Lambert et al. (2002) menyatakan bahwa work family conflict menjadi
penting untuk diperhatikan oleh perusahaan karena hal ini berhubungan dengan
adanya konsekuensi negatif, dimana salah satunya adalah penurunan kepuasan
kerja. Boles dan Babin, 1996 dalam Boles et al., 2001 menambahkan bahwa
“work family conflict berhubungan dengan sejumlah sikap dan konsekuensi
pekerjaan yang negatif, termasuk rendahnya kepuasan kerja”. Selanjutnya Kossek
dan Ozeki (1998) dalam Haar (2005: 3) menemukan bahwa “karyawan yang
memiliki work family conflict tinggi cenderung memiliki kepuasan yang rendah
pada pekerjaan”.
Dessler dalam Handoko (2001: 196) menyatakan bahwa “karyawan yang
mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan
perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan dan
berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan”.
Ivancevich (1978) mengindikasikan bahwa kepuasan kerja akan membuat
karyawan berkinerja lebih efektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar