Berdasarkan definisi dari Greenhaus dan Beutell terdapat 3 aspek dasar
dari work-family conflict (Amaliya dkk, 2015), yaitu :
a. Konflik karena waktu (Time Based Conflict)
Aktivitas pada kedua peran tidak bisa di atur dengan baik, sehingga
waktu yang di habiskan untuk satu peran lebih dominan dari peran lainnya.
Terdapat dua bentuk konflik karena waktu, yaitu;
(1) adanya tuntutan
dalam sebuah peran yang menyebabkan tekanan waktu pada individu
sehingga mustahil untuk memenuhi peran yang lain,
(2) kenyamanan
dalam menjalankan satu peran juga dapat menyebabkan tekanan waktu,
walaupun secara fisik individu sedang memenuhi tuntutan pada peran
yang lain.
1. Pekerjaan sebagai sumber dari konflik (Work related sources of
conflict) adanya penggunaan waktu yang berlebihan untuk peran
individu dalam pekerjaan seperti waktu lembur yang tinggi dan shift
yang tidak teratur.
2. Keluarga sebagai sumber konflik (Family-related sources of
conflict) adanya tuntutan peran individu dalam keluarga sehingga
waktu yang di habiskan lebih banyak untuk aktivitas di dalam
keluarga.
b. Konflik karena ketegangan (Strain-Based Conflict)
Ketika wanita yang memiliki peran ganda mengalami work-family
conflict maka hal itu akan menyebabkan ketegangan. Adanya bukti
nyata, dari pekerjaan yang menyebabkan stres dapat menimbulkan
gejala-gejala ketegangan seperti kecemasan, kelelahan, depresi,
kelesuan, dan kecenderungan untuk cepat marah. Munculnya
ketegangan ini menyebabkan individu merasa kesulitan untuk
menjalankan tuntutan pada peran lain.
1. Pekerjaan sebagai sumber dari konflik (Work related sources of
conflict) ketidak tepatan dan konflik yang didapatkan dalam
pekerjaan dapat menyebabkan work-family conflict. Hal ini dapat
memicu stres dalam pekerjaan misalnya tidak ada kecocokan
antara individu dengan pekerjaan yang dijalani, adanya perasaan
kecewa ketika harapan yang diinginkan tidak terpenuhi. Pada
intinya pemicu work-family conflict dapat terjadi akibat stres yang
muncul dari pekerjaan dan ke ikut sertaan yang tinggi pada salah
satu peran dapat menimbulkan gejala ketegangan.
2. Keluarga sebagai sumber konflik (Family related sources of
conflict) konflik yang terjadi dalam keluarga peran ganda berhubungan dengan terjadinya work-family conflict. Sehingga,
dukungan dari pasangan menikah mampu menjaga keluarga dari
kemungkinan terjadinya ketegangan dan work-family conflict
.
c. Konflik karena perilaku (Behavior-Based Conflict)
Pertentangan pada individu dapat terjadi karena adanya perbedaan
tingkah laku yang diberikan pada peran tertentu. Ketika di rumah
individu berperan menjadi anggota keluarga sebagai ayah atau ibu,
memiliki perasaan yang hangat dan emosional, juga menjaga dan
merawat anak dengan baik.
Sedangkan, di dunia kerja individu dituntut
untuk berperan menjadi seorang yang mampu berfikir logis, memiliki
agresivitas, dan jiwa berkuasa.
Gutek, Searle, dan Klepa, (1991) menambahkan bahwa workfamily conflict memiliki dua arah, yaitu
:
a. Conflict due to Work Interfering with Family (WIF)
Work-family conflict terjadi karena aktivitas pekerjaan
mengganggu aktivitas keluarga. Seperti, waktu kerja yang panjang
membuat seseorang memiliki sedikit waktu untuk melaksanakan
tugas rumah tangga.
b. Conflict due to Family Interfering with Work (FIW)
Work-family conflict terjadi karena aktivitas keluarga
mengganggu aktivitas pekerjaan. Seperti, permasalahan dalam
keluarga membuat seseorang tidak berkonsentrasi ketika bekerja.
Carlson, Kacmar, dan Williams, (2000) menyimpulkan dalam
penelitiannya bahwa terdapat 6 dimensi yang merepresentasikan workfamily conflict dari penggabungan 3 aspek Greenhaus dan Beutell (1985)
dan 2 aspek (Gutek dkk 1991), antara lain : a) Waktu kerja mengganggu
aktivitas keluarga (Time based work interference with family), (b) waktu
keluarga menggangu aktivitas pekerjaan (Time based family interference
with work), c) Tekanan dalam pekerjaan mengganggu aktivitas keluarga
(Strain based work interference with family), d) Tekanan dalam keluarga
menggangu aktivitas pekerjaan (Strain based family interference with
work), e) Perilaku dari keluarga mengganggu aktivitas pekerjaan
(Behavior based work interference with family), f) Perilaku dari pekerjaan
mengganggu aktivitas keluarga (Behavior based work interference with
work).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 2
dimensi yang mendasari terjadinya work-family conflict yaitu WIF dan
FIW yang didasari 3 aspek utama yaitu konflik karena waktu, konflik
karena ketegangan, dan konflik karena perilaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar