Studi eksperimental, sering pula disebut studi intervensional, adalah salah satu
rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat.
Dibandingkan dengan studi observasional, studi eksperimental ini mempunyai
kapasitas asosiasi yang lebih tinggi. Simpulan adanya hubungan sebab akibat pada
studi observasional, baik studi cross sectional, studi kasus-kontrol, maupun kohort
hanya sampai pada tingkatan dugaan atau dugaan kuat dengan landasan teori atau
telaah logis. Pada penelitian eksperimental asosiasi sebab-akibat yang diperoleh
lebih tegas dan lebih nyata, sehingga simpulan yang diperoleh pun lebih definitif
daripada yang diperoleh dari studi observasional. Namun studi eksprimental ini pada
umumnya mahal dan pelaksanaannya rumit, sehingga penggunaannya lebih
terbatas.
Di klinik, studi eksperimental sering dilakukan, yang didominasi oleh uji klinis
untuk menilai efek terapeutik obat atau prosedur pengobatan. Di lapangan, studi
eksperimental dilakukan dalam bentuk intervensi komunitas, misalnya penelitian
tentang pengaruh penyuluhan pembersihan air tergenang di sekitar rumah terhadap
insidens demam berdarah dengue di suatu daerah.
Di laboratorium studi eksperimental juga sering dilakukan, termasuk penelitian
dengan hewan coba. Di antara ketiganya, kondisi yang ideal dapat dibuat di
laboratorium, di klinik sampai batas tertentu lingkungan penelitian dapat dibuat
mendekati ideal, sedangkan di lapangan studi intervensi dilakukan atas dasar
keadaan faktual di masyarakat. Perbedaan tersebut tentu membawa pengaruh
terhadap tingkat kepercayaan kita terhadap hasil masing-masing studi.
Studi eksperimental juga mempunyai tingkatan atau gradasi, mulai dari studi
pra eksperimental (pre-experimental), studi kuasi - eksperimental (quasi
experimental), dan studi eksperimental benar (true experimental). Pembaca yang berminat dapat mempelajarinya dalam buku Campbell & Stanley yang kini menjadi
rujukan klasik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar