Self-efficacy memiliki peran penting dalam aktivitas individual dan
lingkungan. Teori sosial kognitif berpendapat bahwa keyakinan individual
mengenai kemampuan mereka (self-efficacy beliefs) mempengaruhi tujuan
individual dan perilaku (Bandura, 1986). Lebih lanjut, teori sosial kognitif
mengemukakan bahwa self-efficacy beliefs dapat menggambarkan sejauh mana
seseorang bertindak dalam pekerjaannya, seberapa besar usahanya, seberapa besar
ketekunannya ketika hambatan muncul, dan keseluruhan level performance
(Bandura, 1986). Individu dengan self-efficacy beliefs yang kuat memiliki
ketekunan yang lebih besar dan kemauan lebih untuk menyelesaikan pekerjaan
yang sulit (Bandura, 1982).
Penelitian telah menemukan bahwa self-efficacy beliefs dapat
meningkatkan performance individu, keinginan belajar, persuasi sosial, dan sisi psikologis serta reaksi afektif (Lent and Brown, 1996). Bandura (1997)
menambahkan bahwa ada hubungan negative antara self-efficacy dengan tingkat
stress. Individu yang merasa stress seringkali memiliki self-efficacy beliefs yang
rendah, dimana mereka merasa kurang mampu menyelesaikan tugas-tugasnya.
Model kognitif memberikan gagasan bahwa penilaian seseorang terhadap
kemampuan dirinya sendiri berdampak penting pada keberhasilan mereka
mengatasi suatu masalah dan stress (Folkman, 2001; Lazarus and Folkman,1984).
Secara khusus, self-efficacy diidentifikasi merupakan asset penting untuk
membantu mengatasi stress karena peran ganda (Kossek et al., 2006; Thomas and
Ganster, 1995). Berdasarkan teori sosial-kognitif yang dikemukakan Bandura
mengenai self-efficacy, self-efficacy yang kuat menunjukkan self-evaluations yang
positif sehingga individu memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk
memobilisasikan sumberdaya yang dimilikinya guna menyelesaikan tugas-tugas
spesifik (Wood and Bandura, 1989). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa orang tua yang bekerja dan memiliki self-efficacy yang lebih tinggi dapat
mengurangi level FIW dan WIF (Cinamon, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar