Teori ini menitikberatkan perhatian pada tindakan politik
individu yang menonjolkan sejauh mana peranan pengetahuan politik
sehingga terpengaruh pada perilaku politiknya (Nasiwan, 2010:33).
Kaum behavioralis berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam
kegiatan politik.Teori Sistem Umum dipercaya juga sebagai akar dari
kemunculan Teori Behavioralis, Teori ini mengatakan bahwa motivasi
utama tindakan atau perilaku politik manusia adalah hasrat untuk
melipatgandakan kemanfaatan akan sesuatu yang bernilai (Nasiwan
,2010:34 ).
David Easton dalam Nasiwan (2010:37) mengungkapkan
mengenai model psikologi, dimana model ini berusaha memahamkan
tentang tingkah laku yang menekan proses belajar dengan variable
seperti :
1) Situasi stimulan yang membangkitkan tindakan di dalam
lingkungan (menggabungkan diri dengan partai politik, sebagai
bentuk upaya memperoleh akses kekuasaan). 2) Timbul semacam dorongan sehingga melakukan sebuah upaya
guna memperoleh respon yang memuaskan.
3) Variabel individu semacam keturunan, usia, jenis kelamin,
kondisi visiologi yang menentukan cara orang memahami suatu
kesempatan yang tersedia (contoh:berupa tindakan politik
seperti dukungan saat memilih, bergabung dengan parpol,
pressure group atau pergerakan).
Tingkahlaku psikologis menerjemahkan bahwa dalam tingkah
laku politik manusia bersama kepentingan, tujuan dan motivasi
mengakibatkan proses belajar, pemahaman, kognisi, dan simbolis.
Tahap sosialisasi selanjutnya adalah kedewasaan yang tercermin
dari citra diri, harga diri seseorang sehingga berkepribadian yang
positif sehingga individu dewasa yang menjadi semakin kuat dalam
ideologinya sehingga cenderung berperilaku melindungi diri dengan
hanya bergaul bersama orang-orang sepaham, sekelompok,
sepergerakan, atau bahkan ada pula yang melenceng sama sekali dari
ideology semula.
David E. Apter dalam Nasiwan (2010:39)
menyatakan beberapa model-model sosialisasi, sebagai berikut:
1. Model akumulasi, semakin seorang individu dapat memahami
berbagai pengetahuan dan ilmu tentang apa yang dianut
(konteks politik), semakin bertambahlah harapan individu
tersebut terhadap peran politik.
2. Model alih antarpribadi, memproyeksikan kekuasaan yang
terdapat pada orang yang dinilai memiliki kesepadanan dalam
pemaknaan kekuasaan tersebut, walau tidak dapat dikatakan
sama sedikitpun terlebih sebanding, misal seorang anak
memahami kekuasaan seorang presiden yang dilihatnya di
televisi sebagai kekuasaan yang sepadan dengan keberkuasaan
ayahnya.
3. Model identifikasi, Pengambilan sikap yang seragam dengan
figur penting dan lebih tua. Contoh seorang anak memiliki
39
kecenderungan turut memilih dan mendukung partai politik
yang menjadi pilihan orang tuanya.
4. Model perkembangan kognitif. Pemahaman konseptual sebagai
proses berfikir anak untuk memperluas cakrawala berfikir dan
meningkatkan tingkat kognisi anak mengenai kepemahaman
akan jaringan isu-isu dan politik, agar tidak terjadi proses
indoktrinasi semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar