam satu organisasi dan semua termotivasi).
Superordinate culture merupakan bentuk ideal budaya organisasi. Perbedaan budaya menjadi akibat pemisahan dan konflik atau
sumber vitalitas, kreativitas dan energi.
3. Divisive Culture
Bentuk ini memecahbelah karena setiap individu memiliki agenda
dan tujuan sendiri. Dalam model ini, organisasi ditarik ke arah
berbeda. Gejala budaya ini adalah Vandalisme, kejahatan,
inefisiensi dan kekacauan.
4. Disjunctive Culture
Diindikasikan dengan pemecahan organisasi secara eksplosif atau
menjadi unit budaya individual.
Jenis-jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses
informasi, menurut Robert E. Quinn dan Michael dalam Moh. Pabundu Tika
(2012:7) membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi sebagai
berikut :
1. “Budaya Rasional
2. Budaya Ideologis
3. Budaya Konsensus
4. Budaya Hierarkis”
Dari jenis-jenis budaya diatas dapat diartikan sebagai berikut :
1. Budaya Rasional
Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran
pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai
sarana bagi tujuan kinerja yang diajukan (efisiensi, produktifitas, dan
keuntungan atau dampak).
19
2. Budaya Ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan
yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi
tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan
pertumbuhan).
3. Budaya Konsensus
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi,
partisipasi, dan konsensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi
tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok).
4. Budaya Hierarkis
Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi,
komputasi, dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
kesinambungan (stabilitas, kontrol dan koordinasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar