Jumat, 14 Februari 2020

Aspek-aspek Work-Family Conflict (skripsi dan tesis)

 Berdasarkan definisi dari Greenhaus dan Beutell terdapat 3 aspek dasar dari work-family conflict (Amaliya dkk, 2015), yaitu :
 a. Konflik karena waktu (Time Based Conflict) Aktivitas pada kedua peran tidak bisa di atur dengan baik, sehingga waktu yang di habiskan untuk satu peran lebih dominan dari peran lainnya. Terdapat dua bentuk konflik karena waktu, yaitu;
 (1) adanya tuntutan dalam sebuah peran yang menyebabkan tekanan waktu pada individu sehingga mustahil untuk memenuhi peran yang lain,
 (2) kenyamanan dalam menjalankan satu peran juga dapat menyebabkan tekanan waktu, walaupun secara fisik individu sedang memenuhi tuntutan pada peran yang lain. 
1. Pekerjaan sebagai sumber dari konflik (Work related sources of conflict) adanya penggunaan waktu yang berlebihan untuk peran individu dalam pekerjaan seperti waktu lembur yang tinggi dan shift yang tidak teratur. 
 2. Keluarga sebagai sumber konflik (Family-related sources of conflict) adanya tuntutan peran individu dalam keluarga sehingga waktu yang di habiskan lebih banyak untuk aktivitas di dalam keluarga. 
b. Konflik karena ketegangan (Strain-Based Conflict)
 Ketika wanita yang memiliki peran ganda mengalami work-family conflict maka hal itu akan menyebabkan ketegangan. Adanya bukti nyata, dari pekerjaan yang menyebabkan stres dapat menimbulkan gejala-gejala ketegangan seperti kecemasan, kelelahan, depresi, kelesuan, dan kecenderungan untuk cepat marah. Munculnya ketegangan ini menyebabkan individu merasa kesulitan untuk menjalankan tuntutan pada peran lain.
 1. Pekerjaan sebagai sumber dari konflik (Work related sources of conflict) ketidak tepatan dan konflik yang didapatkan dalam pekerjaan dapat menyebabkan work-family conflict. Hal ini dapat memicu stres dalam pekerjaan misalnya tidak ada kecocokan antara individu dengan pekerjaan yang dijalani, adanya perasaan kecewa ketika harapan yang diinginkan tidak terpenuhi. Pada intinya pemicu work-family conflict dapat terjadi akibat stres yang muncul dari pekerjaan dan ke ikut sertaan yang tinggi pada salah satu peran dapat menimbulkan gejala ketegangan.
 2. Keluarga sebagai sumber konflik (Family related sources of conflict) konflik yang terjadi dalam keluarga peran ganda  berhubungan dengan terjadinya work-family conflict. Sehingga, dukungan dari pasangan menikah mampu menjaga keluarga dari kemungkinan terjadinya ketegangan dan work-family conflict
. c. Konflik karena perilaku (Behavior-Based Conflict) Pertentangan pada individu dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkah laku yang diberikan pada peran tertentu. Ketika di rumah individu berperan menjadi anggota keluarga sebagai ayah atau ibu, memiliki perasaan yang hangat dan emosional, juga menjaga dan merawat anak dengan baik. 
Sedangkan, di dunia kerja individu dituntut untuk berperan menjadi seorang yang mampu berfikir logis, memiliki agresivitas, dan jiwa berkuasa. Gutek, Searle, dan Klepa, (1991) menambahkan bahwa workfamily conflict memiliki dua arah, yaitu 
: a. Conflict due to Work Interfering with Family (WIF) Work-family conflict terjadi karena aktivitas pekerjaan mengganggu aktivitas keluarga. Seperti, waktu kerja yang panjang membuat seseorang memiliki sedikit waktu untuk melaksanakan tugas rumah tangga.
 b. Conflict due to Family Interfering with Work (FIW) Work-family conflict terjadi karena aktivitas keluarga mengganggu aktivitas pekerjaan. Seperti, permasalahan dalam keluarga membuat seseorang tidak berkonsentrasi ketika bekerja. 
 Carlson, Kacmar, dan Williams, (2000) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa terdapat 6 dimensi yang merepresentasikan workfamily conflict dari penggabungan 3 aspek Greenhaus dan Beutell (1985) dan 2 aspek (Gutek dkk 1991), antara lain : a) Waktu kerja mengganggu aktivitas keluarga (Time based work interference with family), (b) waktu keluarga menggangu aktivitas pekerjaan (Time based family interference with work), c) Tekanan dalam pekerjaan mengganggu aktivitas keluarga (Strain based work interference with family), d) Tekanan dalam keluarga menggangu aktivitas pekerjaan (Strain based family interference with work), e) Perilaku dari keluarga mengganggu aktivitas pekerjaan (Behavior based work interference with family), f) Perilaku dari pekerjaan mengganggu aktivitas keluarga (Behavior based work interference with work). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 dimensi yang mendasari terjadinya work-family conflict yaitu WIF dan FIW yang didasari 3 aspek utama yaitu konflik karena waktu, konflik karena ketegangan, dan konflik karena perilaku

Tidak ada komentar: