Self-efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan diri seseorang terhadap
kemampuannya untuk mengelola dan mengeksekusi tindakan yang dapat
dikatakan sebagai kinerja/ performance (Bandura, 1986, p.391). Bandura
mengatakan bahwa sel-efficacy berpengaruh penting pada human action dan
performance. Bandura menambahkan bahwa kebiasaan seseorang juga dapat
mempengaruhi performance, dimana penelitian empiris telah menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara self-efficacy dengan kebiasaan manusia (e.g., Barling
dan Beattie, 1983; Stumpf, Brief, dan Hartman, 1987; Taylor, Locke, Lee, dan
Gist, 1984). Meta-analysis yang telah dilakukan oleh Sadri dan Robertson (1993)
menunjukkan bahwa self-efficacy berhubungan positif dengan performance dan
kebiasaan dalam konteks organizational behavior.
Speier dan Frese (1997) dalam penelitiannya pada warga Jerman Timur
mengatakan bahwa self-efficacy berperan penting untuk menghasilkan
performance yang baik. Jika seseorang berpikiran bahwa dirinya tidak mampu
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, maka kemungkinan dia akan benar-benar
tidak mampu menyelesaikannya. Lebih lanjut Bandura (1986) menambahkan
bahwa self-efficacy mempengaruhi ekspektasi seseorang dalam berkinerja untuk
mencapai kesuksesan dalam pekerjaan.
Dalam Cognitive Social Theory yang dikemukakan oleh Bandura,
dikatakan bahwa self-efficacy merupakan kunci dalam perubahan psikologis dan
kualitas dari performance ketika individu tersebut mengalami suatu pengalaman
negatif atau tekanan/ stress. Fungsi dari self-efficacy ini dapat diaplikasikan dalam
work family conflict. Bernas et al. (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa
self-efficacy berperan sebagai moderator dalam hubungan antara bakat skolastik,
kinerja akademik, dan ketekunan. Selain itu, Matsui et al. (2008) menemukan
bahwa self-efficacy berperan sebagai moderator dalam hubungan antara work
family conflict dan tekanan kerja.
Penelitian ini kemudian memberikan gambaran bahwa self-efficacy
memungkinkan menjadi variabel moderator dalam hubungan antara work family
conflict dengan job performance. Seorang individu yang memiliki self-efficacy
tinggi, meskipun dia mengalami work family conflict, maka dia akan tetap dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar