Overconfidence adalah perasaan percaya pada dirinya sendiri secara berlebihan.
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Griffin & Varey (1996),
menyatakan bahwa overconfidence terbagi menjadi dua tipe yaitu seseorang yang
bersikap overconfidence karena terlalu percaya akan pengetahuan yang
dimilikinya dan dikarenakan terlalu percaya diri akan kemampuan dirinya sendiri.
Mahajan (1992, p. 330) dalam Ricciardi dan Simon (2000) mendefinisikan
overconfidence sebagai “an overestimation of the probabilities for a set of
events”. Berarti, overconfidence adalah terlalu tingginya penilaian seseorang
terhadap kemampuan atau suatu kondisi. Pendapat lain adalah bahwa
overconfidence dapat dikatakan sebagai suatu kondisi dimana seorang individu
memiliki positive rating yang terlalu tinggi tentang karakteristik personal dan
mempunyai optimism yang tak terbatas tentang masa depan atau memiliki
perasaan mampu untuk mengontrol kejadian (Bazerman, 2002, p. 65).
Menurut Trevelyan (2008), overconfidence berbeda dengan optimism baik
karakteristiknya maupun konsekuensi yang dihasilkannya.
Overconfidence
cenderung berakibat buruk. Salah satu cara mengukur overconfidence adalah
dengan memberi pertanyaan umum sekaligus ditanyakan keyakinan kebenaran
17
jawabannya. Confidence dianggap over jika tingkat kebenaran jawaban lebih
rendah dari pada anggapan terhadap kebenaran jawaban suatu pertanyaan.
Wirausahawan cenderung overconfidence. Menurut Trevelyan, (2008)
overconfidence kadang diartikan sebagai self efficacy yang dalam kasus wirausaha
studi empiris membuktikan dukungan self efficacy terhadap niat berwirausaha.
Baik wirausaha maupun investor bisa terkena overconfidence bias (Koellinger,
Minniti, & Schade, 2007) tetapi dalam hal yang berbeda. Kalau wirausaha
berkaitan dengan produknya, melakukan judgement terhadap kemampuan
manajerialnya ataupun kemampuan mengontrol keadaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar