Reliabilitas berasal dari kata “rely” yang berarti kepercayaan dan
“ability” yang berati kemampuan. Reliabilitas berarti kemampuan
mengukur sejauhmana hasil suatu alat ukur dapat dipercaya. Reliabilitas
berkorelasi juga dengan keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan dan konsistensi (Azwar, 2010; Sugiyono, 2010; Supratiknya,
2014). Secara psikometrik, reliabilitas memiliki dua makna (Klein dalam
Supratiknya, 2014) yaitu self consistency atau konsistensi internal dan
stabilitas tes. Konsistensi internal adalah kesesuaian antar bagian-bagian
dalam suatu tes. Dalam artian jika salah satu bagian dari sebuah tes
mengukur suatu variabel tertentu maka bagian-bagian lainnya jika tidak
konsistensi dengan bagian yang disebut pertama pastilah tidak mengukur
variabel yang sama. Reliabilitas yang didasarkan pada kesesuaian antar bagian-bagian dalam suatu tes semacam ini dikenal sebagai reliabilitas
konsistensi internal.
Menurut Klein (Supratiknya, 2014) konsep
reliabilitas konsistensi internal inilah yang mendasari prinsip umum
dalam psikometri yang menyatakan bahwa reliabilitas (konsistensi
internal yang tinggi) merupakan salah satu syarat validitas. Sementara
makna kedua mengenai stabilitas merupakan kesamaan skor yang dicapai
oleh setiap testi yang sama dalam pengetesan ulang seperti skor yang
dicapai dalam pengetesan pertama atau sebelumnya. Hasil pengukuran
dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum
berubah. Pengukuran yang memiliki reliabiltas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel.
Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh
koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti
konsistensi antara hasil pengenaan dua tes tersebut semakin baik dan
hasil ukur kedua tes tersebut dikatakan semakin reliabel. Secara teoretik
besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari 0.0 sampai 1.0 (Azwar,
2010). Koefisien korelasi dapat bertanda negatif, tetapi akan selalu
mengacu pada angka positif, dikarenakan angka yang negatif tidak ada
artinya bagi interpretasi reliabilitas hasil ukur. Guilford (Supratiknya,
2014), batas minimum koefisien korelasi reliabilitas yang dipandang
cukup memuaskan adalah 0.70. Sebuah tes yang memiliki koefisien
36
korelasi kurang dari 0.70 dipandang kurang bermanfaat sebab hal itu
berarti bahwa standard error atau kesalahan baku yang terkandung dalam
skor tampak adalah sedemikian besar sehingga sulit ditafsirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar