Jumat, 21 Februari 2020

Nutrisi dan Kognitif (skripsi dan tesis)

Hubungan antara nutrisi dengan otak telah menjadi fokus dari banyak penelitian. Penelitian telah menunjukkan dampak asupan nutrisi terhadap fungsi otak. Pembawa pesan kimia dalam otak yang disebut neurotransmitter telah dipelajari   dalam hubungannya dengan gizi. Growden dan Wurtman (1980) mengemukakan bahwa otak tidak bisa lagi dipandang sebagai organ otonom, bebas dari proses metabolisme lainnya di dalam tubuh; sebaliknya, otak perlu dipengaruhi oleh asupan nutrisi, konsentrasi asam amino dan kolin (dalam darah) yang merangsang otak untuk membentuk banyak neurotransmiter seperti serotonin, asetilkolin, dopamin, dan norepinefrin. Asupan nutrisi sangat penting untuk otak, yang fungsinya untuk membentuk asam amino dan kolin dalam jumlah yang tepat. Asam amino dan kolin merupakan dua molekul prekursor yang diperoleh dari darah yang dibutuhkan bagi otak untuk berfungsi secara normal. Hal ini tidak mengherankan jika apa yang kita makan langsung mempengaruhi otak (Colby-Morley,1981).
 Wood didalam Kretsch et al. (2001) menunjukkan kemungkinan lebih lanjut bahwa nutrisi memiliki peran dalam mempengaruhi fungsi kognitif. Penelitian telah dilakukan pada anak usia sekolah untuk melihat korelasi langsung antara gizi buruk dan prestasi sekolah yang menurun. Zat besi memainkan peranan penting dalam fungsi otak. Kretsch et al. mengutip hasil penelitian yang dilakukan pada pria berusia 27-47 dan terbukti bahwa zat besi mempengaruhi konsentrasi. Skor yang rendah pada tes konsentrasi sejalan dengan rendahnya zat besi yang ada dalam tubuh. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara zat besi dengan konsentrasi anak; anak-anak dengan anemia defisiensi besi terbukti memiliki konsentrasi yang rendah. Kretsch et al. juga menemukan bahwa zinc adalah zat nutrisi lain yang ikut berperan dalam fungsi kognitif, khususnya memori. Dalam tes fungsi mental, peneliti menemukan bahwa kemampuan responden untuk mengingat kata - kata sehari - hari melambat secara signifikan setelah tiga minggu mengurangi konsumsi zinc (Wood, 2001). Erickson (2006) menyebutkan lima zat nutrisi kunci, berdasarkan penelitian, diperlukan untuk menjaga agar otak berfungsi dengan baik. Keseluruhan zat ini dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Protein dapat ditemukan dalam daging, ikan, susu, dan keju. Protein digunakan untuk membentuk sebagian besar jaringan  tubuh, termasuk neurotransmitter pembawa pesan kimia yang membawa informasi dari satu sel otak ke sel-sel otak lainnya. Kurangnya protein, menyebabkan performa sekolah yang buruk dan menyebabkan anak-anak menjadi lesu, dan pasif, yang semuanya membantu mempengaruhi perkembangan sosial dan emosi anak. Karbohidrat biasanya ditemukan dalam biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa (gula) sehingga dapat digunakan otak sebagai sumber energi. Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan seseorang merasa lebih tenang dan santai karena zat kimia otak yang disebut serotonin. Serotonin dibuat dalam otak melalui penyerapan dan konversi triptofan. Tryptophan diserap dalam darah dan penyerapan ini ditingkatkan dengan karbohidrat (Erickson, 2006). 
Erickson juga menyebutkan bahwa lemak membentuk lebih dari 60% dari bagian otak dan bertindak sebagai kontrol aspek parsial contohnya suasana hati. Asam lemak omega-3 sangat penting untuk meningkatkan kinerja otak dan kurangnya lemak ini dapat menyebabkan depresi, memori lemah, IQ rendah, ketidakmampuan belajar, dan disleksia. Makanan penting untuk memastikan asupan asam lemak Omega-3 adalah ikan tertentu dan kacang-kacangan (Erickson,2006). Erickson (2006) menyebut vitamin dan mineral sebagai zat penting untuk fungsi otak optimal. Yang paling penting adalah vitamin A, C, E, dan vitamin B kompleks. Mangan dan magnesium adalah dua mineral penting untuk fungsi otak; natrium, kalium dan kalsium berperan dalam transmisi pesan dan proses berpikir.

Tidak ada komentar: