Bandura (1977) menjelaskan bahwa efikasi diri dapat dipengaruhi oleh
empat hal yaitu: (1) pengalaman pribadi, yaitu pengalaman sukses dan gagal
yang pernah dialami; (2) vicarious experience, yaitu observasi yang dilakukan
terhadap perilaku seseorang; (3) persuasi verbal, bisa berupa umpan balik yang
diberikan oleh orang lain mengenai perilaku yang ditampilkan; (4) kondisi
psikologis dan emosional, dimana ketika individu merasakan rasa takut, maka akan menurunkan efikasi dirinya, sebaliknya jika individu merasakan energi
positif, maka dapat meningkatkan efikasi dirinya. Menurut Salonen, dkk
(2009) dan Carless, dkk (2015) salah satu yang faktor yang mempengaruhi
efikasi diri pengasuhan adalah keberfungsian keluarga.
Coleman dan Karraker (2005;1997) mengemukakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi efikasi diri pengasuhan, yaitu:
1. Dukungan sosial dan pernikahan (sociomarital support).
Dukungan sosial dan pernikahan berperan penting dalam
perkembangan efikasi diri pengasuhan melalui persuasi sosial atau
feedback dan modeling. Maternal self-efficacy beliefs memiliki korelasi
signifikan dengan dukungan sosio-marital yaitu bagaimana pasangan
memberikan dorongan, dukungan emosional dan memberi perhatian pada
pasangannya (Coleman & Karraker, 2005).
2. Pengalaman diri semasa keci
l
Efikasi diri pengasuhan dapat timbul sebagai bagian dari pengalaman
orang tua pada masa kanak-kanaknya. Pemikiran dasarnya adalah bahwa
orang tua membawa representasi internal attachment, yang terbentuk dari
pengalaman pengasuhan pada masa kanak-kanaknya. Crockenberg
(Coleman & Karraker, 2005) menemukan korelasi signifikan antara
ingatan positif dengan pengasuh (caregiver) dan tingginya efikasi diri
pengasuhan pada pengalaman menjadi ibu.
3. Tingkat kesiapan kognitif/perilaku untuk parenting
Efikasi diri pengasuhan dipengaruhi tingkat kesiapan kognitif menjadi orang tua untuk melaksanakan proses parenting. Coleman dan Karraker
(1997) menemukan bahwa efikasi diri pengasuhan berhubungan dengan
beberapa komponen kesiapan kognitif untuk parenting, termasuk child
centeredness yang kuat, dan preferensi orangtua dalam menggunakan gaya
parenting yang positif.
4. Budaya dan komunitas
Budaya dan komunitas menyediakan berbagai pesan dan informasi
mengenai pengasuhan dan perkembangan anak-anak. Melalui informasi
tersebut, efikasi diri pengasuhan dapat berkembang melalui proses
vicarious learning dimana dengan melihat orang lain melakukan aktivitas
tertentu dapat membangkitkan penilaian terhadap kemampuan diri sendiri
dalam menguasai situasi tertentu. Melihat orang tua lain mampu mengatasi
tantangan dalam proses pengasuhan secara efektif diharapkan dapat
mengembangkan efikasi diri pengasuhan orangtua yang melihatnya
(Coleman & Karraker, 2005). Orangtua yang memiliki keyakinan dan
perilaku yang sesuai dengan budaya yang ada cenderung merasa lebih
yakin dan memiliki efikasi diri pengasuhan yang tinggi.
5. Pengalaman dengan anak.
Pengalaman ibu sebelumnya dengan anak-anak dapat memprediksi
efikasi diri pengasuhan. Goodnow (Coleman & Karraker, 2005)
membuktikan bahwa feedback dari interaksi orangtua dan anak merupakan
sumber penting dalam informasi kompetensi dan berpengaruh pada
persepsi orangtua terhadap kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan dalam proses parenting secara efektif. Sejalan dengan itu,
Coleman dan Karraker (1997) mengemukakan bahwa pengalaman
langsung orangtua dengan anak-anak. berhubungan dengan tingginya level
efikasi diri pengasuhan. Ibu yang memiliki pengalaman lebih banyak
dengan anak-anak, baik anak orang lain maupun anak sendiri memiliki
level efikasi diri pengasuhan yang tinggi. Hal ini bisa jadi dikarenakan
pengalaman sebelumnya dengan anak-anak dapat meningkatkan
keyakinan pada kemampuannya dalam mengasuh dan mengurus anaknya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar