Hartline dan Ferrel (1996) dalam Karatepe dan Killic (2007) menyatakan
bahwa kepuasan kerja dapat digambarkan melalui kepuasan terhadap berbagai hal
yang terkait dengan (1) kepuasan terhadap pekerjaan secara keseluruhan, (2)
kepuasan terhadap rekan kerja, (3) kepuasan terhadap atasan, (4) kepuasan
terhadap kebijakan organisasi, (5) kepuasan terhadap dukungan organisasi kepada
karyawan, (6) kepuasan terhadap gaji/ upah, dan (7) kepuasan terhadap
pengembangan diri di organisasi. Berkaitan dengan kepuasan terhadap pimpinan,
Ranupandoyo (1997) mengatakan bahwa setiap atasan mempunyai kewajiban
untuk mencapai tujuan organisasi dan memberikan perhatian terhadap kebutuhan bawahannya. Khan dalam Husna (1997) mengemukakan keinginan karyawan
terhadap fungsi pimpinan yaitu memenuhi kebutuhan bawahan, memberikan
pedoman dalam pencapaian tujuan perusahaan sekaligus pencapaian tujuan
karyawan, menghilangkan hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan, dan
menciptakan tujuan karyawan yang menunjang tujuan perusahaan. Mengenai
kepuasan terhadap gaji/ upah, Arnold dan Fieldman (1986) menyatakan bahwa
gaji memainkan peran nyata dalam kepuasan kerja, sebab gaji dapat digunakan
sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan, symbol dari prestasi, dan sumber
pengakuan pada pekerja sebagai refleksi penghargaan atas sumbangan karyawan
pada perusahaan. Selanjutnya mengenai kepuasan terhadap kesempatan
pengembangan diri di organisasi, Robbins (2003) mengatakan bahwa karyawan
cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan beberapa tugas, kebebabasn dan umpan balik tentang seberapa
baiknya mereka melakukan pekerjaan itu, yang secara mental menantang.
Smith, Kendal, Hulin dalam Luthans (1998: 144) mengidentifikasikan
lima dimensi atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang merasa puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya, yaitu:
1. Gaji/ upah (pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup karyawan yang dianggap
layak atau tidak
2. Pekerjaan itu sendiri (work itself)
Setiap pekerjaan memerlukan keterampilan tertentu. Sukar atau tidaknya
suatu pekerjaan akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja
3. Promosi (promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan
untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja
4. Penyelia (supervision)
Penyelia yang baik adalah yang mau menghargai pekerjaan bawahannya.
Bawahan seringkali menganggap bahwa penyelianya adalah sebagai figur
ayah atau ibu sekaligus atasan
5. Teman sekerja (coworkers)
Dapat digambarkan sebagai hubungan antara karyawan dengan atasannya
dan dengan karyawan lain baik yang sama maupun berbeda jenis
pekerjaannya
Menurut Robbins (2006), aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
adalah:
1. Pekerjaan yang Menantang
Merupakan pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk
menggunakan keterampilan dan kemampuan dan menawarkan satu
varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya
melakukan pekerjaan itu, yang secara mental menantang. Karyawan lebih
memilih pekerjaan-pekerjaan yang dapat meningkatkan kepuasan dan
menyebabkan angka ketidakhadiran menjadi lebih rendah.
2. Ganjaran yang Pantas
Imbalan yang pantas merupakan keinginan karyawan terhadap sistem upah
dan kebijakan promosi yang mereka pandang adil dan segaris dengan
harapan mereka. Bila upah yang didapat dirasa adil oleh karyawan
berdasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar
pengupahan komunitas, maka akan dapat menghasilkan kepuasan.
3. Kondisi Kerja yang Mendukung
Karyawan lebih menyukai lingkungan fisik yang tidak berbahaya atau
yang nyaman. Selain itu kebanyakan karyawan lebih suka bekerja tidak
jauh dari rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relatif modern, dan
dengan alat dan perlengkapan yang memadai. Kondisi kerja yang
mendukung baik dari fisik maupun non fisik dapat memberikan kepuasan
kerja karyawan.
4. Rekan Kerja yang Mendukung
Robbins (2006) mengatakan bahwa “dari kerja, orang mendapatkan lebih
dari sekadar uang atau prestasi-prestasi yang berwujud. Bagi kebanyakan
karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial”. Perilaku
dari pimpinan juga merupakan penentu utama kepuasan kerja.
5. Kesesuaian Kepribadian dengan Pekerjaan
Orang yang berkepribadian kongruen dengan pekerjaan mereka akan
merasa bahwa mereka memiliki bakat dan kemampuan yang tepat untuk
memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut sehingga
kemudian mereka akan merasa puas pada pekerjaannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar