Jumat, 14 Februari 2020

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy (skripsi dan tesis)

 
Teori self-efficacy memperkenalkan gagasan bahwa persepsi dari kemampuan individu dipengaruhi oleh empat factor: mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan somatic and emotional state (Bandura, 1994, 1997; Pajares, 2002). 
1. Mastery experience. 
Kita semua memiliki mastery experiences, yakni suatu pengalaman yang didapatkan ketika kita melakukan sesuatu dan berhasil, maka artinya kita telah ahli/ master dalam suatu hal tersebut. 
2. Vicarious experience.
 Faktor lain adalah vicarious experience atau observasi mengenai keberhasilan dan kegagalan yang dicapai diri sendiri. Ketika seorang individu melihat individu lain dengan banyak kesamaan telah mencapai suatu keberhasilan dalam melakukan sesuatu, maka itu dapat meningkatkan self-efficacy. 
3. Verbal persuasion.
 Faktor ketiga adalah verbal or social persuasion. Ketika orang meyakini secara verbal bahwa dirinya bisa melakukan suatu hal, maka dia akan benar-benar dapat melakukannya. Mendapatkan dukungan verbal akan membuat seseorang merasa yakin pada dirinya sendiri. 
4. Somatic and emotional state. 
Keadaan psikologis dan emosional seseorang ketika melakukan sesuatu hal akan berdampak pada keberhasilan dan kegagalannya. Stress, kecemasan, kekhawatiran, dan rasa takut adalah perasaan negatif yang dapat mempengaruhi self-efficacy dan menuntun individu dalam kegagalan dan ketidakmampuan untuk perform dalam tugas-tugasnya (Pajares, 2002). Situasi stress membangun gairah emosi, yang mana hal tersebut berpengaruh pada self-efficacy individu dalam mengatasi situasi tersebut (Bandura dan Adams, 1977). Berbicara mengenai emosi negative yang dapat mempengaruhi self-efficacy, terkadang ada pula emosional yang bersifat positif. 
Secara singkat, dalam teori self-efficacy, verbal persuasion, mastery experiences,vicarious experiences, dan somatic and emotional states mempengaruhi self-efficacy, dan kemudian mempengaruhi kebiasaan (dapat

Tidak ada komentar: